Candi Kataragama
Candi Kataragama (atau sinonimnya Ruhunu Maha Kataragama Dewalaya; dalam bahasa Sinhala: රුහුණු කතරගම දේවාලය; dalam bahasa Tamil: கதிர்காமம் முருகன் கோயில்) adalah salah satu candi di kota Kataragama, Sri Lanka yang dihormati oleh penganut agama Buddha, Hindu, Islam, dan Vedda. Candi Kataragama ini didedikasikan untuk dewa penjaga Buddha Kataragama Deviyo dan Dewa Perang Hindu Murugan (atau Kartikeya).[1] Kompleks Kataragama tidak hanya terdapat Candi Kataragama saja, tetapi memiliki berbagai tempat yang dikelola didalamnya, seperti Kuil Vehera yang dikelola Umat Buddha Kataragama; Kuil yang didedikasikan untuk Teyvanai dan Siwa dikelola umat Hindu Kathirkamam, dan Masjid yang dikelola umat Islam Kathirkamam, sehingga menjadikan Candi Kataragama sebagai salah satu situs paling sekuler di Sri Lanka dan ditetapkan sebagai Situs Bersejarah oleh pihak Sri Lanka pada tahun 1950-an.[2] SejarahCandi Kataragama beberapa tahun sebelumnya belum bisa diakses dikarenakan tebalnya hutan yang mengelilingi Candi Kataragama, hingga sekarang sudah bisa diakses berbagai kendaraan dengan mudah. Kepopuleran dan kemudahan akses ke Candi Kataragama tidak lepas dari kota Kataragama itu sendiri. Kataragama merupakan kota kecil di tengah-tengah hutan pada beberapa tahun sebelumnya. Kataragama semakin terkenal perlahan-lahan dengan semakin banyaknya peziarah yang datang ke Kataragama dan Candi Kataragama, khususnya dalam hal berziarah. Dengan semakin banyaknya peziarah yang datang menyebabkan perubahan budaya dan agama yang berkembang di Kataragama, seperti yang sebelumnya cara berdoa di Candi Kataragama menganut aliran Buddha menjadi aliran Hindu ataupun sebaliknya.[2] Pada tahun 1940-an, Candi Kataragama selalu kedatangan peziarah dari Sri Lanka dan India Selatan yang melakukan Padayatra (Ziarah dengan berjalan kaki) yang mayoritas yang melakukan peziarahan tersebut adalah beragama Buddha Sinhala. Sehingga Kataragama Deviyo telah menjadi dewa yang paling populer di kalangan orang-orang Sinhala. Banyak hal-hal yang dilakukan untuk memasukkan pengaruh budaya, kultus, etnis, dan agama selama beberapa tahun di Candi Kataragama. Hal tersebut dilakukan dengan memasukkan legenda-legenda dan mitos-mitos yang menyebabkan perkembangan popularitas dewa Buddha di kalangan peziarah dan berusaha mengakomodasi dewa-dewa tersebut ke dalam ajaran Buddha yang bersifat non-theisme. Perubahan budaya dan agama yang berkembang di kalangan peziarah Candi Kataragama, seperti perubahan cara berdoa dan festival di Candi Kataragama selama bertahun-tahun hingga sekarang dapat menyebabkan konflik yang terjadi antar kalangan peziarah umat Buddha dengan umat Hindu.[1] Festival KataragamaFestival Kataragama (atau yang dikenal dengan nama Festival Esala) merupakan festival tahunan yang dilaksanakan di sekitar kompleks Candi Kataragama pada bulan Juli hingga Agustus. Isi dari Festival tersebut antara lain Pengibaran bendera Sri Lanka, Berjalan di atas Api, Maha Perahera, dan Pemotongan Air (Water Cutting).[3] Festival Kataragama dipastikan dapat menarik berbagai peziarah dan wisatawan dari Sri Lanka maupun asing yang berkunjung, yang dimana banyak peziarah Sri Lanka mendatangi Festival Kataragama pada bulan festival dilaksanakan. Festival Kataragama dimeriahkan dengan seekor gajah yang dihias megah membawa Dewa Kataragama Deviyo, lalu diapit oleh para penari dan penabuh genderang dan diakhiri dengan acara Pemotongan Air (Water Cutting) pada malam bulan purnama yang diyakini sebagai pembawa keberuntungan saat terkena sentuhan airnya. Festival Kataragama diyakini merupakan festival penghormatan untuk Relik Gigi Suci Dewa Buddha, yang bertempat di Sri Dalada Maligawa di Kandy.[4] Referensi
|