Cagar Alam Gunung Duasaudara

Cagar Alam Gunung Dua Saudara adalah cagar alam yang terletak di Kota Bitung, Sulawesi Utara. Kawasan ini ditetapkan sebagai cagar alam berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 700/Kpts/Um/2/1978 tertanggal13 November 1978. Lahan yang digunakan seluas 4.299 Hektare. Dalam pembagian administratif, wilayah cagar alam masuk di dua desa dalam Kecamatan Madidir, yaitu Desa Kadoodan dan Desa Madidir Weru.[1] Dalam sistem koordinat geografi, letaknya di 125°3’ - 125° 15’ Bujur Timur dan 10°30’ - 1°34’ Lintang Utara. Pembentukan cagar alam ini diperuntukan bagi perlindungan fauna seperti kera, rangkong, tarsius, dan maleo. Cagar Alam Gunung Dua Saudara berbatasan langsung dengan Cagar Alam Gunung Tangkoko Batuangus. Datarannya landai dan ada pula yang bergunung. Ekosistemnya ada beberapa macam yaitu hutan hujan tropika, hutan pegunungan dan hutan lumut. Penamannya berasal dari keberadaan dua puncak gunung yang disebut Gunung Dua Saudara dengan ketinggian 1.361 mdpl. Dalam sistem klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, cagar alam ini mempunyai curah hujan 2.500-3.000 milimeter per tahun. Suhu rata-rata antara 20-25° Celsius. Pada bulan April hingga bulan November terjadi musim kemarau. Sedangkan musim hujan dimulai pada bulan Desember dan berakhir pada bulan Maret. Jenis flora yang tumbuh di dalamnya antara lai beringin, aras, nantu, kenanga, coro, kayu arang, gopasa, woka, cempaka, dan wasian. Sedangkan jenis fauna yang hidup di dalamnya antara lain kera hitam sulawesi, tangkasi, kuskus, maleo, rangkong, biawak, babi hutan, ular, kumkum, nuri sulawesi, elang dan srigunting.[2]

Referensi

  1. ^ "Mt. Dua Saudara Nature Reserve · Indonesian Forest". Indonesian Forest (dalam bahasa Inggris). 2017-07-15. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-27. Diakses tanggal 27 Juli 2021. 
  2. ^ Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam (2016). Informasi 521 Kawasan Konservasi Region Kalimantan - Sulawesi (PDF). Bogor: Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. hlm. 200.