Budai (Hanzi: 布袋; Pinyin: Bùdài), atau Hotei dalam bahasa Jepang,[1]Bố Đại dalam bahasa Vietnam, adalah dewa dalam mitologi Cina. Sering kali diasosiasikan dengan Buddha Maitreya atau Buddha Tertawa yang menggambarkan kebahagiaan. Banyak orang Barat yang bingung dengan perbedaan antara Buddha Gautama dan Maitreya.
Penggambaran
Budai secara tradisi digambarkan sebagai seorang biksu gendut dan memakai atau menggenggam tasbih. Dia membawa barang-barangnya dalam sebuah tas yang selalu dibawanya, menggambarkan sebagai bentuk kesederhanaan. Dia juga sering digambarkan sedang menghibur anak-anak kecil. Figur Budai hampir selalu muncul dalam budaya Cina.
Sejarah
Menurut sejarah Tiongkok, Budai adalah seorang biksu Zen yang eksentrik yang hidup di Tiongkok selama masa Dinasti Liang Akhir (907-923 CE). Dia adalah orang asli Fenghua, dan nama buddhisnya adalah Qieci (Hanzi: 契此; Pinyin: qiècǐ).[1] Dia selalu digambarkan sebagai karakter yang baik hati dan dicintai.
Istilah Buddha berarti "dia yang telah sadar". Sepanjang sejarah agama Buddha, terdapat beberapa figur terkenal yang diingat oleh banyak orang dan dianggap sebagai para Buddha. Budai merupakan salah satunya. Meskipun berbeda secara fisik dalam penggambarannya, orang-orang Barat masih bingung membedakan antara Buddha historis (Buddha Gautama) dan Budai.
Tradisi Menyangkut Budai
Cerita Rakyat
Budai selalu dikagumi atas kebahagiaan, rasa puas dan kebijaksanaannya. Salah satu kepercayaan populer yang berkembang di tengah-tengah masyarakat adalah bahwa memegang perut Budai akan membawa kekayaan, keberuntungan dan kemakmuran.
Di Jepang, Hotei merupakan salah satu dari "Tujuh Dewa Keberuntungan" (Shichi Fukujin).[2]
Buddhisme
Beberapa tradisi Buddhis menganggap dia adalah seorang calon Buddha atau bodhisattva, sering mengasosiakannya dengan Maitreya (Buddha yang akan datang).[2][3]
Zen
Cerita utama tentang Budai di dalam Zen (Chán) terdapat dalam kōan pendek.[4] Di dalam koan tersebut, Budai diceritakan sedang mengembara memberikan permen kepada anak-anak miskin, hanya meminta satu koin kepada para biksu atau umat yang lewat. Suatu hari seorang biksu berjalan padanya dan bertanya, "Apa artinya Zen?" Budai menjatuhkan tasnya. "Bagaimana seseorang bisa menyadari Zen?". Budai kemudian mengambil tasnya dan kembali berjalan.[4]
I Kuan Tao
Patung Budai merupakan figur utama dalam altar-altar I Kuan Tao, di mana dia selalu diasosiasikan dengan nama Sanskerta Maitreya.[5] Menurut I Kuan Tao, Budai memberikan banyak ajaran termasuk kepuasan, kedermawanan, kebijaksanaan dan hati yang terbuka.[5]
Figur Serupa
Arahat Angida
Angida adalah salah satu dari delapan belas Arahat pertama dalam agama Buddha. Menurut legenda, Angida adalah seorang penangkap ular berbakat yang bertujuan menangkap ular-ular berbisa sehingga mereka tidak akan mematuk orang-orang yang lewat. Angida akan mengambil racun dari ular tersebut dan kemudian melepaskannya. Atas kebaikannya, dia mencapai bodhi.
Seni Cina menggambarkan Angida sebagai Budai, gendut, tertawa dan membawa sebuah tas. Di Nepal, dia disebut jua hasne buddha ("Buddha Tertawa").[butuh rujukan]
Phra Sangkajai / Phra Sangkachai
Di Thailand, Budai juga terkadang sulit dibedakan dengan seorang biksu terkenal di sana yang bernama Phra Sangkajai atau Sangkachai (bahasa Thai: พระสังกัจจายน์). Menurut legenda diceritakan bahwa dia sangat tampan sehingga pada suatu ketika seorang pria hendak memintanya menjadi istri. Untuk menghindari kejadian serupa, dia mengubah dirinya menjadi seorang biksu gendut. Legenda lainnya mengatakan bahwa dia sangat menawan sehingga para dewa dan manusia sering membandingkannya dengan Buddha Gautama. Dia menganggap hal ini tidak pantas, lantas mengubah dirinya menjadi gendut.