Buah Hitam atau Piarawi (dari kata Pi Airawi, terj. 'benda/buah diatas pohon')[2] adalah species tanaman endemik yang hanya bisa ditemukan di Kabupaten Teluk Wondama. Buah hitam berbuah setahun sekali, dan dibudidayakan oleh orang Wamesa untuk membuat masakan sagu buah hitam.[3]
Deskripsi
Pohon berukuran sedang dengan tinggi 24–30 m. Tinggi bebas cabang sekitar 10–12 m, memiliki diameter sekitar 50 cm, kulit kayu bersisik dan berwarna coklat, coklat kekuningan, atau coklat muda abu-abu. Daun majemuk tunggal, bersirip ganjil, kedudukan daun tersebar dan berbentuk spiral. Anak daun berjumlah 3–5 pasang, berbentuk membundar telur menjorong, dengan tepi daun rata dan bergelombang, memiliki panjang 10–21 cm dan lebar 5–10 cm. Peruratan daun tenggelam dan urat sekunder menyirip beraturan atau tidak beraturan, melengkung, 10–12 pasang. Sedangkan urat tersier berbentuk jala. Bunga berbentuk tandan berganda, berukuran kecil, dan berwarna putih-kekuningan, dan memiliki garis tengah 4–6 mm. Buah berbiji tunggal, berbentuk lonjong dan memiliki panjang 2,5–3,2 cm dan diameter 1,2–1,5 cm. Buah saat belum matang berwarna hijau dan saat matang berwarna hitam.[4]
Pemanfaatan
Untuk pengolahan sagu buah hitam (Beriam Tereu),[2] buah hitam di campur dengan sagu, lalu di bungkus dan kemudian di bakar (panggang) di atas para-para dalam waktu satu malam. Sebelum pembakaran sagu buah hitam ada ritual adat yang dilakukan, setelah itu barulah pemasakan sagu buah hitam bisa dimulai. Sagu buah hitam merupakan bekal prajurit saat berperang. Kini, olahan sagu buah hitam hanya disajikan saat adat perkawinan, ritual tusuk telinga,[4] dan disajikan untuk penanda perdamaian antar suku.[3]
Referensi