Biro Kesusastraan Borneo atau Borneo Literature Bureau adalah penerbitan yang didirikan oleh pemerintah kolonial Inggris pada 15 September 1958 di Kuching. Tujuan dari didirikannya penerbitan ini adalah untuk memfasilitasi industri perbukuan dalam bahasa Melayu, Tionghoa, Iban, Kadazan, Inggris, dan bahasa-bahasa daerah lainnya di wilayah Sabah dan Serawak. Produksi dimulai dua tahun setelah pendiriannya, yakni 1960.[1]
Pada tahun 1977, Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) Malaysia mengambil alih Biro Kesusastraan Borneo. DBP yang hanya mengadvokasi penerbitan berbahasa Melayu lantas mengubur buku-buku berbahasa Iban dan bahasa daerah Borneo lainnya. Sebagian buku yang telah dikubur itu berhasil diselamatkan oleh seorang pembaca. Akan tetapi untuk menghindari penemuan seperti itu terulang, DBP diduga tidak lagi mengubur buku-buku, melainkan membakarnya.[1] Hal ini dilakukan sebagai bagian dari agenda asimilasi pemerintahan Malaysia dengan menekankan nilai-nilai Melayu dan Islam.[2] Sejak saat itu, media cetak berbahasa Iban (dan bahasa-bahasa Borneo lainnya) berangsur-angsur kalah dengan bahasa nasional yang didatangkan dari Malaya.[3][4]
Terbitan
Beberapa buku yang diterbitkan oleh BLB sebagai berikut:
Tanong do Kadazan (Cerita Kadazan) oleh Samuel Majalang, 1962. Disebut sebagai buku pertama dalam bahasa Kadazan
Nipizan do Pololou (Melamun) oleh Peter Lidadun, 1968
Bahasa Iban
Jengkuan-Taju Remaung oleh Joseph Achek, 1976
Tupai Miai oleh Felix Ambon, 1967
Warisan
Beberapa buku masih disimpan di perpustakaan Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuching, Museum Serawak, Universitas Malaya, perpustakaan umum Kuching dan dalam kepemilikan perseorangan. Daftar buku yang masih dapat dijumpai telah disenaraikan oleh Otto Steinmayer dan dapat dibaca dalam jurnalnya The Borneo Literature Bureau: Publications in Iban and Other Bornean Languages: A Bibliography.[5]