PT Bimagraha Telekomindo (kemungkinan merupakan singkatan dari Bimantara dan Artha Graha) didirikan awalnya dengan nama PT Artha Jakarta Makmur pada 19 Agustus 1992, dengan kantor pusat di Jakarta. Perusahaan ini merupakan induk dari PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo), dari tahun 1993 hingga 2001. Bimagraha merupakan perusahaan patungan dari Artha Graha (lewat PT Graha Jakarta Sentosa sebesar 50%)[1] dan kelompok Bimantara Citra (Bimantara 20%, PT Asriland 20%, Aziz Mochdar 5% dan Ronald Korompis 5%).[2]
Satu-satunya operasional perusahaan ini yang tercatat hanyalah menjadi pemegang saham dari Satelindo (bersama dengan Telkom dan Indosat). Awalnya, kepemilikan Bimagraha di perusahaan ini sebesar 60%, tetapi seiring dengan masuknya investor asing (Deutsche Telekom) pada 1995, sahamnya di Satelindo menurun menjadi 45% walaupun tetap sebagai mayoritas.[3] Memasuki tahun 1999, kondisi induknya Bimantara yang seret akibat krisis ekonomi 1997-1998 membuat Bimagraha dirumorkan sempat berencana menjual Satelindo pada Singtel dan Deutsche Telekom. Tampaknya, sebagai persiapannnya pada tahun ini juga status Bimagraha diubah dari PMDN menjadi PMA.[4][5][6] Namun, akhirnya kepemilikan mayoritas Bimagraha atas Satelindo baru berakhir pada Mei 2001 ketika pemegang saham lainnya, Indosat setuju untuk mengakuisisi saham Bimagraha senilai 45% di Satelindo seharga US$ 247 juta (Rp 1,425 triliun).[7]
Pada 31 Mei 2001, kemudian seluruh saham Bimagraha juga beralih ke Indosat sebesar 100%. Transaksi ini berjalan dengan baik, walaupun sempat dicurigai sebagai alat untuk menguntungkan keluarga Cendana.[8][9] Hingga 2003, saham Bimagraha masih dimiliki Indosat dan sejak 2002 sudah direncanakan untuk merger dengan induknya ini. Pada akhirnya, merger resmi dilakukan pada 20 November 2003, dan praktis Bimagraha (bersama Satelindo dan Indosat-M3) pun lenyap dan operasionalnya bergabung dengan Indosat.[10][11]
Manajemen
- Manajemen Bimagraha pada 1995[2]
- Manajemen Bimagraha pada 2003[4]
Lihat juga
Referensi