Betet biasa (Psittacula alexandri) adalah sejenis burung anggota sukubayan. Ditemukan mulai dari kaki Pegunungan Himalaya, Tiongkok Selatan, Asia Tenggara, hingga Filipina, jenis ini adalah yang paling tersebar luas di antara genusnya dan merupakan spesies yang memiliki banyak variasi geografis. Bulunya yang cerah dan dapat dibuat jinak inilah yang dijadikan daya tarik memelihara burung betet. Apabila betet biasa ini sudah jinak, dapat dijadikan mainan dan dilepas-lepas.[2]
Dikenal sebagai betet, bitit, bayan, ekek dalam berbagai bahasa daerah, burung ini disebut dalam bahasa Inggris sebagai Red-breasted Parakeet atau Moustached Parakeet.
Nama ilmiah spesiesnya mengacu kepada Alexander Agung, yang tentaranya mengenalkan bayan ke dunia barat ketika kembali ke Yunani.[3]
Pengenalan
Burung ini berukuran sedang, dari kepala hingga ke ujung ekor sekitar 34 cm. Berkepala besar, paruh bengkok dan kuat, kaki pendek dan lincah dengan dua jari menghadap ke belakang; bulu berwarna-warni[4] sekalipun warna bulunya tidak sebanyak bulu nuri. Umumnya hanya merah dan hijau saja.[5]Bulunya yang cerah membuat ia terlihat menarik.[6] Muda: kepala coklat kuning tua. Iris kuning, paruh merah, kaki abu-abu.[7]
Mahkota dan pipi abu-abu ungu, dengan kekang dan kumis hitam. Tengkuk, punggung, sayap, dan ekor, hijau. Kekangnya berwarna hitam. Dada merah jambu, paha dan perut hijau pucat. Iris kuning, paruh merah, dan kaki abu-abu.[4][7]
Betet biasa memiliki perbedaan dengan betet ekor-panjang, yakni tubuh betet ekor panjang berwarna hijau, sisi-sisi kepala berwarna merah. Irisnya kuning-kehijauan, paruhnya merah, dan kakinya abu-abu.[8]
Kebiasaan dan ekologi
Betet menyebar hingga ketinggian 1500 m dpl di pelbagai tipe hutan, termasuk hutan mangrove, kebun-kebun kelapa, mangga, kebun-kebun campuran pada umumnya, hingga ke taman-taman dan wilayah permukiman.[9]
Betet biasa hidup bergerombol dalam jumlah banyak, baik saat terbang maupun beristirahat dan bersarang dalam kelompok. Biasanya, dalam sebatang pohon bisa ditempati banyak sarang yang tidak berjauhan.[10] Terbang cepat dalam kelompok melalui tempat terbuka sambil bersuara bising; dan hinggap dengan ribut karena kepakan sayapnya. Makan atau bertengger di pohon sambil saling berteriak. Suara: seruan tajam berulang-ulang kekekek, atau teriakan parau seperti terompet.[11]
Betet memakan aneka buah-buahan, biji-bijian, nektar, tunas pepohonan, serta bunga-bungaan; terutama bunga-bunga Parkia, Albizia dan Erythrina.[11][2] Selain memakan bunga dan aneka buah-buahan, betet umumnya biji-bijian yang keras sekalipun layaknya kakatua karena paruh mereka besar dan kuat;lain halnya dengan nuri yang lidahnya seperti sikat, sehingga mereka memakan makanan yang lembut ataupun lunak.[12]
Bersarang sepanjang tahun dalam koloni. Sarang dibuat dalam lubang pohon, sering di lubang bekas burung pelatuk, yang dilapisi dengan serpihan kayu. Telur berjumlah 2-4 butir, agak bulat, berwarna putih.[11] Betet biasa berkembangbiak sepanjang tahun.[7]
Psittacula alexandri cala (Oberholser) 1912; di Pulau Simeulue, Aceh.[9]
Psittacula alexandri dammermani Chasen & Kloss 1932; di Kepulauan Karimun Jawa.[11]
Psittacula alexandri fasciata (Statius Muller) 1776; dari Himalaya bawah (Uttar Pradesh utara, hingga ke Arunachal Pradesh dan Assam, India) ke timur melewati Asia Tenggara hingga ke Cina selatan. Diintroduksi ke Singapura, Hong Kong, dan kota-kota di Guangdong selatan.[9]
Psittacula alexandri kangeanensis Hoogerwerf 1962; di Kepulauan Kangean.[11]
Psittacula alexandri major (Richmond) 1902; di Kepulauan Banyak, Aceh.[9]
Psittacula alexandri perionca (Oberholser) 1912; di Kepulauan Nias, Sumatera Utara.[9]
Konservasi
Beberapa ras pulau kemungkinan terancam oleh perdagangan burung liar. Betet merupakan salah satu jenis burung yang banyak diperdagangkan sebagai hewan peliharaan, banyak dari antaranya berasal dari tangkapan alam.[15]CITES telah memasukkannya ke dalam Apendiks II semenjak 1981. Ras alexandri, yang terdapat di Jawa, sedang mendekati kepunahan karena faktor ini.[9] Di Indonesia, burung ini termasuk burung yang dilindungi, sekalipun ia tidak masuk dalam PP 7/1999.[16]
^Jobling, J.A. 2010. Helm Dictionary of Scientific Bird Names, Christopher Helm, London.
^ abMacKinnon, J., K. Phillipps, B. van Balen. 2000. Panduan Lapangan Burung-burung di Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Puslitbang Biologi LIPI, Bogor. Hal. 177-178
^BirdLife International 2012. Psittacula alexandri. In: IUCN 2012. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2012.1. <www.iucnredlist.org>. Downloaded on 30 July 2012
^Prahara 2003, hlm. 95, lihat lampiran I (tabel burung yang dilindungi pemerintah), no.187.
Bacaan
Prahara, Widyabrata (2003). Perawatan & Penangkaran Burung Paruh Bengkok yang Dilindungi (dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Penebar Swadaya. ISBN979-489-695-0.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
Rudi, Hermawan (2012). Rahasia Sukses Mencetak 50 Jenis Burung Kicau (dalam bahasa Indonesia). Yogyakarta: Pustaka Baru Press. ISBN979-602-99884-8-4 Periksa nilai: checksum |isbn= (bantuan).Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
Turut, Rusli (2010). Memelihara 42 Burung Ocehan Populer (dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Penebar Swadaya. ISBN979-002-442-8.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)