Jano (Tarra Budiman) adalah pekerja paruh waktu di toko musik. Sejak kecil ia menghadapi kendala dalam bersosialisasi yang membuatnya sering di bully, namun ia memiliki teman Joana (Ayushita Nugraha) dan Dika (Ringgo Agus Rahman) yang selalu mendampinginya. Ia jatuh cinta kepada pelanggan bernama Kayla (Annisa Pagih). Suatu hari Kayla datang ke Aksara dan meminta bantuannya untuk memasang poster konser musik di Bali dan sebagai gantinya Kayla memberikan tiga tiket konser musik itu. Dika yang tengah sibuk membantu Joana menyelesaikan penelitian geologinya memaksa Jano untuk turut serta membantu Joana, akan tetapi Jano selalu menolak ajakan Dika. Tapi, tiga tiket konser dari Kayla tersebut membuat Jano membantu Dika dan Joana. Setelah selesai mengumpulkan data penelitian Joana di Kawah Ijen, mereka dapat melanjutkan perjalanan ke Bali. Mereka menyewa mobil VW Combi tua dari Gimbal (Tanta Ginting). Gimbal pun ikut bergabung dalam petualangan, "berangkat" menuju tempat-tempat istimewa yang mereka singgahi sebelum sampai ke lokasi tujuan..
Amrit Punjabi selaku produser eksekutif mengatakan telah lama ingin membuat film perjalanan. Kemudian ia mengajak sutradara Naya Anindita untuk menggarap film tersebut. Film ini merupakan film keduanya sebagai sutradara setelah debut penyutradaraan lewat film Sundul Gan: The Story of Kaskus.[1]Isman H. Suryaman bersama Nicholas Raven menyiapkan skenario hingga 12 draft.[2] Naya mengatakan cukup sulit ketika ia mencari empat aktor untuk memerankan karakter utama tersebut. Ia mencari pemain yang cocok dan juga asik serta lucu mengingat proses syuting dilakukan dengan perjalanan darat dari Jakarta hingga Bali.[3]
Pemeran utama yang mengisi film tersebut adalah Tarra Budiman, Ayushita, Ringgo Agus Rahman, dan Tanta Ginting. Tarra Budiman mengatakan menerima peran tersebut dikarenakan ingin bermain dengan orang hebat di film ini. Ia juga ingin mengubah imej sebagai pembawa acara komedi menjadi seorang aktor. Sedangkan Tanta Ginting dan Ayushita mengaku ingin bermain film ini karena mengidolakan Naya yang mengisi bangku sutradara. Beberapa pemeran lain yang terlibat adalah Saykoji, Reza Nangin, dan Martin Anugrah.[4]
Syuting
Proses syuting dilakukan dengan perjalanan darat dari Jakarta hingga Bali. Kota yang disinggahi adalah Malang, Batu, dan Banyuwangi.[5] Naya mengaku tidak mudah mengarahkan 70 orang pemain dan kru dalam film yang mengambil lokasi di banyak tempat.[6] Salah satu tempat yang mendapat tantangan sulit dalam proses syuting adalah Kawah Ijen. Naya memilih Kawah Ijen karena ingin menunjukkan salah satu kekayaan alam langka yang dimiliki Indonesia
Salah satu kendala terbesar saat melakukan proses syuting adalah kondisi cuaca yang tak menentu. Ia harus menunggu selama 24 jam dengan debu vulkanik untuk mengambil adegan di Kawah Ijen. Hal tersebut terjadi dikarenakan munculnya badai dengan jarak pandang yang terbatas. Penyakit asma yang diderita oleh Ayushita juga kambuh saat tertahan di Kawah Ijen karena bau belerang yang cukup menyengat.[7] Kendala-kendala tersebut membuat Naya harus mengubah beberapa cerita untuk menyesuaikan dengan keaadan saat syuting.[8]