Benang merah takdir (Hanzi sederhana: 姻缘红线; Hanzi tradisional: 姻緣紅線; Pinyin: Yīnyuán hóngxiàn; disebut juga benang merah nasib dan benang merah pernikahan) adalah kepercayaan Asia Timur yang berasal dari mitologi Tiongkok. Ia sering digambarkan sebagai benang merah tak kasatmata yang ditali pada jari sepasang yang ditakdirkan untuk bertemu sebagai "cinta sejati".[1]
Menurut legenda Tiongkok, dewa yang bertugas untuk mengurus "benang merah" diyakini ialah Yuè Xià Lǎorén (月下老人), biasa disingkat menjadi Yuè Lǎo (月老), yaitu dewa perjodohan bulan tua yang bertugas untuk mengurus pernikahan. Dalam mitos Tiongkok asli, benang ini melilit pergelangan kaki kedua pihak; dalam budaya Jepang, benang ini melilit ibu jari si laki-laki dan jari kelingking si perempuan; sedangkan dalam budaya Korea, benang ini melilit jari kelingking kedua pihak. Dalam budaya Tiongkok, warna merah melambangkan nasib baik dan menjadi warna pernikahan Tiongkok tradisional, yaitu kedua mempelai memakai pakaian merah selama acara pernikahan atau untuk tahapan-tahapan tertentu.
Dua orang yang dihubungkan oleh benang merah ditakdirkan menjadi sepasang kekasih tanpa memperhatikan tempat, waktu, atau keadaan. Benang ajaib ini bisa melar atau kusut, tetapi tidak pernah putus. Mitos ini mirip dengan konsep Barat tentang belahan jiwa atau pasangan yang ditakdirkan.
Cerita rakyat
Bagian ini kosong. Anda bisa membantu dengan melengkapinya.
^García, Carmelo; Caballero-Gil, Pino; Burmester, Mike; Quesada-Arencibia, Alexis (2016). Ubiquitous computing and ambient intelligence: 10th International Conference, UCAmI 2016, San Bartolomé de Tirajana, Gran Canaria, Spain, November 29-December 2, 2016, Proceedings. Part II. Springer. hlm. 265. ISBN3-3194-8799-X.