Baning cokelat
Baning cokelat (Manouria emys) adalah sejenis kura-kura darat anggota suku Testudinidae. Kura-kura yang menyebar di Asia Selatan hingga ke Indonesia ini kini dinyatakan berstatus Terancam Kepunahan (EN, Endangered) oleh IUCN. Dalam bahasa Inggris, baning ini dikenal sebagai giant brown tortoise, Asian brown tortoise, atau Asian forest tortoise. PengenalanKura-kura darat yang terbesar di wilayah Asia; Manouria e. emys dapat mencapai panjang karapas 48 cm, sedangkan M. e. phayrei mencapai 60 cm.[3] Beratnya dapat mendekati 40 kg; namun spesimen Indonesia yang terbesar sejauh ini tercatat 50 cm dengan berat antara 15–20 kg.[4] Perisai punggungnya (karapas) tinggi melengkung. Keping vertebralnya kurang lebih sama lebar dengan keping kostal. Panjang keping-keping vertebral juga kurang lebih sama; keping vertebral pertama mempunyai sisi sejajar, sedangkan keping vertebral kelima melebar ke arah belakang. Keping marginal (pinggir) di bagian depan dan di sekitar kaki belakang mendatar dan agak melengkung ke atas.[4] Perisai perutnya (plastron) dengan dua tonjolan pada bagian depan (yakni keping gular) yang panjangnya melampaui panjang karapas.[4] Urutan panjang hubungan antar keping di bagian perut adalah: keping abdominal > humeral > gular > femoral > anal. Pada Manouria e. emys, keping pektoral tidak saling bersinggungan, terpisahkan oleh keping humeral dan abdominal. Pada anak jenis phayrei, keping pektoral bersinggungan di tengah badan, dengan urutan panjang hubungan: keping abdominal > humeral > femoral > gular > anal > pektoral.[3] Kakinya besar-besar menyerupai kaki gajah, dengan jari-jari yang tidak tampak jelas. Kaki belakang berkuku lima dan kaki depan berkuku empat, berbentuk meruncing; sisik-sisik di kaki menebal serupa kuku serupa perisai.[4] Anak jenis dan agihanManouria emys memiliki dua anak jenis, yakni:[5]
EkologiBaning cokelat menghuni wilayah-wilayah berhutan dan dataran, di tempat berketinggian sedang.[4] Sementara Manthey & Grossmann (1997) mencatat bahwa baning ini didapati di hutan gugur di dataran tinggi. Kura-kura ini menyukai tempat-tempat yang lembap, acap kali ditemukan berendam di sungai yang dangkal atau mengubur diri di tanah yang lembap. Makanannya terutama dari tumbuh-tumbuhan; namun hewan muda tercatat juga memangsa siput, cacing, dan hewan-hewan kecil lainnya. Jantan dan betina dibedakan dari gerakan leher dan kepalanya, dan dari suaranya yang keras.[3] Kura-kura ini biasanya bertelur dua kali setahun; setiap kalinya dihasilkan 20–30 butir, yang dikeluarkan dalam beberapa hari berturut-turut. Bentuknya agak lonjong, lk. 40 × 50 mm, bercangkang agak lunak seperti telur penyu. Telur-telur ini dipendam dalam suatu lubang sarang berdiameter sekitar setengah meter, dan akan menetas dalam 63–85 hari.[4] Ancaman dan konservasiPopulasinya terancam di berbagai wilayah di area sebarannya, terutama karena ditangkap orang untuk dimakan. Dilaporkan bahwa hewan ini biasanya ditangkap dan disembelih jika ditemukan penduduk lokal; ukurannya yang besar dan gerakannya yang lamban menjadikan baning cokelat mudah diburu. Meluasnya tempat-tempat yang dimukimi manusia, hingga jauh ke pedalaman dan ke gunung-gunung, bisa jadi turut menekan populasi baning. Kura-kura ini diketahui juga diperniagakan di pasar-pasar di Malaysia dan Thailand, serta menjadi komoditas perdagangan internasional.[7] Karena alasan-alasan itulah maka Uni Konservasi Dunia, IUCN, semenjak tahun 2000 menempatkan baning cokelat ini ke dalam status Terancam Kepunahan (EN, Endangered).[8] Di samping itu, untuk mengontrol perdagangannya, CITES memasukkannya ke dalam Apendiks II.[9] Catatan kaki
Rujukan lain
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Manouria emys.
|