Semuo manusio dilaheikan merdeka dan samo-samo punyo martabat dengan segalo haknyo. Semuonyo memperoleh karunia akal dengan nurani dan hendaklah begaol antagho satu samo laen dengan semangat besedagho.
Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan.
Perhatian: untuk penilai, halaman pembicaraan artikel ini telah diisi sehingga penilaian akan berkonflik dengan isi sebelumnya. Harap salin kode dibawah ini sebelum menilai.
Bahasa Melayu Siak merupakan turunan langsung dari Bahasa Melayu Johor–Lingga. Pada perkembangannya, bahasa Melayu Siak memiliki dua dialek utama, yaitu dialek 'e' dan dialek 'o'.[7]
Dialek 'e'
Dialek 'e' dikenal sebagai dialek Melayu Klasik, bahkan tak banyak perbedaannya langsung dengan bahasa Melayu Klasik atau Melayu Tinggi. Dialek ini dianggap sebagai dialek tingkatan sopan dari bahasa Melayu Siak sebab dituturkan di sekitar Istana Siak Sri Indrapura. Contoh dialek Melayu 'e' dalam kata tanya adalah, siape (siapa), kemane (kemana), dimane (dimana), dan beghape (berapa).[7]
Dialek 'o
Berbeda dengan dialek 'e', dialek 'o' berkembang di tengah masyarakat Siak umumnya dan digunakan sebagai bahasa percakapan sehari-hari. Bahasa ini juga dikenal sebagai bahaso Melayu Kampong (bahasa Melayu Kampung), karena dialek ini berkembang di perkampungan sekitar pusat pemerintahan Siak Sri Indrapura dahulunya. Dialek 'o' inilah yang umum dipakai oleh masyarakat Siak, terlebih saat pusat perdagangan Siak dipindahkan ke Pekanbaru, dialek 'o' inilah yang dibawa oleh para pedagang Siak dan dipakai oleh masyarakat di sepanjang Sungai Siak.
Menurut sejarah, Pekanbaru dahulunya adalah sebuah negeri bagian dari Kesultanan Siak. Karena letaknya yang berada dipertengahan, negeri ini menjadi pembatas antara Riau Pesisir dan Riau Pedalaman. Hal inilah yang kemudian membuat budaya dan tradisi Riau Daratan bercampur disini terlebih ketika Bandar Pekan (Pekanbaru) dibuka oleh Sultan Siak. Karena pada awalnya pusat pemerintahan Kesultanan Siak di Senapelan, maka kemudian bahasa Melayu di Pekanbaru ini juga dibawa dari daerah Senapelan oleh orang-orang Melayu Siak. Maka dari itulah, budaya, adat istiadat, tradisi, dan budaya Siak juga berkembang di Senapelan. Bahasa Melayu yang digunakan oleh penduduk asli Pekanbaru ini sangat mirip dengan bahasa Melayu yang digunakan di Siak, Perawang, dan Koto Gasib.[7]
Kosakata
Kata ganti
Glosa
Bahasa Melayu Siak
saya
kami (sopan), sayo (formal), aku
kami, kita
kami, kito, kito oghang
Kamu
dikau, kau, engkau, awak (formal)
dia
dio
kalian
miko
Kata tanya
Glosa
Bahasa Melayu Siak
apa
apo
kenapa
kenapo
bagaimana
macam mano, camano
berapa
beghapo
dimana
kat mano, dimano
kemana
kemano
dari mana
daghi mano
mana
mano
siapa
siapo
mengapa
mengapo
kapan
bilo
Angka
Pelambang
Glosa
Bahasa Melayu Siak
1
satu
satu, eso
2
dua
duo
3
tiga
tigo
4
empat
empat
5
lima
limo
6
enam
enam
7
tujuh
tujoh
8
delapan
delapan, lapan
9
sembilan
semilan
10
sepuluh
sepuloh
Kosakata sehari-hari
Glosa
Bahasa Melayu Siak
Nanti
Kaghang/Kang
Semua
Semuo
Enak
Lemak/Sedap
Enak banget
Lemak Beno
Betul
Betol/Beno
Tidak Ada
Tak Ado
Sebentar
Sekejap
Ketawa
Ketawo
Lihat
Tengok
Bohong
Bengak
Cantik
Lawo
Kesana
Kesano
Kerja
Kejo
Kakak Laki-laki
Abang
Kakak Perempuan
Akak
Air
Aei
Sendiri
Sorang/Soghang
Mau
Nak
Dia
Dio
Anak Kecil
Budak Kecik
Besar
Beso
Kecil
Kecik
Pergi
Pegi
Pulang
Balek
Apa Kabar
Apo Kabo
Tidur
Tido
Lapar
Lapo/Kebulow
iya
Aok
Teman
Kawan
Referensi
^Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Siak Malays". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.Pemeliharaan CS1: Tampilkan editors (link)