Baekjeong (Korea: 백정) adalah kelompok minoritas "tak tersentuh” dari Korea.[1] Pada paruh awal zaman Goryeo (918–1392), kelompok minoritas tersebut banyak bermukim dalam masyarakat-masyarakat tetap.[1] Namun, invasi Mongol membuat Korea menjadi kacau, dan kelompok tersebut menjadi nomaden.[1] Anak kelompok lain dari baekjeong adalah ‘chaein’ dan ‘hwachae’. Pada zaman dinasti Joseon, mereka menjalankan profesi spesifik seperti merajut keranjang dan melakukan eksekusi.[1] Pada zaman Goryeo, baekjeong dipakai sebagai istilah untuk menyebut kelompok rakyat jelata.[2] Namun, pada zaman dinasti Choson, istilah tersebut merujuk kelas kelas terrendah dari masyarakat dan sebutan hinaan.[3] Selain itu, pada zaman Dinasti Joseon dan saat ini, baekjeong juga dipakai sebagai sebutan untuk menyudutkan seseorang.[4][5] Terkadang, di sisi lain, pengartiannya dirombak dan dipakai sebagai nama restoran.[6] Fakta bahwa nama "Baekjeong" berubah menjadi istilah yang merujuk kepada berbagai kelas masyarakat dari usia berbeda adalah pencapaian riset sejarah saat ini.[7]
Osgood, Cornelius. 1951. The Koreans and Their Culture. New York: Ronald Press.
Passin, Herbert. 1957. "The Paekchŏng of Korea: A Brief Social History" Monumenta Nipponica. 12 (3/4): 195–240.
Kim, Joong-Seop. 1999. "In Search of Human Rights: The Paekchŏng Movement in Colonial Korea" Pp. 311–335 in Colonial Modernity in Korea, edited by Gi-Wook Shin and Michael Robinson. Cambridge; London: Harvard University Asia Center.
Kim, Joong-Seop. 2003. The Korean Paekjŏng under Japanese rule: the quest for equality and human rights. London; New York: Routledge.