Undang-undang federal anti-propaganda homoseksual Rusia 2013
Undang-Undang Federal tentang Perubahan terhadap Pasal 5 Undang-Undang Perlindungan Anak dari Informasi Berbahaya dan Peraturan Perundang-undangan Lain Federasi Rusia Dengan Maksud Untuk Melindungi Anak-anak dari Persebaran Informasi yang Bertentangan dengan Nilai-nilai Keluarga Tradisional (bahasa Rusia: Федеральный закон от 29 июня 2013 г. N 135-ФЗ г. Москва "О внесении изменений в статью 5 Федерального закона "О защите детей от информации, причиняющей вред их здоровью и развитию" и отдельные законодательные акты Российской Федерации в целях защиты детей от информации, пропагандирующей отрицание традиционных семейных ценностей") adalah sebuah undang-undang perubahan tingkat federal Rusia yang disahkan oleh Duma pada tanggal 11 Juni 2013[1] dan ditandatangani oleh Presiden Vladimir Putin pada tanggal 30 Juni 2013.[2] Di media, undang-undang ini sering disebut "undang-undang propaganda gay" atau "undang-undang anti-gay".[1][2][3][4][5][6] Pemerintah Rusia menyatakan bahwa undang-undang ini diperlukan untuk melindungi anak-anak dari persebaran informasi yang menyebarkan nilai-nilai homonormativitas (konten yang mewajarkan homoseksualitas sebagai sebuah norma dalam masyarakat), oleh karena homoseksualitas dianggap bertentangan dengan nilai keluarga tradisional pada masyarakat Rusia. Secara teknis, undang-undang ini mengubah ketentuan pada Undang-undang Federal tentang Perlindungan Anak dari Informasi Berbahaya 2010 dan Kitab Pelanggaran Administrasi Federal. Perubahan tersebut secara eksplisit melarang "persebaran propaganda hubungan seksual non-tradisional". Larangan ini meliputi bahan yang "menimbulkan ketertarikan atas" hubungan semacam itu; menyebabkan anak-anak melakukannya; atau "mewujudkan gagasan yang salah mengenai tingkat nilai sosial antara hubungan seksual tradisional dan non-tradisional." Ancaman bagi perusahaan dan organisasi yang melanggar ketentuan ini adalah penutupan sementara, dan warga negara asing dapat ditangkap, ditahan sampai 15 hari, didenda hingga 5,000 rubel, dan/atau dideportasi. Dukungan Kremlin terhadap pengesahan undang-undang ini secara umum dipandang sebagai sebuah upaya untuk memuaskan faksi nasionalis kanan-jauh. Pengesahannya dikutuk oleh Komisi Venesia dari Dewan Eropa; oleh Komite Hak Asasi Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa; dan oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia seperti Amnesty International dan Human Rights Watch. Bahasa undang-undang ini dianggap terlalu luas dan abstrak, sampai pada tahap larangan efektif bagi pengekspresian hak asasi dan budaya komunitas LGBT. Pengesahannya dinilai berdampak pada meningkatnya kekerasan homofobik di Rusia,[7] serta pada status Rusia sebagai tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2014 yang berlangsung di Sochi, oleh karena Piagam Olimpiade secara jelas menentang semua bentuk diskriminasi. Latar belakangDisamping kenyataan bahwa kota-kota Moskwa dan Saint Petersburg dikenal karena komunitas LGBT mereka, terdapat pertumbuhan penentangan terhadap hak gay di kalangan politikus sejak 2006.[8] Kota Moskwa aktif menolak perijinan pawai-pawai gay, dan mantan wali kota Moskwa Yuri Luzhkov mendukung penolakan kota tersebut untuk mengijinkan dua acara Moscow Pride pertama, menyebut mereka sebagai "pengikut setan" dan mendakwa kelompok-kelompok barat karena menyebarkan "jenis pencerahan ini" di negara tersebut.[9][10][11] Anggota parlemen Fair Russia Alexander Chuev juga menentang hak asasi gay dan berniat untuk mengenalkan hukum "propaganda" serupa pada 2007. Tanggapannya, penggiat hak LGBT dan pendiri Moscow Pride Nikolay Alexeyev membongkar dalam acara bincang-bincang televisi К барьеру! dimana Chuev secara terbuka terlibat dalam hubungan sesama jenis sebelum ia menjabat.[12] Pada 2010, Rusia didenda oleh Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa atas tuduhan dari Alexeyev bahwa kota-kota mendiskriminasi kaum gay dengan menolak perijinan pawai-pawainya. Meskipun mengklaim sebuah risiko pelanggaran, pengadilan tersebut menafsirkan keputusan-keputusan tersebut mendukung kelompok-kelompok yang menentang unjuk-unjuk rasa semacam itu.[13] Pada Maret 2012, seorang hakim Rusia mencekal pendirian Pride House di Sochi untuk Olimpiade Musim Dingin 2014, menyatakan bahwa itu akan "mengganggu keamanan masyarakat Rusia", dan ini berseberangan dengan kebijakan dan moralitas masyarakat "di wilayah perlindungan anak-anak dan ibu rumah tangga."[14] Pada Agustus 2012, Moskwa mendorong pelarangan terhadap permintaan Nikolay Alexeyev untuk perijinan 100 tahun untuk mengadakan Moscow Pride setiap tahun, dengan alasan kemungkinan kerusuhan sipil.[15][16] UU "Tentang Perlindungan Anak-Anak dari Informasi yang Mencederai Kesehatan dan Pengembangan Mereka" mengenalkan hukum-hukum yang melarang penyebaran material "mencederai" di kalangan anak-anak. Ini meliputi konten yang "memberikan ketakutan, horor atau kepanikan pada anak-anak", pornografi, bersama dengan material-material yang menampilkan kekerasan, kegiatan tak berhukum, penyalahgunaan substansial, atau pencederaan diri sendiri. Sebuah amendemen untuk hukum tersebut yang disahkan pada 2012 memajukan sebuah sistem rating konten mandatori untuk material yang disebarkan melalui sebuah "jaringan informasi dan telekomunikasi" (meliputi televisi dan internet), dan menghimpun sebuah daftar hitam untuk situs-situs web yang disensor yang berisi pornografi anak atau konten yang menampilkan penyalahgunaan narkoba dan bunuh diri.[17][18][19][20][21] Amendemen tahun 2013, yang menambahkan "propaganda hubungan seksual non-tradisional" sebagai sebuah kelas konten pencederaan di bawah hukum tersebut adalah, menurut Pemerintah Rusia, ditujukan untuk melindungi anak-anak dari keberadaan konten yang menggambarkan homoseksualitas sebagai sebuah "norma perilaku". Tujuannya adalah untuk melindungi nilai-nilai keluarga "tradisional"; pengarang UU Yelena Mizulina (ketua Komite Duma untuk Keluarga, Wanita dan Anak-anak, yang disebut oleh beberapa orang sebagai seorang "salibis moral"),[6][22][23] berpendapat bahwa hubungan "tradisional" antara pria dan wanita mewajibkan perlindungan khusus di bawah hukum Rusia.[2][21][24][25] Amendemen tersebut juga meluas pada hukum-hukum serupa yang diberlakukan oleh beberapa wilayah Rusia, yang meliputi Ryazan, Arkhangelsk (yang mengulang hukumnya tak lama setelah pengecahan versi federal tersebut), dan Saint Petersburg.[26] Mark Gevisser menulis bahwa yang didukung hukum Kremlin adalah sebuah perwujudan dari "sikap dramatis terhadap homofobia" di Rusia yang dimulai pada tahun-tahun sebelum pengesahan hukum tersebut.[27] Gevisser menyatakan bahwa pengesahan hukum tersebut membolehkan pemerintah Rusia untuk menemukan "landasan umum" dengan nasionalis kanan jauh, dan juga menunjang beberapa orang Rusia yang memandang "homoseksualitas sebagai tanda dorongan kemerosotan dalam era globalisasi."[27] Ia menulis: "Beberapa orang Rusia merasa bahwa mereka dapat menjaga diri mereka sendiri melawan tsunami kebudayaan ini dengan menunjung klaim terhadap 'nilai-nilai tradisional', dimana penolakan terhadap homoseksualitas adalah perpendekan tangan termudah. Pesan ini memainkan hal menonjol bagi sebuah pemerintahan yang berniat untuk melakukan mobilisasi melawan penurunan demografi (homoseksual tanpa anak itu kejam) dan dorongan dari Gereja Ortodoks Rusia (homoseksual dengan anak itu kejam)."[27] IsiPasal 1 dari UU tersebut mengamendemenkan Tentang Perlindungan Anak dari Pencederaan Informasi terhadap Kesehatan dan Pengembangan Mereka dengan tujuan mengklasifikasikan "propaganda hubungan seksual non-tradisional" sebagai kelas material yang tak harus disebarkan ke kalangan tersebut. Istilah tersebut didefinisikan sebagai material-material yang "[ditujukan] menyebabkan kalangan kecil untuk membentuk pradisposisi seksual non-tradisional, ketonjolan atraktif terhadap hubungan seksual non-tradisional, atau melakukan tindak kejahatan." Pasal 2 membuat amendemen serupa untuk "Tentang panduan dasar untuk hak anak dalam Federasi Rusia", memerintahkan pemerintah untuk melindungi anak dari material semacam itu.[21] Pasal 3 dari UU tersebut mengamendemenkan Kitab Federasi Rusia tentang Tindakan Administratif dengan Pasal 6.21, yang memberikan hukuman bagi para pelanggar larangan propaganda tersebut: warga negara Rusia yang didakwa bersalah dapat dikenakan denda sampai 5,000 rubel, dan para pegawai negeri dapat meraih denda sampai 50,000 rubel. Organisasi-organisasi atau usaha-usaha didenda sampai 1 juta rubel dan dipaksa menghentikan operasinya sampai 90 hari. Para warga asing ditangkap dan ditahan selama 15 hari kemudian dideportasi, atau didenda sampai 5,000 rubel dan dideportasi. Denda untuk perorangan lebih tinggi jika tindakan yang dilakukan memakai media massa atau internet.[21] TanggapanMenurut sebuah survei yang diadakan pada Juni 2013 oleh Pusat Seluruh Rusia untuk Kajian Opini Masyarakat (juga dikenal sebagai VTsIOM), sekitar 90 persen orang Rusia yang disurvei menyetujui hukum tersebut.[8] Lebih dari 100 kelompok konservatif di seluruh dunia menandatangani sebuah petisi yang mendukung hukum tersebut, dengan Larry Jacobs, manajer World Congress of Families, mendukung tujuannya untuk "melarang advokasi yang ditujukan untuk melibatkan kalangan kecil dalam sebuah gaya hidup yang akan mencederai kesehatan moral dan fisik mereka."[28] Presiden Rusia Vladimir Putin menjawab obyeksi-obyeksi awal untuk UU tersebut yang saat itu diusulkan pada April 2013 dengan menyatakan bahwa "Aku ingin setiap orang memahami bahwa di Rusia, tak ada pencederaan terhadap hak minoritas seksual. Mereka adalah orang, seperti setiap orang lainnya, dan mereka menikmati hak dan kebebasan penuh".[29] Ia berkata bahwa ia sangat berniat untuk mengisyaratkan UU tersebut karena rakyat Rusia menuntutnya.[24] Saat ia melakukannya, "Dapatkah kau membayangkan sebuah organisasi mempromosikan pedofilia di Rusia? Aku pikir rakyat di beberapa wilayah Rusia akan mulai untuk mengambil penanganan.... Sama halnya dengan minoritas seksual: Aku dapat sangat membayangkan perkawinan sesama jenis diijinkan di Chechnya. Dapatkah kau membayangkannya? Ini akan menghasilkan korban-korban manusia."[24] Putin juga menyatakan bahwa ia memberatkan tingkat kelahiran yang rendah di Rusia, karena hubungan sesama jenis tak dapat menghasilkan anak.[30] Pada Agustus 2013, Menteri Olahraga Rusia Vitaly Mutko juga membela hukum tersebut, menyamakannya dengan perlindungan anak dari konten yang menampilkan penyalahgunaan alkohol atau kecanduan narkoba. Ia juga menyatakan bahwa kontroversi atas hukum tersebut dan dampak-dampaknya "diciptakan" oleh media Barat.[31] KritisismePengesahan hukum tersebut mendatangkan timbal balik internasonal yang besar, khususnya dari dunia Barat, saat para kritikus menganggapnya sebuah upaya untuk secara efektif melarang promosi hak dan budaya LGBT di negara tersebut. Article 19 mempersengketakan tujuan yang diklaim dari hukum tersebut, dan merasa bahwa beberapa istilah yang dipakai di dalamnya terlalu ambigu, seperti "hubungan seksual non-tradisional", dan "ketimbulan yang terjadi didalamnya". Organisasi tersebut berpendapat bahwa ini "dapat sangat diterapkan kepada informasi apapun terkait orientasi seksual atau identitas gender yang tak sejalan dengan apa yang Negara anggap sebagai sejalan dengan 'tradisi'. Pemakaian istilah "kalangan kecil" juga dikritik, karena tak jelas apa yang dirujuk kepadanya dalam hal kalangan kecil, atau tempat manapun dimana kalangan kecil dapat hadir, berpendapat bahwa "memprediksi keberadaan anak-anak di ruang manapun, terbuka atau tertutup, sangat tak mungkin dan merupakan sebuah variabel yang proponen dari ekspresi apapun akan secara jarang berada dalam kontrol absolut."[21] Hukum tersebut dikecam oleh Komisi Venesia dari Dewan Eropa (dimana Rusia menjadi anggotanya),[32] oleh Komite Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Anak,[33] dan oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia seperti Amnesty International[34][35] dan Human Rights Watch.[36] Sekjen PBB Ban Ki-moon secara tak langsung mengkritik hukum tersebut.[37] Para penggiat hak LGBT, penggiat HAM, dan kritikus lain menyatakan bahwa pemakaian kata dari hukum tersebut, yang dikarakterisasikan sebagai larangan propaganda gay oleh media, menjadikannya sebuah kejahatan untuk secara terbuka membuat pernyataan atau menyebarkan material yang mendukung hak LGBT, mengadakan pawai kebanggaan atau unjuk rasa lainnya,[38] menyatakan bahwa hubungan gay setara dengan hubungan heteroseksual, atau menurut presiden Human Rights Campaign (HRC) Chad Griffin, bahkan menampilkan simbol-simbol LGBT seperti bendera pelangi atau mencium pasangan sesama jenis di depan umum.[5][24][39][40] Penangkapan pertama yang dibuat di bawah hukum tersebut melibatkan seseorang yang secara terbuka memprotes dengan sebuah tanda yang berisi pesan pro-LGBT.[41] Legislasi tersebut dikabarkan meningkatkan kekerasan melawan orang LGBT di Rusia.[42] Ketua Russian LGBT Network Igor Kochetkov berpendapat bahwa hukum tersebut "[telah] secara khusus melegalisir kekerasan melawan orang LGBT, karena kelompok holligan tersebut membenarkan tindakan-tindakan mereka dengan hukum tersebut," didukung oleh kepercayaan mereka bahwa gay dan lesbian "tak dihargai sebagai kelompok sosial" oleh pemerintah federal. Laporan-laporan yang timbul dari kegiatan oleh kelompok-kelompok seperti 'Occupy Paedophilia' dan 'Parents of Russia', yang dituduh melakukan "pedofilia" dalam "berkencan" kemudian disiksa dan dicerca.[7] Pada Agustus 2013, seorang remaja gay dikabarkan diculik, disiksa dan dibunuh oleh sekelompok Neo-Nazi Rusia. Kekerasan juga meningkat saat unjuk rasa pro-gay; pada 29 Juli 2013, sebuah unjuk rasa gay di Lapangan Mars di Saint Petersburg berujung pada pertikaian kekerasan antara para penggiat, pengunjuk rasa dan polisi.[43][44][45] Pada Januari 2014, sebuah surat, yang ditulis oleh kimiawan Sir Harry Kroto dan pemeran Sir Ian McKellen dan ditandatangani oleh 27 penerima Nobel dari bidang sains dan seni rupa, dikirim ke Vladimir Putin yang membujuknya untuk menarik hukum propaganda tersebut karena "menghalangi kebebasan komunitas LGBT lokal dan luar negeri."[4] Pada Februari 2014, kelompok penggiat Queer Nation mengumumkan rencana protes di New York City di luar konsulat Rusia pada 6 Februari 2014, bertepatan dengan acara pembukaan Olimpiade Musim Dingin 2014.[46] Pada hari yang sama, kelompok hak gay All Out mengkoordinasikan protes serupa di seluruh dunia di London, New York City, Paris, dan Rio de Janeiro.[47] Pada 8 Februari 2014, sebuah flash mob yang diadakan di Cambridge, Inggris menampilkan para pasangan sesama jenis berangkulan dan berpelukan, sebagai bagian dari sebuah proyek video yang dikenal sebagai "From Russia With Love".[48] Menulis untuk The Guardian, Marc Bennetts berpendapat bahwa kritisisme hukum tersebut oleh para pihak luar negeri berhubungan dengan sentimen anti-Rusia; menyebut tanggapan mereka "hipotetikal dan hipokritikal", ia menganggap bahwa negara-negara tak konsisten pada perlakuan mereka terhadap negara-negara lain untuk pendirian mereka terhadap hak LGBT. Ia menyatakan bahwa hukum Rusia tak melarang hubungan LGBT secara keseluruhan, dan tak sejauh hal-hal di negara lainnya, seperti India—yang sekarang menghimpun ulang larangan kegiatan seksual sesama jenis, dan Nigeria, yang mengkriminalisasi perkawinan sesama jenis yang dihukum sampai 14 tahun penjara, dan keanggotaan dalam kelompok-kelompok pro-gay dengan 10 tahun penjara. Pada kesimpulannya, ia menyatakan bahwa "pada kenyataannya, terdapat sedikit yang barat dapat lakukan untuk mempengaruhi Rusia, pada hak gay atau hal apapun lainnya. Namun disamping itu, kritikan yang dibutuhkan terukur, akurat dan, secara keseluruhan, konsisten. Terdapat alasan-alasan tertentu untuk menolak rezim otoritarian Putin tanpa merestorasi hiperbole dan kepalsuan."[49][50] Dokumenter TV Stephen Fry: Out There menyoroti hak gay dan homofobia di sejumlah negara di dunia, termasuk Rusia .[51] Didalamnya, Fry mewawancarai sepasang lesbian yang mendiskusikan kekhawatiran mereka akan putri mereka yang berusia 16 tahun dan teman-temannya karena akan melanggar aturan tersebut,[52][53] karena hukum tersebut melarang "siapapun memberikan informasi tentang homoseksualitas kepada orang-orang berusia di bawah 18 tahun".[54] Majalah berita LGBT The Advocate menyebut hukum tersebut mengkriminalisasi "diskusi positif apapun dari orang, identitas, atau masalah LGBT dalam forum-forum yang dapat diakses ke kalangan kecil. Dalam praktiknya, hukum tersebut memberikan ijin kepada badan kepolisian untuk menafsirkan hampir pernyataan apapun dari LGBT – entah itu mengucapkan, mencetak, atau mensignifikasikan dengan mengibarkan bendera pelangi – sebagai sebab pasti untuk menangkap orang LGBT."[55] Departemen Negara AS dalam laporannya pada tahun 2013 tentang HAM di Rusia menyatakan klasifikasi dari Roskomnadzor (Layanan Federal Rusia untuk Supervisi dalam Lingkup Telekom, Teknologi Informasi dan Komunikasi Massa) bahwa "propaganda gay" yang dilarang di bawah hukum tersebut meliputi material-material yang "secara langsung atau tak langsung tertuju pada orang yang berada dalam hubungan seksual non-tradisional."[56] Satu pasangan yang diwawancara oleh Fry berkata: "Sehingga kami khawatir karena kami benar-benar tak mengetahui apa yang yang bakal terjadi di negara ini. ... Kau tak harus tau jika mereka dapat mencampurimu esok untuk beberapa hal atau tidak."[52] Fry juga mewawancarai politikus Vitaly Milonov, proponen asli dari hukum tersebut, yang berniat untuk membelanya dan sangat mengkritik;[51][53] Milonov menyatakan bahwa Fry "sakit"[57] karena membuat upaya bunuh diri saat memfilmkan dokumenter tersebut[58] dalam sebuah wawancara dimana ia juga membandingkan homoseksualitas dengan bestialiti.[57] Unjuk rasaSejumlah unjuk rasa diadakan menentang hukum tersebut, baik di dalam dan di luar negeri. Para penggiat berunjuk rasa di luar Lincoln Center, New York City di malam pembukaan Metropolitan Opera pada 23 September 2013, yang dirancang untuk menampilkan opera Tchaikovsky Eugene Onegin. Unjuk rasa tersebut menargetkan homoseksualitas Tchaikovsky sendiri, dan keterlibatan dua orang Rusia dalam produksi tersebut; soprano Anna Netrebko dan konduktor Valery Gergiev, karena mereka diidentifikasikan sebagai pendukung vokal pemerintahan Putin.[59][60] Pada 12 Oktober 2013, sehari setelah National Coming Out Day, sebuah unjuk rasa yang diadakan oleh setidaknya 15 penggiat diadakan di Saint Petersburg. Tempat unjuk rasa diduduki oleh sejumlah besar pengunjuk rasa, beberapa orang diantaranya berbusana seperti imam Ortodoks Rusia dan Cossack.[61] Sebanyak 67 pengunjuk rasa ditangkap karena membuat kerusuhan sipil.[62] Para penggiat juga menyerukan boikot vodka Stolichnaya, yang dikenal karena memereki dirinya sendiri sebagai vodka Rusia (dengan menjuluki dirinya sendiri "Ibu dari Seluruh Vodka dari Tanah Air Vodka" dalam sebuah kampanye tambahan). Namun, perusahaan induknya yang berbasis di Luksemburg, Soiuzplodoimport, menanggapi upaya boikot tersebut dengan berkata bahwa perusahaan tersebut bukanlah Rusia secara teknis, tak mendukung opini pemerintah terhadap homoseksualitas, dan menyebut dirinya sendiri sebagai "teman dan pendukung setia" kaum LGBT.[63] Hukum serupa yang diusulkan di KirgizstanPada 2014, sebuah UU yang dirancang berdasarkan pada hukum anti-gay Rusia dimajukan ke parlemen Kirgizstan; ukurannya, yang "menimbulkan kritikan dari berbagai kelompok HAM, pemerintah dan Dewan HAM PBB dan parlemen Eropa," akan disediakan untuk memberikan hukuman yang lebih keras ketimbang hukum Rusia.[64] UU tersebut mengesahkan dua bacaan pertama dengan penggabungan besar (79-7 dan kemudian 90-2) namun terhalang setelah dua sponsor utama legislasi gagal untuk memenangkan pemilihan ulang.[64][65] Pada 2016, legislasi tersebut kembali dimajukan ke parlemen, namun terhambat di subkomite.[64] Penindakan dan dampak lainPenangkapan pertama yang dibuat di bawah hukum propaganda tersebut tejadi tepat berjam-jam setelah hukum tersebut disahkan: penggiat berusia 24 tahun Dmitry Isakov ditangkap di Kazan karena secara terbuka membawa papan bertuliskan "Kebebasan untuk Gay dan Lesbian Rusia. Lengserkan Fasis dan Homofobia", dan didenda 4,000 rubel (US$115). Isakov melakukan unjuk rasa serupa di tempat yang sama pada hari sebelumnya sebagai penjalanan "uji coba", namun kemudian dibekuk para perwira polisi yang mendakwanya sebagai penggiat pro-gay, dan menangkapnya karena menyumpah-nyumpahi. Ia dibebaskan tanpa syarat, namun kembali kesana pada keesokan harinya untuk menunjukkan bahwa ia "tak kapok oleh tekanan semacam itu." Isakov juga mengklaim bahwa ia dipecat dari pekerjaannya di sebuah bank akibat pendakwaan tersebut.[41][66] Pada Desember 2013, Nikolay Alexeyev dan Yaroslav Yevtushenko didenda 4,000 rubel (US$115) karena berunjuk rasa di luar sebuah perpustakaan anak-anak di Arkhangelsk dengan spanduk bertuliskan, "Gay tidak dibuat, mereka lahir!" Banding mereka ditolak.[67] Alexeyev kemudian mengkritik pihak-pihak media Barat karena sorotan "terbias"nya dari pendakwaannya.[50] Pada Januari 2014, Alexander Suturin, ketua penyunting surat kabar Khabarovsk Molodoi Dalnevostochnik, didenda 50,000 rubel (US$1,400) karena menerbitkan sebuah cerita berita yang membahas guru Alexander Yermoshkin, yang dipecat karena mengadakan "flash mob pelangi" di Khabarovsk dengan para muridnya, dan kemudian diserang oleh kelompok ekstrimis sayap kanan karena seksualitasnya. Denda tersebut terpusat pada sebuah kutipan dalam artikel karya guru tersebut, yang menyatakan bahwa keberadaannya adalah "ketimbulan efektif bahwa homoseksualitas itu normal."[68][69][70] Elena Klimova didakwa di bawah hukum tersebut beberapa kali karena mengoperasikan Children-404—sebuah kelompok pendukung maya untuk kaum muda LGBT pada layanan jejaring sosial VKontakte dan Facebook. Dakwaan pertama muncul pada Februari 2014, setelah sebuah pengadilan melayangkan konsultasi dengan pakar kesehatan mental bahwa kelompok tersebut "membantu kaum remaja mengeksplor seksualitas mereka diiringi dengan masalah-masalah emosional yang sulit dan masalah-masalah lainnya yang mereka hadapi", dan bahwa kegiatan tersebut tak meliputi "propaganda hubungan seksual non-tradisional" seperti yang tertuang di bawah hukum tersebut.[71][72] Pada Januari 2015, Klimova dikirim ke pengadilan untuk dakwaan yang sama. Mereka mengajukan banding, karena pengadilan yang sama mendakwa Kilmova dan menundanya sebesar 50,000 rubel pada Juli 2015, yang menunda sebuah banding.[3] Pada November 2014, sehari setelah CEO Apple Inc. saat ini Tim Cook secara terbuka menyatakan bahwa ia bangga menjadi gay,[73] sebuah monumen berbentuk iPhone yang menghormati salah satu pendirinya Steve Jobs dikabarkan dihilangkan dari sebuah kampus universitas Saint Petersburg oleh pemasangnya, Uni Keuangan Eropa Barat [ZEFS]. Meskipun monumen terebut didakwa diturunkan karena hukum tersebut sebab berada di wilayah yang dilewati kalangan kecil,[74] monumen tersebut sebenarnya dihilangkan karena pemeliharaan.[75] Pada September 2015, Apple menjadi bahan sebuah penyelidikan oleh para pejabat di Kirov karena menerapkan emoji di sistem operasinya yang menggambarkan hukuman sesama jenis, entah mereka berniat mempromosikan hubungan seksual non-tradisional kepada kalangan kecil atau tidak.[76] Roskomnadzor kemudian menyatakan bahwa emoji yang menggambarkan pasangan sesama jenis tak masuk pelanggaran hukum propaganda, karena mereka memiliki konotasi positif atau negatif tergantung pada konteks dan penggunaan mereka sebenarnya.[77] Dampak pada olahragaKejuaraan Dunia dalam Atletis 2013, yang diadakan di Stadion Luzhniki, Moskwa pada Agustus 2013, dibayangi oleh komentar dan protes atas hukum tersebut oleh para atlet. Setelah memenangkan medali perak di acara tersebut, pelari AS Nick Symmonds menyatakan bahwa "entah kamu gay, polos, hitam, putih, kami semua mendorong hak yang sama. Jika terdapat hal apapun yang aku dapat lakukan untuk memenangkan sebab tersebut dan memajukannya, aku akan, malu untuk ditangkap."[78] Para atlet Swedia Emma Green Tregaro dan Moa Hjelmer menorehkan sidik jarinya di warna-warna pelangi sebagai protes simbolik. Namun, Tregaro terpaksa untuk menariknya setelah mereka mendapatkan isyarat politik bahwa itu melanggar aturan IAAF. Tanggapannya, ia menorehkannya ulang pada warna merah sebagai lambang cinta.[31][79] Atlet lompat galah asal Rusia Yelena Isinbaeva mengkritik tindakan Tregaro karena tak menghormati negara tuan rumah, menyatakan dalam konferensi pers bahwa "kami memiliki hukum yang dihormati siapapun. Saat kami datang ke negara-negara berbeda, kami berusaha untuk mengikuti aturan mereka. Kami tak berniat untuk menghimpun aturan kami disana. Kami tetap berusaha untuk menghargai."[80] Setelah pernyataan Isinbaeva dianggap sebagai homofobik, ia berpendapat bahwa pemilihan kata-katanya disalahartikan oleh media, dan bahwa ia menentang diskriminasi gay.[81] Penerapan hukum terebut di pentuanrumahan Rusia dari dua acara olahraga mancanegara; Olimpiade Musim Dingin 2014 di Sochi (dimana tujuh atlet LGBT, semuanya perempuan, ditolak untuk ikut serta)[82] dan Piala Dunia FIFA 2018, menimbulkan pertanyaan. Dalam kasus Piala Dunia, FIFA sekarang mendirikan penegakan anti-diskriminasi, dan juga menghadapi kritikan karena menganugerahi Piala Dunia 2022 ke negara Qatar, dimana homoseksualitas dianggap ilegal;[83] pada Agustus 2013, FIFA meminta informasi dari pemerintah Rusia tentang hukum tersebut dan dampak potensialnya pada turnamen sepak bola.[78] Dalam kasus Olimpiade Musim Dingin, para kritikus menganggap hukum tersebut tak sejalan dengan Piagam Olimpiade, yang menyatakan bahwa "[diskriminasi] atas dasar ras, agama, politik, gender atau hal lain tak sejalan dengan Gerakan Olimpiade."[84] Pada Agustus 2013, Komite Olimpiade Internasional "meraih kelonggaran dari tingkat tertinggi pemerintahan di Rusia bahwa legislasi tersebut tak akan berlaku pada orang-orang yang menghadiri atau ikut serta dalam Pesta Olahraga tersebut," juga meraih pernyataan bahwa pemerintah akan mengikuti Piagam Olimpiade.[85][86] KOI juga mengkonfirmasi bahwa Aturan 50 Piagam Olimpiade akan ditegakkan, yang melarang protes politik, menentang para atlet yang menyimpan dukungan untuk komunitas LGBT di Pesta Olahraga tersebut.[87] Vladimir Putin juga membuat kelonggaran serupa sebelum Pesta Olahraga, namun memperingkatkan para hadirin LGBT bahwa mereka masih akan menjadi subyek dari hukum tersebut.[88] Par atlet dan pendukung memakai Olimpiade tersebut sebagai alat untuk kampanye lanjutan melawan hukum propaganda. Sejumlah atlet menyatakan diri sebagai lesbian, gay, atau biseksual untuk menyebarkan kesadaran terhadap situasi di Rusia, termasuk peselancar salju asal Australia Belle Brockhoff,[89] peseluncur asal Kanada Anastasia Bucsis,[90] peselancar peraih medali emas Brian Boitano,[91] dan perenang asal Finlandia Ari-Pekka Liukkonen.[92] Terdapat juga seruan untuk memboikot Pesta Olahraga tersebut, menggambarkan perbandingan dengan Olimpiade Musim Panas 1980 di Moskwa, kali terakhir Olimpiade diadakan di apa yang sekarang menjadi tanah Rusia.[5] Sebuah kampanye yang dikenal sebagai Principle 6 menghimpun kolaborasi antara kelompok atlet Olimpiade, organisasi All Out dan Athlete Ally, dan pembuat busana American Apparel, menjual pernak-pernik (seperti pakaian) dengan sebuah kutipan dari Piagam Olimpiade untuk mendukung organisasi pro-LGBT.[93] Penulis salinan periklanan asal Toronto, Brahm Finkelstein, juga mulai memasarkan boneka matryoshka berwarna pelangi yang dikenal sebagai "Pride Dolls", rancangan artis Italia Danilo Santino, untuk menguntungkan Gay and Lesbian International Sport Association, penyelenggara World OutGames.[94][95] Tindakan tersebut secara langsung juga melawan sponsor dan mitra Olimpiade; pada akhir Agustus 2013, Human Rights Campaign mengirim surat kepada sepuluh perusahaan Mitra Olimpiade Seluruh Dunia, mendorong mereka untuk menunjukkan perlawanan terhadap hukum anti-LGBT, mengecam kekerasan homofobik, meminta KOI untuk memberikan komitmen tertulis untuk keamanan para atlet dan hadirin LGBT, dan menentang tawaran-tawaran Olimpiade mendatang dari negara-negara yang menentang dukungan untuk kesetaraan LGBT.[96] Pada Februari 2014, sebelum Pesta Olahraga, sekelompok 40 organisasi HAM (yang meliputi Athlete Ally, Freedom House, Human Rights Campaign, Human Rights Watch, Russian LGBT network dan lain-lain) juga mengirim surat bersama kepada Mitra Olimpiade Seluruh Dunia, mendorong mereka untuk memakai pengaruh mereka untuk mendukung hak para atlet LGBT di bawah Piagam Olimpiade, dan menekan KOI untuk menunjukkan pengawasan yang lebih besar terhadap pelecehan HAM dari negara-negara tuan rumah mendatang.[97][98] Pada 3 Februari 2014, sponsor USOC AT&T mengeluarkan sebuah pernyataan mendukung hak LGBT di Pesta Olahraga, menjadikannya badan periklanan Olimpiade besar pertama yang mengecam hukum tersebut.[99] Beberapa non-sponsor besar juga membuat pernyataan pro-LGBT bersamaan dengan pembukaan Pesta Olahraga tersebut; Google menempatkan sebuah kutipan dari Piagam Olimpiade dan logo bertema Olimpiade dengan warna bendera pelangi di laman utamanya di seluruh dunia,[100] sementara Channel 4 (yang bertugas sebagai penyiar Inggris resmi dari Paralimpiade) mengadopsi logo berwarna pelangi dan menyiarkan sebuah dorongan pro-LGBT "selebratori" berjudul "Gay Mountain" pada 7 Februari 2014, bersama dengan sebuah wawancara dengan mantan pemain rugbi dan penggiat anti-homofobia Ben Cohen. Sebagai bagian dari serial Dispatches, Channel 4 juga menyiarkan sebuah dokumenter pada pekan Acara Pembukaan yang berjudul Hunted, yang mendokumentasikan kekerasan dan pelecehan melawan kaum LGBT di Rusia terkait hukum tersebut.[7][101][102] Dampak pada permainan videoPada Mei 2014, berkaitan dengan hukum propaganda tersebut, permainan komputer The Sims 4—sebuah instalmen terbaru dalam sebuah waralaba permainan simulasi kehidupan yang diterbitkan oleh Electronic Arts yang dulunya mengijinkan para karakter untuk ikut serta dalam hubungan sesama jenis, telah memberikan rating "18+", membatasi penjualannya hanya untuk orang dewasa. Sebaliknya, badan rating pan-Eropa PEGI dulunya memberikan rating layak untuk orang berusia 12 tahun ke atas kepada The Sims.[103][104][105] Pada Desember 2016, permainan video FIFA 17 (yang juga diterbitkan oleh Electronic Arts) yang ditujukan untuk sebuah acara membolehkan para pemakai untuk memakai tali sepatu warna pelangi untuk para pemain sepak bola virutal mereka, dalam mendukung sebuah kampanye advokasi pro-LGBT yang didukung oleh English Premier League. Anggota parlemen Irina Rodnina menyatakan bahwa otoritas berwajib perlu untuk "memverifikasi kemungkinan peredaran permainan tersebut di kawasan Federasi Rusia".[106] Pada Desember 2016, Blizzard Entertainment menerapkan geoblok terhadap sebuah komik web pasangan untuk permainannya Overwatch di Rusia karena berisi adegan karakter Tracer, yang dikonfirmasikan sebagai lesbian, mencium wanita lain. Blizzard mengutip hukum propaganda gay sebagai alasan untuk pemblokiran tersebut. Permainan itu sendiri tak diblokir di negara tersebut.[107][108] Referensi
|
Portal di Ensiklopedia Dunia