Ully Sigar Rusady
Ully Sigar Rusady (lahir 4 Januari 1950) adalah seorang musisi dan Aktivis Lingkungan Hidup Indonesia. Lagu ciptaannya yang banyak bernuansa alam juga ada yang dinyanyikan oleh penyanyi dan musisi Indonesia lainnya, seperti Nur Afni Octavia, Anggun C. Sasmi, Ita Purnamasari, Bangkit Sanjaya, SAS, Arthur Kaunang, Sonatha Tanjung, Nicky Astria, dan lainnya.[1][2] Di usianya yang masih belia, ia telah mendapat pendidikan gitar dan seni dari orangtuanya Raden Ayu Marry Zumarya dan Raden Mas Yus Rusady Wirahaditenaya semasa tinggal di Bandung, Jawa Barat. Ketika beranjak remaja, ia pindah ke Makassar, Sulawesi Selatan, mengikuti sang ayah yang seorang tentara. Di Makassar, sempat menjadi gitaris utama untuk membentuk grup band wanita yang diberi nama Puspa Nita (1964-1968) dan menjadi bassist untuk membentuk grup band Shinta Eka Paksi (1968-1975).[1] BiografiTahun 1975, pindah ke Jakarta. Memperdalam musik di Yayasan Musik Indonesia dan belajar pada komponis kontemporer Indonesia, Slamet Abdul Sjukur. Tak hanya itu, ia juga terus membuktikan kemampuannya dalam bermusik dengan mengikuti sejumlah festival di dalam negeri seperti, Festival Lagu Populer Tingkat Nasional (1978 dan 1981), serta Lomba Karya Cipta Lagu ASEAN Populer Song Festival (1982 dan 1983). Juga tampil pada ajang World Music Oriental Festival di Sarajevo, Bosnia-Harzegovina (2005).[1] Kakak dari aktris Paramitha Rusady ini, pada tahun 1978, merilis album pertamanya ‘Rimba Gelap’ (Irama Mas). Selanjutnya menyusul album-albumnya yang lain. Ia juga tercatat menciptakan sejumlah lagu, lagu-lagu ciptaannya banyak dilantunkan oleh penyanyi lain, seperti Nur Afni Octavia, Anggun C. Sasmi, Ita Purnamasari, Bangkit Sanjaya, SAS, Arthur Kaunang, dan Sonatha Tanjung. Turut juga mengibarkan penyanyi Maya Rumantir dan Nicky Astria.[1] Banyak prestasi dibidang musik yang ia raih, di antaranya menjadi juara kedua Festival Gitar Tunggal jenis Pop se-Indonesia di Bandung. Dua dari sepuluh lagu ciptaannya lolos dalam final Festival Lagu Populer Tingkat Nasional. Lagu ciptaannya ‘Harmonie Kehidupan’ yang dinyanyikan Dhenok Wahyudi menjadi duta Indonesia ke Festival Pop Song Tingkat International di Budokan Hall, Tokyo, Jepang (1978). Dinobatkan sebagai The Best Dresser's untuk kostum Dayak yang dipakainya dengan ikat kepala terselip setangkai padi yang menguning saat tampil mendampingi Dhenok Wahyudi yang menyanyikan lagunya, ‘Harmonie Kehidupan’. Kolaborasinya dengan Kelompok Nyanyian Alam membawakan lagu Musim Tanam, berhasil memenangkan dua kategori penghargaan, sebagai The Best Performance dan Audience Favorites melalui voting penonton dan televisi dunia di ajang World Music Oriental Festival di Sarajevo, Bosnia-Harzegovina (2005).[1] Festival
Diskografi
Referensi
|
Portal di Ensiklopedia Dunia