Trowulan adalah salah satu kecamatan yang terletak di sebelah barat dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Jombang. Trowulan dilalui jalan nasional penghubung Surabaya dengan daerah lainnya di Pulau Jawa.[1] Kecamatan ini dikenal dengan adanya belasan situs kuno bernama Situs Trowulan yang diperkirakan berasal dari abad ke-12 hingga abad ke-15. Situs-situs tersebut tersebar di seluruh wilayah Trowulan berupa bangunan, arca, gerabah, dan pemakaman yang merupakan peninggalan Kemaharajaan Majapahit. Diduga kuat, pusat kerajaan Majapahit berada di wilayah ini yang ditulis oleh Mpu Prapanca dalam kitab Nagarakretagama. Beberapa bangunan di Situs Trowulan antara lain Gapura Bajang Ratu, Wringin Lawang, Candi Brahu, dan Candi Tikus.[2][3]
Tempat wisata populer lain di Trowulan misalnya Maha Vihara Mojopahit yang terkenal dengan patung Buddha tidurnya, Pendopo Agung Trowulan yang dianggap sebagai lokasi Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa, dan juga wisata religi Makam Troloyo. Makam Troloyo adalah komplek pemakaman islam zaman Majapahit, salah satu tokoh yang dimakamkan disini adalah Syekh Jumadil Qubro yang disebut-sebut sebagai pendahulu atau leluhur dari Walisongo.
Geografi
Secara geografis, Kecamatan Trowulan berada di dataran rendah yang didominasi persawahan serta perkebunan tebu, Trowulan adalah salah satu penghasil tebu terbesar di Mojokerto. Trowulan memanjang dari utara hingga selatan dengan desa paling utara adalah Balongwono dan Bicak, sedangkan desa paling selatan adalah Pakis. Batas wilayah Trowulan adalah sebagai berikut:[1]
Situs Reco Banteng - dianggap sebagai lokasi petilasan raja Hayam Wuruk, berada di Desa Panggih
Wisata religi Makam Troloyo - kompleks pemakaman islam zaman Majapahit, salah satu tokoh yang dimakamkan disini adalah Syekh Jumadil Qubro yang disebut-sebut sebagai pendahulu atau leluhur dari Walisongo.[9]
Sentra kerajinan patung cor kuningan Desa Bejijong[10]