S.S. Lazio
Società Sportiva Lazio (BIT: SSL) atau yang lebih dikenal dengan nama Lazio (pelafalan dalam bahasa Italia: [ˈlatt͡sjo]), adalah sebuah perkumpulan olahraga profesional Italia yang berbasis di Roma, ibu kota Italia, yang terkenal karena cabang sepak bolanya.[3] Perkumpulan yang didirikan pada 1900 itu bermain di Serie A. Lazio telah dua kali menjadi juara Italia, tujuh Piala Italia, lima Piala Super Italia, dan masing-masing satu trofi Piala Winners UEFA dan Piala Super UEFA.[4] Kesuksesan pertama klub ini adalah pada tahun 1958, memenangi Piala Italia. Pada 1974, mereka menjuarai gelar Serie A pertama mereka. Lima belas tahun terakhir telah menjadi periode tersukses dalam sejarah mereka, antara lain menjuara Piala Winners pada 1999, scudetto pada 2000, beberapa trofi domestik dan mencapai final Piala UEFA pertama mereka pada 1998. Warna seragam tradisional mereka adalah biru langit dengan kaus kaki putih. Mereka memainkan pertandingan kandang di Stadio Olimpico, Roma, yang berkapasitas 70.643 penonton.[5] Mereka berbagi stadion tersebut dengan A.S. Roma. Lazio mempunyai sejarah rivalitas yang mengakar kuat dengan Roma, di mana mareka saling bertarung dalam Derby della Capitale (Derbi ibu kota, atau derbi Roma) sejak 1929.[6] Lazio juga sebuah klub olahraga yang mempunyai 40 cabang olahraga, lebih banyak daripada persatuan olahraga lain di seluruh dunia.[7] SejarahSocietà Podistica Lazio didirikan pada 9 Januari 1900 di distrik Prati di Roma.[8] Lazio secara resmi meluncurkan cabang sepak bolanya pada tanggal 9 Januari 1910, bergabung dengan liga pada 1912 segera setelah Federasi Sepak Bola Italia mulai mengorganisir kejuaraan di bagian selatan dan tengah Italia, dan mencapai play-off final kejuaraan nasional tiga kali, tetapi tak pernah menang. Pada 1927, Mario Azzi adalah satu-satunya klub asal Roma yang bertahan dari percobaan rezim Fasis untuk menggabungkan semua klub sepak bola di kota tersebut menjadi apa yang akan dinamakan A.S. Roma di kemudian hari. Klub bermain di musim pertama Serie A pada 1929, dipimpin penyerang legendaris Silvio Piola,[9] mencapai peringkat kedua di klasemen akhir pada 1937 - hasil terbaik sebelum perang. Pada dekade 1950an, Lazio berada dalam masa naik-turun dengan kemenangan Piala Italia pada 1958. Lazio terdegradasi buat pertama kali pada 1961 ke Serie B, tetapi kembali ke level tertinggi dua tahun kemudian. Setelah beberapa kali mengakhiri musim di papan tengah, mereka terdegradasi kembali pada 1970-71.[10] Kembali ke Serie A pada 1972-73, Lazio langsung menjadi penantang utama Milan dan Juventus dalam rangka mengejar scudetto, hanya kalah pada hari terakhir musim tersebut, dengan tim bermaterikan kapten Giuseppe Wilson, dan juga Luciano Re Cecconi, Mario Frustalupi, penyerang Giorgio Chinaglia dan pelatih Tommaso Maestrelli.[11] Lazio memenangi liga pada 1973-74.[12][13] Namun begitu, kematian tragis Re Cecconi dan Maestrelli, dan juga kepergian Chinaglia, kontan melemahkan tim.[14] Kebangkitan Bruno Giordano di periode tersebut sedikit melegakan dan ia mengakhiri musim sebagai pencetak gol terbanyak di liga pada 1979, saat Lazio menduduki peringkat 8 klasemen akhir.[15] Lazio dihukum degradasi ke Serie B pada 1980 karena skandal perjudian bersama Milan. Mereka terpuruk di divisi kedua selama tiga musim, yang diingat sebagai salah satu masa terkelam dalam sejarah Lazio. Klub kembali ke divisi tertinggi pada 1983 dan selamat dari degradasi pada musim selanjutnya. Musim 1984-85 sangat buruk: mereka menyelesaikan musim dengan 15 poin dan menjadi juru kunci klasemen. Pada 1986, poin Lazio di liga dikurangi sembilan (sebuah tamparan hebat pada masa satu kemenangan dihargai dua poin) karena skandal perjudian yang melibatkan pemain mereka, Claudio Vinazzani. Perjuangan keras menghindari degradasi diikuti musim yang sama di Serie B, dipimpin Eugenio Fascetti sukses terhindar dari degradasi ke Serie C setelah mengalahkan tim seperti Taranto dan Campobasso. Ini adalah titik balik sejarah klub, dengan Lazio kembali ke divisi puncak pada 1988, dan dibawah pengurusan keuangan yang amat berhati-hati Gianmarco Calleri, klub berhasil bertahan dan mematenkan diri sebagai klub divisi atas.[16][17] Kedatangan Sergio Cragnotti pada 1992, mengubah sejarah klub tersebut karena investasi jangka panjangnya di para pemain baru untuk menjadikan Lazio sebagai klub penantang scudetto. Cragnotti berturut-turut memecahkan rekor transfer untuk pemain yang ia anggap sebagai bintang utama - Juan Sebastian Veron seharga £18 juta, Christian Vieri seharga £19 juta dan memecahkan rekor transfer dunia dengan membeli Hernan Crespo dari Parma seharga £35 juta.[18] Lazio adalah runners-up Serie A pada 1995, peringkat ketiga pada 1996, peringkat empat pada 1997 dan hanya terpisah satu poin dari Milan di laga terakhir liga pada 1999. Pemain-pemain seperti Siniša Mihajlović, Alessandro Nesta, Marcelo Salas dan Pavel Nedvěd di tim utama, akhirnya memenangi scudetto kedua pada 2000, dan juga memenangi Piala Italia, dengan Sven-Göran Eriksson sebagai pelatih mereka. Lazio kembali memenangi Piala Italia pada 1998 dan 2004, dua Piala Super Italia, dan juga edisi terakhir Piala Winners UEFA pada 1999.[19] Mereka juga mencapai final Piala UEFA pada 1999, tetapi takluk 0-3 dari Inter Milan.[20] Skuat penuh bintang ini juga memenangi Piala Super Eropa pada 1999 setelah mengalahkan Manchester United.[21] Meskipun begitu, pada 2002, sebuah skandal keuangan melibatkan Cragnotti dan perusahaan makanan multinasional, Cirio, memaksanya meninggalkan klub, dan Lazio dikontrol oleh manajer keuangan sementara dan bank. Hal ini memaksa klub untuk menjual pemain bintang dan bahkan menjual kapten Alessandro Nesta. Pada 2004, pengusaha Claudio Lotito membeli mayoritas saham klub.[22] Pada 2006, mereka lolos ke Piala UEFA dibawah pelatih Delio Rossi. Meskipun begitu, klub dilarang tampil di kompetisi Eropa karena skandal pengaturan skor.[23] Pada 2006-07, meskipun terkena pengurangan poin, Lazio sukses meraih peringkat ketiga Serie A, dan lolos ke babak kualifikasi Liga Champions UEFA, di mana mereka sukses menekuk Dinamo Bucureşti dan melaju ke fase grup, berakhir di peringkat keempat di grup yang terdiri atas Real Madrid, Werder Bremen dan Olympiacos. Di liga sendiri, Lazio terseok-seok dan berakhir di peringkat ke-12. Pada 2008-09, klub memenangi Piala Italia kelima mereka, mengalahkan Sampdoria di final.[24] Lazio memulai musim 2009-10 dengan memenangi Piala Super Italia di Beijing, mengalahkan Inter 2-1 lewat gol Matuzalém dan Tommaso Rocchi Pada tahun 2013 Lazio tampil sebagai coppa italia dengan mengalahkan As Roma 0-1.[25] Pada Agustus 2017 Lazio secara dramatis memenangkan gelar ke-4 Piala Super Italia setelah mengalahkan Juventus di perpanjangan waktu babak kedua.[26] Warna, simbol dan julukanWarna Lazio terdiri dari putih dan biru langit yang terinspirasi oleh simbol negara Yunani, karena fakta bahwa Lazio adalah perkumpulan berbagai cabang olahraga sebagai pengakuan terhadap Olimpiade yang terkait tradisi olahraga Eropa terhadap Yunani.[27] Pada awalnya Lazio mengenakan kostum yang terbagi atas warna putih dan biru langit yang saling berpotongan dengan celana dan kaus kaki hitam.[28] Setelah itu Lazio mengenakan kostum dengan warna putih untuk jangka waktu pendek, kemudian mengubah warna seperti warna yang digunakan saat ini.[28] Pada musim kompetisi lain Lazio mengenakan kostum dengan warna biru langit dan strip putih, tetapi pada umumnya menggunakan warna biru langit dengan warna putih tipis, serta celana putih dan kaus kaki putih.[28][29] Simbol Lazio secara tradisi adalah elang, yang dipilih oleh pendiri Lazio, yaitu Luigi Bigiarelli.[30] Simbol elang diketahui sebagai emblem dari tentara Kekaisaran Romawi yang dikenal dengan Aquila; Legiun Romawi membawa simbol elang ini ketika berperang.[31] Lazio dengan simbolnya mendapatkan julukan; le Aquile (Si Elang) dan Aquilotti (Si Elang Muda). Simbol klub saat ini menampilkan elang emas diatas perisai putih dengan garis biru; dalam perisai terdapat nama klub dan perisai tripartit kecil dengan warna dari klub. StadionStadio Olimpico adalah stadion serbaguna yang terletak di Foro Italico, Roma, Italia. Stadion ini memiliki kapasitas 82.307 kursi. Lazio berbagi stadion ini dengan rival sekotanya, A.S. Roma. Stadion ini pernah digunakan untuk Olimpiade Musim Panas 1960,[32] Universiade Musim Panas 1975,[33][34] dan Kejuaraan Dunia Atletik IAAF 1987.[35] Di level internasional, stadion ini menggelar pertandingan final Piala Dunia FIFA 1990.[36] Di Foro Italico, juga terdapat Stadio dei Marmi, yang dibangun pada 1932 dan dirancang oleh Enrico Del Debbio. Pada musim 1989-90, Lazio dan Roma memainkan pertandingan kandang mereka di Stadio Flaminio de Roma, berlokasi di distrik Flaminio, karena renovasi Olimpico. Suporter dan rivalitasLazio adalah klub sepak bola dengan suporter pendukung terbanyak keenam di seluruh Italia dengan persentase 2% pendukung di seluruh Italia (berdasarkan penelitian dari la Repubblica pada Agustus 2008).[37] Para pendukung utama Lazio terutama berdomisili di utara kota Roma.[38] Irriducibili Lazio yang didirikan pada tahun 1987 adalah sebuah wadah untuk suporter fanatik dari klub Lazio yang terbesar dan terbanyak anggotanya di Italia, tetapi selama musim 2009-10, Banda Noantri mengambil alih kepemimpinan atas Curva Nord. Pada setiap pertandingan, ultras Lazio menampilkan gaya mendukung dari pendukung Inggris[39] dengan mengadopsi setiap cara mendukungnya. Khusus untuk Derby della Capitale, ultras Lazio menampilkan gaya tradisional pendukung ultras Italia.[39] Lazio memiliki rivalitas dengan tim sekota yakni A.S. Roma. Lazio dan A.S. Roma menjalani partai derby yang disebut dengan Derby della Capitale ("derbi antara tim ibu kota"). Pertandingan dengan A.S. Roma dalam Derby Della Capitalle selalu penuh gengsi dan menghadirkan sebuah partai yang seru, untuk membuktikan tim terkuat yang ada di ibu kota Italia, Roma serta sebagai salah satu derby sepak bola terbesar di dunia.[40] Selain dengan AS Roma, Lazio memiliki rivalitas dengan klub Italia lainnya, yaitu Livorno yang disebabkan oleh perbedaan pandangan politik dari pendukung dan pemimpin klub masing-masing. Selain itu, Lazio juga memiliki rival lain, yaitu dengan Napoli. Pendukung Lazio, selain memiliki rival juga memiliki teman dan kedekatan dengan pendukung tim lain, yaitu dengan Inter Milan, Triestina, dan Hellas Verona. Selain memiliki teman dan kedekatan dengan pendukung tim lain di Italia, Lazio juga memilikinya di Eropa, yaitu dengan suporter Real Madrid, Espanyol, Levski Sofia, Norwich City dan Chelsea.[41] Statistik dan rekorGiuseppe Favalli memegang rekor penampilan resmi bersama Lazio dengan 401 penampilan dalam 12 tahun tampil bersama Lazio dari tahun 1992 hingga 2004.[42] Rekor untuk kiper Luca Marchegiani, dengan 229 penampilan,[42] sementara rekor untuk penampilan liga dipegang oleh Aldo Puccinelli dengan 339 penampilan.[42] Silvio Piola menjadi pencetak gol terbanyak dengan 148 gol.[42] Piola telah bermain bersama Pro Vercelli, Torino, Juventus dan Novara, juga sebagai pencetak gol terbanyak dalam sejarah Serie A dengan 274 gol.[43] Simone Inzaghi pencetak gol terbanyak Lazio di kompetisi Eropa dengan 20 gol.[42] Ia juga salah satu dari lima pemain sepak bola yang dapat mencetak empat gol dalam satu partai di Liga Champions UEFA.[44] Tommaso Rocchi saat ini menjadi pencetak gol terbanyak untuk Lazio.[45] Partai Lazio melawan Foggia pada 12 Mei 1974 menjadi partai dengan penonton terbanyak dengan 80.000 penonton, partai ini adalah partai penganugerahan Scudetto pertama Lazio. Partai ini juga menjadi rekor penonton terbanyak untuk Stadion Olimpico, termasuk dengan partai A.S. Roma dan tim nasional sepak bola Italia.[7]
Daftar pemainTim utamaCatatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.
Pemain lain yang terikat kontrak
Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.
Dipinjamkan
Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.
Nomor yang dipensiunkan12 – Pada musim 2003-04, Curva Nord di Stadio Olimpico, sebagai tanda penghormatan kepada Curva Nord, yang dianggap sebagai pemain ke-12 di lapangan. Daftar pelatih terkenalManajer berikut semuanya memenangkan setidaknya satu trofi saat melatih Lazio:
GelarNasional
Eropa
KaptenSepanjang sejarahnya, Lazio telah memiliki 53 orang kapten tim. Kapten pertama adalah Sante Ancherani yang ditunjuk pada 1901.
Peringkat koefisien klub UEFA
Società Sportiva Lazio sebagai perusahaan
Pada tahun 1998, selama masa kepresidenan Sergio Cragnotti, Società Sportiva Lazio mencatatkan diri dalam bursa saham: Lazio menjadi klub pertama Italia yang mencatatkan diri dalam bursa saham.[51][52] Saat ini, saham Lazio terdistribusi 61.312% saham yang dipegang Claudio Lotito dan pemegang saham lain memegang 38.688% saham.[53] Bersama dengan Juventus dan Roma, Lazio adalah salah satu klub yang tercatat dalam Borsa Italiana, bursa saham Italia.[52][54] Tidak seperti dua klub lainnya dalam bursa saham, hanya Lazio yang secara signifikan sahamnya dimiliki oleh masyarakat. Berdasarkan laporan Deloitte, pada musim 2004-05 Lazio termasuk dalam duapuluh besar klub dengan penghasilan terbesar dengan €83 juta.[55] Sponsor dan pemasok kostum
Pemenang Piala Dunia
Catatan kaki
Referensi
Pranala luar
|
Portal di Ensiklopedia Dunia