Pepaya gunung
Pepaya gunung, Pepaya dieng atau karika (sering ditulis carica, Vasconcellea cundinamarcensis, syn. Carica pubescens,[2] Carica quercifolia, Carica goudotiana,[3][4] dan Cariaca candamarcensis[3][4]) adalah kerabat pepaya yang menyukai keadaan dataran tinggi basah, 1.500–3.000 m di atas permukaan laut. Di wilayah Wonosobo dan Banjarnegara, tanaman ini biasa disebut Carica. Daerah asalnya adalah dataran tinggi Andes, Amerika Selatan. Tanaman pepaya dieng merupakan pohon kecil atau perdu yang tidak berkayu, mirip dengan pepaya biasa (Carica papaya L.), tetapi mempunyai cabang yang lebih banyak dan ukuran semua bagian tanaman lebih kecil.[4] Tinggi rata-rata adalah 1-3 meter, bunga jantan memiliki tangkai yang panjang hingga 15 cm dan bunga betina berukuran lebih besar dengan tangkai yang keras dan pendek.[3] Buah pepaya dieng berbentuk bulat telur dengan ukuran panjang 6–10 cm dan diameter 3–4 cm.[3] Buah matang berbentuk telur sungsang dengan ukuran 6–15 cm x 3–8 cm, dagingnya keras, berwarna kuning-jingga, rasanya agak asam tetapi harum, di sekeliling rongganya terdapat banyak sekali biji yang terbungkus oleh sarkotesta yang putih dan berair.[4] Buah yang belum matang memiliki kulit yang berwarna hijau gelap dan akan berubah menjadi kuning setelah matang. Biji buah berwarna hitam dengan jumlah yang banyak dan padat.[3] Buahnya mengandung getah, dan getah ini akan semakin berkurang dengan semakin mendekati kematangan. Getah ini mengandung papain yang bersifat proteolitik.[5] Pepaya dieng merupakan sumber kalsium, gula, vitamin A dan C.[3] Pepaya dieng mengandung banyak minyak atsiri dan merupakan turunan dari asam lemak. Kebanyakan merupakan senyawa 3-hidroksiester, yang juga ditemukan pada beberapa tanaman tropika lainnya seperti nanas, mangga, gooseberry, tamarillo, dan sawo.[6] Pepaya dieng diintroduksi ke Indonesia pada masa menjelang Perang Dunia II oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, dan berhasil dikembangkan di Dataran Tinggi Dieng. Sekarang "carica" menjadi salah satu buah tangan khas dari daerah itu. Buah ini dapat dijadikan sirup, jus, manisan, dan selai. Buah ini cocok dimakan oleh orang yang memiliki perut lemah terhadap buah-buahan karena mempunyai sifat memperbaiki pencernaan.[3] Daging buahnya juga dapat dimakan segar. Di Jawa, buah ini dijual kepada wisatawan, digunakan untuk konsumsi setempat, dan dikalengkan. Di Amerika Selatan, buah ini dijadikan minuman ringan non alkohol dan dijadikan selai.[4] Buah yang masih muda biasanya dikeringkan untuk dijadikan serbuk bahan pembuatan obat penyakit kulit atau kosmetik. Daunnya dapat digunakan sebagai pelunak daging karena mengandung zat papain. Selain itu, zat papain digunakan dalam berbagai industri makanan dan farmasi. Di daerah Dieng buah pepaya gunung masih merupakan konsumsi lokal dan dibuat minuman awetan dalam botol kaca ataupun gelas plastik. Tanaman pepaya dieng lebih tahan terhadap udara dingin dan virus yang umum menyerang pepaya biasa.[3][4] Jenis ini dipakai sebagai tetua bagi jenis buah hibrida "Babaco", sejenis pepaya yang populer di Amerika Selatan. ManfaatPepaya dieng memiliki kandungan yang baik untuk kesehatan tubuh, beberapa manfaat dari pepaya dieng, di antaranya adalah:
Referensi
Bacaan lainnyaWikimedia Commons memiliki media mengenai Vasconcellea pubescens.
|
Portal di Ensiklopedia Dunia