Penolakan terhadap YesusPenolakan terhadap Yesus terjadi dalam sejumlah insiden yang dicatat dalam Perjanjian Baru. Penolakan ini berlangsung selama hidup Yesus, oleh masyarakat lokal maupun oleh para individu. Penolakan di kampung halaman (Nazaret)Dalam pasal keenam Injil Markus tercatat kisah kunjungan Yesus ke kampung halamannya (Nazaret) dengan para pengikut-Nya. Pada hari Sabat, Ia memasuki rumah ibadat dan mulai mengajar. Ia mengatakan bahwa banyak orang yang mendengar hal itu 'terkejut', dan bahwa mereka tersinggung, bertanya "bukankah ini anak tukang kayu, anak Maria?". Ditambahkan bahwa Ia tidak bisa melakukan 'perbuatan kekuasaan ("mukjizat") di sana' kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit. Heran akan kurangnya keyakinan dalam masyarakat terhadap Diri-Nya, Ia mengamati bahwa "Nabi dihormati di mana-mana, kecuali di kampung halaman sendiri, dan di antara keluarga mereka sendiri, dan di rumah mereka sendiri." (Markus 6:1–6) Catatan dalam Injil Matius memuat hal yang berbeda di mana orang-orang di rumah ibadat itulah yang menyebut Yesus sebagai "anak tukang kayu" dan menyatakan bahwa Ia tidak bisa melakukan banyak mukjizat (bukannya tidak ada; Matius 13:54–58).[1] Dalam Injil Lukas kisah ini ditempatkan pada permulaan khotbah Yesus di Galilea, untuk memperkenalkan apa yang terjadi selanjutnya.[2] Dalam versi ini, Yesus digambarkan melakukan pembacaan kitab suci di depan publik; Ia mengklaim menjadi pemenuhan dari nubuat dalam Yesaya 61:1–2. (Lukas 4:16–30) Dalam Matius dan Markus kerumunan juga digambarkan sebagai merujuk kepada Yesus sebagai saudara dari Yakobus, Simon, Yusuf (Yoses), dan Yudas (dalam Injil Markus juga disebutkan adanya saudara-saudara perempuan Yesus tetapi tanpa menyebut nama mereka) dalam cara yang menunjukkan bahwa orang-orang menganggap mereka hanya sebagai orang biasa, dan mengkritik perilaku Yesus yang sangat berbeda. Lukas menambahkan bahwa Yesus menceritakan cerita tentang bagaimana, pada masa Elia, hanya seorang perempuan Sidon yang diselamatkan, dan bagaimana, pada saat Elisa, meskipun ada banyak orang kusta di Israel, hanya seorang Siria telah dibersihkan. Hal ini, menurut Lukas, menyebabkan orang-orang menyerang Yesus dan mendorong Dia ke atas sebuah bukit dalam rangka untuk mencoba untuk melempar Yesus ke jurang, meskipun Yesus menyelinap pergi. Sebagian sarjana menyimpulkan bahwa ketepatan historis versi Lukas perlu dipertanyakan, dengan menyebutkan bahwa tidak ada tebing di Nazaret.[3] Namun, rupanya rupanya kesimpulan itu berdasarkan identifikasi Nazaret lama yang keliru, karena setelah identifikasi modern sudah dipastikan, didapati beberapa tebing curam di sekitarnya.[4] Pandangan negatif terhadap keluarga Yesus mungkin terkait dengan konflik antara Rasul Paulus dan orang-orang Kristen Yahudi. A. N. Wilson menunjukkan bahwa hubungan negatif antara Yesus dan keluarga-Nya ditempatkan di dalam Injil (terutama dalam Injil Markus) untuk menghalangi orang-orang Kristen awal dari mengikuti kultus Yesus yang diberikan kepada keluarga Yesus: "...tidak akan mengejutkan jika bagian lain dari gereja, khususnya bangsa-bangsa bukan-Yahudi, suka menceritakan kisah-kisah tentang Yesus sebagai seorang pria yang tidak memiliki simpati atau dukungan dari keluarganya."[5] Jeffrey Bütz[6] lebih ringkasnya: "...pada saat Markus menulis di akhir tahun 60-an, gereja-gereja bukan Yahudi di luar Israel mulai membenci otoritas yang dikerahkan oleh Yerusalem di mana Yakobus dan para rasul adalah pemimpin, sehingga memberikan motif bagi sikap anti-keluarga pada Markus... (p. 44)." Para sarjana lainnya setuju (misalnya, Crosson, 1973;[7] Mack, 1988;[8] Painter. 1999).[9] Penolakan terhadap batu penjuruMatius 21:42, Kisah Para Rasul 4:11 dan Markus 12:10 berbicara tentang Yesus sebagai batu yang dibuang atau ditolak oleh para tukang (atau "penggarap") bangunan. 1 Petrus 2:7 membahas penolakan terhadap Yesus. Ini merujuk kepada kata-kata serupa dari Mazmur 118:22. Khorazim, Betsaida, Kapernaum, dan DekapolisMenurut Injil Matius dan Lukas, orang-orang Galilea di kota-kota Khorazim, Betsaida, Kapernaum, dan Dekapolis tidak mau bertobat setelah mendengar ajaran Yesus, sehingga Yesus menyatakan bahwa jika di kota-kota orang fasik Tirus, Sidon, Sodom dan Gomora terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah mereka, sudah lama mereka bertobat dan berkabung, serta tentu masih berdiri, tetapi tanggungan negeri-negeri orang fasik itu akan lebih ringan pada Hari Penghakiman, dan kota-kota di Galilea akan diturunkan ke dunia orang mati (Matius 11:23, Lukas 10:13–15). Tidak disambut di sebuah desa SamariaMenurut Lukas 9:51–56, ketika Yesus memasuki sebuah desa Samaria, Dia tidak diterima, karena Dia akan pergi ke Yerusalem. (Ada permusuhan antara orang Yahudi dan Bait Allah di Yerusalem dengan orang Samaria dan Bait Suci mereka di Gunung Gerizim.) Murid-murid-Nya ingin memanggil api turun dari surga ke desa itu tetapi Yesus menegur mereka dan mereka melanjutkan perjalanan ke desa lain.[10] Banyak murid-murid yang meninggalkanYohanes 6:60–6:66 mencatat "banyak murid-murid" meninggalkan Yesus setelah Dia mengatakan bahwa orang-orang yang makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya akan tetap berada di dalam Dia dan memiliki hidup yang kekal (Yohanes 6:48–59). Dalam Yohanes 6:67–71 Yesus menanyai kedua belas murid apakah mereka mau pergi juga, tapi Petrus menjawab bahwa mereka telah percaya dan tahu bahwa Yesus adalah Yang Kudus dari Allah. Penolakan sebagai Mesias YahudiYesus ditolak di Yudaisme sebagai pengklaim Mesias Yahudi yang gagal dan nabi palsu.[11][12][13] Kepercayaan akan keilahian manusia siapapun adalah bertentangan dengan Yudaisme:[14][15]
Di sisi Yahudi, pernyataan bahwa Yahudi menolak Yesus ditampilkan jelas dalam Birkat haMinim dari Amidah dan Talmud. Talmud menunjukkan bahwa Rabbi Gamaliel II mengarahkan Samuel ha-Katan untuk menulis paragraf lain untuk pusat doa Amidah- yang mencela informan dan bidat-bidat (Kristen awal), yang dimasukkan sebagai ayat keduabelas dalam urutan modern (Birkat haMinim).[22] Di pihak Kristen, pernyataan orang Yahudi menolak Yesus ditampilkan jelas dalam Perjanjian Baru, terutama Injil Yohanes. Misalnya, pada Yohanes 7:1–9 Yesus berjalan keliling Galilea tapi tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena "orang-orang Yahudi/Yudea" mencari kesempatan untuk membunuh-Nya. Pada Yohanes 7:12–13 tertulis bahwa ada yang berkata: "Ia orang baik." Ada pula yang berkata: "Tidak, Ia menyesatkan rakyat." Tetapi ini semua "bisik-bisik" dan tidak seorangpun yang berani berkata terang-terangan tentang Dia karena "takut terhadap orang-orang Yahudi". Penolakan orang Yahudi juga tercatat pada Yohanes 7:45–52, Yohanes 8:39–59, Yohanes 10:22–42 dan Yohanes 12:36–43. Yohanes 12:42 mencatat bahwa "mengatakan bahwa banyak orang percaya, tapi mereka menyimpannya secara pribadi, karena takut orang-orang Farisi akan mengucilkan mereka dari rumah ibadat, lihat juga Konsili Yamnia. Menurut Jeremy Cohen,
Emil Fackenheim menulis pada tahun 1987:
Lihat pula
Referensi
|
Portal di Ensiklopedia Dunia