Dayeuhluhur, Cilacap

Dayeuhluhur
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenCilacap
Pemerintahan
 • CamatWawan Mardiono, S.STP., M.Si
Populasi
 • Total49.086,00 jiwa
Kode Kemendagri33.01.16 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3301010 Edit nilai pada Wikidata
Desa/kelurahan14 Desa
Peta
PetaKoordinat: 7°13′48″S 108°37′18″E / 7.23000°S 108.62167°E / -7.23000; 108.62167

Dayeuhluhur (Aksara Sunda Baku: ᮓᮚᮩᮂᮜᮥᮠᮥᮁ) adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia.

Sejarah

Pada masa Kesultanan Mataram, wilayah Dayeuhluhur berstatus sebagai kadipaten dalam Mancanegara Kilen.[1] Namun pada tahun 1831 ketika berlangsungnya perang antara Hindia Belanda melawan Pangeran Diponegoro, Kadipaten Dayeuhluhur dibubarkan karena adipati Kadipaten Dayeuhluhur membantu perlawanan terhadap Hindia Belanda dalam Perang Diponegoro (1825–1830).[2] Setelah pembubaran, seluruh wilayah Kadipaten Dayeuhluhur menjadi bagian dari Kabupaten Purwokerto atau sekarang dikenal sebagai Kabupaten Banyumas. Hingga kemudian Dayeuhluhur menjadi bagian dari Kabupaten Cilacap. Penduduk asli kecamatan Dayeuhluhur adalah Suku Sunda.[butuh rujukan]

Kebudayaan

Dayeuhluhur, Cilacap

Dayeuhluhur adalah salah satu kecamatan di Cilacap penduduknya yang dominan dengan tradisi dan budaya Sunda[3] salah satunya tampak pada tradisi Sidekah Ketupat setiap Rebo Wekasan.[4] Bahasa daerah yang digunakan oleh penduduk Kecamatan Dayeuhluhur terutama bahasa Sunda dengan dialek Brebes.[5] Penggunaan bahasa Sunda merupakan akibat dari interaksi yang sering dengan warga yang ada di Jawa Barat.[butuh rujukan]

Untuk masalah interaksi dengan daerah di luar Dayeuhluhur, warga kebanyakan berinteraksi dengan warga Jawa Barat, hal ini dikarenakan masalah ekonomi. Warga Dayeuhluhur memiliki ketergantungan terhadap Kota Banjar dalam masalah pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Sebagai contoh, apabila warga menjual hasil bumi seperti padi, kelapa, pisang, buah-buahan, dll. 95% akan dijual ke Jawa Barat. Hal ini dipermudah dengan dekatnya akses dari Dayeuhluhur ke Kota Banjar yang cukup ditempuh 15 menit (dari Panulisan) dibandingkan jarak Dayeuhluhur ke Majenang yang bisa memakan waktu sekitar 1 jam.[6]

Desa/kelurahan

Geografi

Dayeuh Luhur identik dengan perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat, salah satunya perbatasan provinsi yang dibatasi oleh Gunung Subang dan Gunung Bongkok antara Desa Kutaagung, kecamatan Dayeuh Luhur, Kabupaten Cilacap dengan desa Legokherang, kecamatan Cilebak, Kabupaten Kuningan.[butuh rujukan]

Tradisi

Sungai Cibeet yang mengalir di kecamatan Dayeuhluhur memiliki seorang Juru kunci guna menjaga kerohaniannya. Dalam kepercayaan Dayeuhluhuran (agama Sunda), sungai ini sakral. Tercatat pada tahun 2014 kuncinya dipegang oleh Ceceng Rusmana.[butuh rujukan]

Sebuah jembatan gantung (nama lokal: sasak gayot) berada di atas aliaran Sungai Cibeet menghubungkan Dusun Nambo dan Dusun Aria di Desa Bingkeng, Kecamatan Dayeuhluhur, sejak tahun 1970. Jembatan tersebut panjangnya 50 meter dan lebarnya 1 meter, dengan pijakan terbuat dari anyaman bambu dan pegangannya digantung dengan kawat seling di sisi kiri dan kanan di kedua ujung jembatan. Jembatan gantung tersebut sangat vital gunanya bagi warga masyarakat RW 01 Dusun Nambo, yakni sebagai akses lalu lintas satu-satunya menuju pusat Desa Bingkeng dan jalur perekonomian masyarakat yang digunakan sehari-hari dalam menjual hasil bumi, sekaligus sebagai sarana interaksi warga ke pusat Desa Bingkeng.[7]

Di tepi sungai Cibeet juga terdapat makam sejumlah tokoh tradisional:[8]

  • Arya Sacanata atau Pangeran Salingsingan: dipusarakan di Dusun Nombo, Desa Bingkeng, yaitu di Kompleks Pemakaman Keramat Arya Desa Bingkeng; selalu diziarahi oleh para keturunan Panjalu dan pernah menjadi satu lokasi tempat pengambilan air suci untuk mencuci Pusaka Panjalu atau disebut Ritual Nyangku. Termasuk situs sejarah yang ikut terancam terendam karena adanya pembangunan Bendung Matenggeng.[8]
  • Raden Haji Alit Prawatasari, seorang pahlawan asal Cianjur yang juga keturunan Panjalu dan hidup sezaman dengan Arya Sacanata. Makamnya diduga di Keramat Tejakembang Desa Cijeruk.[8]

Tradisi budaya "Babarit kupat" ("sedekah ketupat") atau "babaritan" adalah sebuah acara ritual tahunan adat Suku Sunda yang dilaksanakan pada hari, bulan, dan tempat yang sama setiap tahun menjelang awal bulan maulud. Acara ini merupakan bentuk syukur atas kesejahteraan desa atas kecukupan berupa makanan dan minuman, selain memohon agar terbebas dari segala jenis bencana seperti gempa bumi, wabah penyakit, banjir, dan angin topan. Hampir seluruh warga desa di Kecamatan Dayeuhluhur melaksanakan tradisi itu, di mana warga berduyun-duyun membawa makanan dalam bentuk ketupat untuk digantungkan ke tiang yang sudah dipersiapkan oleh Kokolot Lembur atau sesepuh kampung, dan kemudian sesepuh itu memimpin ritual dan berdoa mohon keselamatan dan keberkahan, tidak hanya untuk semua warga desa setempat tapi juga untuk negara Indonesia. Kemudian semua gantungan ketupat ada yang dimakan di tempat tersebut, serta ada juga yang dibagikan kepada warga yang lewat jalan tersebut. Untuk daerah Desa Cijeruk, acara dipusatkan di jembatan Sungai Cibeet, sedangkan di Desa Kutaagung dilaksanakan di tapal batas desa dan di Desa Panulisan Barat di Sumanding Dusun Pendey.[9]

Komunitas

Warga Kecamatan Dayeuhluhur memiliki komunitas di Facebook namanya Dayeuhluhur On Facebook (DOF) yang di bentuk pada tgl 10 Juli 2009. Komunitas tersebut berisi diskusi dari warga Dayeuhluhur. Seiring dengan berkembangnya komunitas DOF maka nama Dayeuhluhur On Facebook kini diubah menjadi Dayeuhluhur On Forum tujuanya agar komunikasi dan silaturahmi warga tidak terbatas hanya di Facebook saja. DOF sering mengadakan acara diantaranya Ngarumat Lembur.[butuh rujukan]

Referensi

  1. ^ Sulistyobudi, N., Sujarno, dan Fibiona, I. (2017). Budaya Spiritual Parahyangan di ”Tanah Mataram”: Sistem Kepercayaan Komunitas Adat Tajakembang, Dayeuhluhur Cilacap (PDF). Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) DI. Yogyakarta. hlm. 25–26. ISBN 978-979-8971-75-4. 
  2. ^ Ratnani, I., Setyobudi, W., dan Rahayu, S. (2019). Kindarto, Sigit, ed. Jejak Sejarah Kuno Kabupaten Cilacap: Kerajaan Nusatembini dan Donan sebagai Cikal Bakal Kabupaten Cilacap (PDF). Cilacap: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cilacap. hlm. 100. ISBN 978-602-52901-2-1. 
  3. ^ Riswandi (2024-12-31). "Dayeuhluhur, Salah Satu Kecamatan di Jawa Tengah yang Rasa Sunda". Kabar Sunda. Diakses tanggal 2025-01-24. 
  4. ^ Susanto (2022-09-24). "Tahukah Kamu: Sidekah Ketupat, Tradisi Bakti Warga Dayeuhluhur Sejak Perjalanan Ziarah Raja-Raja Pasundan". Diakses tanggal 2025-01-24. 
  5. ^ Imelda (2023). "Linguisisme: Narasi ketimpangan bahasa minoritas Sunda di Provinsi Jawa Tengah.". Dalam Lan, T. J. Demokrasi di Tingkat Lokal: Mendorong proses deliberasi. 2023 Badan Riset dan Inovasi Nasional: Penerbit BRIN. hlm. 128. doi:10.55981/brin.744.c585. ISBN 978-623-8052-92-9. 
  6. ^ Merawat Kampung ala Dayeuhluhur Kompas.com - 23/03/2013
  7. ^ Berumur 49 Tahun, Kondisi Jembatan Gantung Memprihatinkan Diarsipkan 2019-02-13 di Wayback Machine.. Jalur Vital bagi Warga di Desa Bingkeng. Satelit Post. 23 Januari 2019
  8. ^ a b c Situs Arya Salingsingan di Dayeuhluhur Terancam karena Pembangunan Bendung Diarsipkan 2019-02-13 di Wayback Machine.. Misteri Batu Keramat Papangkuan di Makam Arya Salingsingan (3-Habis). Satelit Post. 19 Juli 2018
  9. ^ Tradisi Babarit Kupat di Dayeuhluhur, Tanpa Diminta, Warga Serentak Buat Ketupat Diarsipkan 2019-02-13 di Wayback Machine.. Satelit Post. 4 November 2018

Lihat pula

Pranala luar

 

Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Portal di Ensiklopedia Dunia