Riwayat Hidup
Dosen ini memilih Ilmu Penyakit Dalam sebagai ilmu yang ditekuni karena baginya ilmu penyakit dalam merupakan ibu dari semua cabang ilmu Kedokteran. Pria kelahiran Magelang, 28 Januari 1946. Lulus dari SMAN 1 di Magelang 1964 dan kemudian lulus FK UI tahun 1970. Tahun 1971 mengikuti spesialisasi di bagian ilmu penyakit dalam dalam FKUI RSCM yang kemudian pada tahun 1976 mendapat brevet spesialis ilmu penyakit dalam, tahun 1983 mendapat tugas belajar dalam bidang Diabetes Militus di Hirosima, Ube dan Kobe di Jepang.
Dosen ini telah menyampaikan banyak hasil penelitiannya pada pertemuan ilmiah Nasional maupun Internasional. Ia memperoleh gelar Doktor dari UI dalam bidang Ilmu Penyakit Dalam tahun 1986, pada waktu itu pula mendapat brevet konsultan Endokrinologi. Dosen Metabolik Endokrinologi ini telah memberikan sumbangan dalam diagnostik dan pengobatan diabetes melitus Tipe Malagizi serta penanganan Nodul Tiroid yang komprehensif meliputi Nodul Padat, Kista, Non Toksik, Toksik hingga penanganan kanker tiroid. Dosen ini memperkenalkan pengambilan jaringan tiroid dengan jarum halus aspirasi dan non aspirasi hingga dosen ini dijuluki “Pendekar Jarum Halus”. Telah dikembangkan berbagai pengobatan baru untuk berbagai jenis modul tiroid meliputi pula bidang pengobatan terpadu kanker tiroid.[1]
Sampai dengan tahun 1992, Prof. Dr. dr. Asman Boedisantoso telah menghasilkan 134 makalah baik sebagai pengarang utama maupun pengarang
pembantu yang telah dipublikasikan baik secara nasional maupun internasional. Selain itu, ia juga menulis 4 buku dan menjadi editor dua buku. Beberapa karya ilmiahnya antara lain "Treatment Model of Primary Well Differentated Thyroid Carcinoma" dalam journal of AFES tahun1992 dan "Glucose Level As A Therapeutic Predictor in Sclerotherapy of Thyroid Cyst" yang disampaikan dalam kongres AFES.
Guru Besar FK UI dan Rektor UI
Pada tahun 1993 mendapat SK Presiden dalam pengangkatan jabatan Guru Besar Tetap FK UI. Pada tahun 1994, Prof. Dr. dr. Asman Boedisantoso diangkat menjadi Pembantu Rektor I UI dan kemudian diangkat menjadi rektor UI tahun 1998 – 2002. Sesuai dengan SK Presiden RI yang memberikan tugas sampai dengan Februari 2002 maka dosen ini tidak melanjutkan tugasnya. Sesuai dengan tugasnya, maka sejak tahun 1994 dosen ini tidak mendalami/ bekerja di dalam pengembangan Metabolik Endokrinologi tetapi berkonsentrasi penuh kepada pengembangan Universitas Indonesia. Telah membuat program integrasi seluruh Fakultas menjadi universitas terpadu yang mempunyai ciri pendaftaran mahasiswa dan keuangan terpadu. Pada tahun 2000 UI menjadi universitas berperingkat 41 dunia menurut majalah Asiaweek.
Makalah yang dibuat dari tahun 1994 – 2002 sewaktu mengabdi sebagai pimpinan UI sebanyak 23 makalah nasional maupun internasional dalam bidang Higher Education. Sebagai rektor UI dosen ini menjadi salah satu penggerak reformasi tahun 1998 dan berperan serta di dalam proses transformasi dan suksesi kepemimpinan Nasional Republik Indonesia. Dalam era reformasi dosen ini bersama Tim UI telah membuat buku “Kepedulian UI dalam Dinamika Reformasi Indonesia” yang langsung diserahkan kepada presiden RI Soeharto. Proses bergulir dan terjadi perubahan kepemimpinan bangsa. Buku berjudul “Kepedulian UI terhadap pemberdayaan ekonomi pedesaan untuk kemakmuran rakyat” diserahkan langsung kepada presiden RI Prof. B. J. Habibie yang bergulir terjadi perubahan kepemimpina nasional. Buku berjudul “Kepedulian UI terhadap terwujudnya Indonesia baru melalui pemilihan umum yang Jurdil-Luber-Aman-Tertib Damai” dengan ditunjang pencacahan secara komputasi. Perubahan status UI menjadi BHMN tahun 2001 dimotori oleh dosen ini dan mendapat SK dari presiden RI Abdurrahman Wahid. Tahun 2001, buku berjudul “UI mengajak seluruh lapisan masyarakat menyelamatkan bangsa” dengan berbagai isu sentral dan bagaimana cara mengatasinya telah diberikan kepada wakil presiden RI Megawati Soekarno Putri dan terjadi perubahan kepemimpinan nasional. Megawati menjadi Presiden. Dosen ini tetap bekerja untuk perubahan kepemimpinan nasional hingga Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan kemudian dosen ini mengundurkan diri dari kancah politik. Pada bulan Oktober 2001 dosen ini mendapat Award of Highest Honor serupa Doktor Hc dalam bidang Pendidikan dan Politik dari Soka Universitas Jepang.
Referensi