Asha de Vos adalah ahli biologi kelautan Sri Lanka, ahli kelautan, dan pelopor penelitian paus biru di Samudra Hindia bagian utara.[1] Ia dikenal karena Proyek Paus Biru. Ia juga merupakan Senior TED Fellow[2] dan terpilih untuk penghargaan 100 Perempuan BBC pada tahun 2018.[3]
Kehidupan pribadi
De vos lahir pada tahun 1979 di Sri Lanka. Ketika dia berusia enam tahun, orang tuanya membawakan majalah National Geographic bekas. Dia membaca halaman demi halaman dan "membayangkan suatu hari ia akan pergi ke tempat di mana orang lain tidak akan datangi dan melihat apa yang tidak orang lain lihat. Hal tersebut kemudian menginspirasinya untuk bermimpi menjadi ilmuwan yang juga bertualang.[4] De Vos menjalani pendidikan dasar di Ladies College, Colombo dan setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, ia pindah ke Skotlandia untuk studi sarjana di bidang biologi kelautan dan lingkungan di Universitas St. Andrews. Ia melanjutkan pendidikannya di pascasarjana bio-ilmu integratif di Universitas Oxford dan meraih gelar PhD dari Universitas Western Australia. De Vos adalah orang Sri Lanka pertama dan satu-satunya yang memperoleh gelar PhD dalam penelitian mamalia laut.[5]
Karier
De Vos pernah menjabat sebagai petugas program senior di unit kelautan dan pesisir Unit Internasional untuk Konservasi Alam atau International Union for Conservation of Nature and Natural Resources. Dia mendirikan Proyek Paus Biru Sri Lanka pada 2008, yang merupakan studi jangka panjang pertama tentang paus biru di Samudra Hindia bagian utara. Melalui penelitiannya ia menemukan populasi unik paus biru yang tidak dikenal, yang sebelumnya diperkirakan bermigrasi setiap tahun, tinggal di perairan dekat Sri Lanka sepanjang tahun.[6] Karena penelitian de Vos, Komisi Perpausan Internasional menetapkan paus biru Sri Lanka sebagai spesies yang sangat membutuhkan konservasi. De Vos adalah anggota yang diundang dari Kelompok Spesialis Cetacean Komisi Kelangsungan Hidup Spesies IUCN. Dia adalah seorang sarjana pasca-doktoral di Universitas California, Santa Cruzz dan seorang blogger tamu untuk National Geographic.[7][8] Ia adalah pendiri dan direktur Oceanswell nirlaba, organisasi penelitian dan pendidikan konservasi laut pertama Sri Lanka.[4] Pada November 2019, organisasi itu berusia 2,5 tahun. De Vos percaya bahwa kesehatan dan masa depan garis pantai tergantung pada penduduk setempat. Dia berpendapat bahwa "ilmu parasut," praktik para ilmuwan Barat mengumpulkan data di negara-negara berkembang dan kemudian pergi tanpa pelatihan atau investasi di penduduk setempat atau wilayah, tidak berkelanjutan, dan melumpuhkan upaya konservasi.[9] De Vos juga menyatakan bahwa perempuan harus mendefinisikan diri mereka sendiri berdasarkan kapasitas mereka dan tidak membiarkan jenis kelamin membatasi potensi perempuan.[10]
Penghargaan
De Vos merupakan TED Senior Fellow, Fellow Global Duke University di Konservasi Laut dan telah terpilih sebagai Pemimpin Global Muda oleh Forum Ekonomi Dunia. Pada 2013, ia menerima Penghargaan Presiden untuk Publikasi Ilmiah.[11] Pada tahun 2015 ia adalah Anggota Dana Aksi Konservasi Laut dan pada tahun 2016 ia menjadi anggota Pew Marine. Pada tahun 2018, ia menerima WINGS WorldQuest Women of Discovery Sea Award sebuah apresiasi untuk perempuan yang memiliki prestasi dalam bidang sains dan teknologi.[12]
Pada 26 Mei 2018, ia dianugerahi penghargaan Golden Alumni dalam kategori Professional Achievement pada edisi pertama penghargaan British Council Golden Council. Kemudian pada tahun itu ia bergabung dengan daftar 100 Wanita BBC.[3] Pada tanggal 27 Maret 2019, de Vos dirayakan sebagai satu dari 12 Pembuat Perubahan Perempuan oleh parlemen Sri Lanka.[12]
Referensi