Dalam pembakaran, nyala api difusi adalah nyala api dimana oksidator dan bahan bakar dipisahkan sebelum terbakar. Berlawanan dengan namanya, nyala api difusi melibatkan proses difusi dan konveksi. Nama api difusi pertama kali dikemukakan oleh S.P. Burke dan T.E.W. Schumann pada tahun 1928,[1] untuk membedakan dari api yang telah dicampur sebelumnya dimana bahan bakar dan oksidator dicampur terlebih dahulu sebelum pembakaran. Nyala difusi juga disebut sebagai nyala yang tidak dicampur sebelumnya. Namun laju pembakaran masih dibatasi oleh laju difusi.[2] Nyala api difusi cenderung terbakar lebih lambat dan menghasilkan lebih banyak jelaga dibandingkan nyala api yang sudah dicampur sebelumnya karena mungkin tidak terdapat cukup oksidator untuk menyelesaikan reaksi, meskipun ada beberapa pengecualian terhadap aturan tersebut. Jelaga yang biasanya dihasilkan dalam nyala api difusi menjadi pijar karena panasnya nyala api dan membuat nyala api tersebut berwarna oranye-kuning yang mudah dikenali. Nyala api difusi cenderung memiliki bagian depan nyala api yang kurang terlokalisasi dibandingkan nyala api yang sudah dicampur sebelumnya.
Referensi
^Burke, S. P., and T. E. W. Schumann. "Diffusion flames." Industrial & Engineering Chemistry 20.10 (1928): 998–1004.