Angelo Soliman
Angelo Soliman (lahir sekitar tahun 1721 - meninggal dunia di Wina pada tanggal 21 November 1796) adalah sosok yang memulai kariernya sebagai seorang pelayan. Saat masih kecil, ia ditangkap oleh pedagang budak dan dikirim dari Afrika ke Marseilles, dan kemudian ia bekerja di rumah seorang bangsawati di Messina yang kemudian memberinya pendidikan. Ia menyukai seorang budak wanita di rumah yang sama, yaitu Angelina, alhasil ia memutuskan untuk mengambil nama Angelo dan merayakan tanggal 11 September (hari baptisnya) sebagai hari ulang tahunnya. Setelah sempat berkali-kali diminta, Angelo dihadiahkan kepada Pangeran Georg Christian, Pangeran von Lobkowitz, pada tahun 1734. Ia menemaninya dalam ekspedisi militer di Eropa dan konon pernah menyelamatkan nyawanya sekali. Setelah kematian Pangeran Lobkowitz, Soliman dibawa ke rumah Joseph Wenzel I, Pangeran Liechtenstein, di Wina, dan akhirnya menjadi kepala pelayan. Belakangan ia menjadi pengajar Pangeran Aloys I.[1][2] Pada tanggal 6 Februari 1768, ia menikahi Magdalena Christiani, seorang janda muda dan saudara perempuan jenderal Prancis François Etienne de Kellermann (1770–1835).[3] Soliman adalah orang yang dihormati oleh kaum intelektual di Wina dan dianggap sebagai teman baik Kaisar Joseph II dan Graf Franz Moritz von Lacy. Pada tahun 1783, ia bergabung dengan loji Freemason yang terdiri dari para seniman dan ahli terkemuka di Wina pada masa itu, termasuk musisi Wolfgang Amadeus Mozart dan Joseph Haydn serta penyair Hungaria Ferenc Kazinczy. Menurut catatan sejarah dari loji tersebut, Soliman dan Mozart pernah bertemu beberapa kali. Kemungkinan tokoh Bassa Selim di dalam opera Mozart yang berjudul Die Entführung aus dem Serail didasarkan pada sosok Soliman.[4] Belakangan Soliman juga menjadi Grand Master loji tersebut.[5] Pada masa hidupnya, Soliman dianggap sebagai bukti bahwa orang Afrika dapat diasimilasi dan dimajukan, tetapi setelah kematiannya, ia malah dijadikan spesimen "ras Afrika". Ia tidak dikubur dengan tata cara Kristen. Atas permintaan dari kepala Koleksi Sejarah Alam Kekaisaran, tubuhnya dipamerkan di museum.[6][7][8] Anak Soliman, Josefine, meminta agar jenazahnya dikembalikan kepada keluarganya, tetapi permintaannya tidak digubris. Mumi Soliman pada akhirnya hangus terbakar pada saat terjadinya Revolusi Oktober 1848. Catatan kaki
|