André Furtado de Mendonça
BiografiAndré Furtado de Mendonça adalah putra dari Afonso Furtado Mendoça yang menjabat sebagai commendador (komandan) di Beja dan Rio Maior, Portugal. Ibunya bernama Joana Sousa. Dari masa remajanya André Furtado teratrik dengan ilmu bela diri, meteorologi, oseanografi dan kartografi. Ia bergabung dengan tentara kerajaan dan menjadi kapten pada umur 25 tahun. Ia terlibat dalam beberapa pertempuran, termasuk Pertempuran Flores. Ia bertugas di berbagai koloni Portugis di sekitar Samudera India. Ia meninggal pada April 1661 dan dimakamkan di Gereja Convento da Graça di Lisboa.[1] Karier di AsiaSri LankaAndré Furtado de Mendonça memimpin pasukan Portugis yang terdiri dari 1.400 orang Portugis dan 3.000 laskar yang direkrut dari Sri Lanka melawan Raja Puviraja Pandaram dari Kerajaan Jaffna (sekarang di Sri Lanka). Ia memperoleh kemenangan di Mannar dan melanjutkan operasinya ke pusat kerajaan Jaffna.[2] André Furtado berhasil membunuh Puvirasa Pandaram pada tahun 1591.[2][3][4][5] Setelah tewasnya Puvirasa Pandaram, Furtado menunjuk putranya pangeran Ethirimana Cinkam sebagai pemimpin boneka Portugis. Dengan berkuasanya Portugis, para misionaris Katolik, yang sebelumnya dilarang oleh Puvarasa Pandaram, dibolehkan untuk memasuki Sri Lanka dan mengadakan misi. Lama kelamaan, raja yang baru pun menolak kekuasaan Portugis, namun ia akhirnya dikalahkan oleh Filipe de Oliveira pada 1619 dan dihukum gantung.[6] MalakaPada April 1606, Malaka yang dikuasai pasukan Portugis pimpinan André Furtado dikepung oleh armada Belanda yang dipimpin Cornelis Matelief de Jonge. Walaupun pasukan Portugis lebih kecil dibanding Belanda, mereka dapat bertahan hingga Agustus 1606, saat datang bantuan dari armada yang dipimpin oleh Martim Afonso de Castro. Datangnya tambahan pasukan ini menyebabkan Belanda mundur dan Malaka tetap dikuasai Portugis.[7] IndiaAndré Furtado terlibat dalam beberapa pertempuran di India, termasuk pertempuran sengit melawan Kunjali Marakkar yang bernama Mohammed Ali tahun 1600. Pasukan Portugis membombardir benteng pertahanan Marakkar dari laut sedangkan pasukan sekutunya Zamorin menyerbu benteng itu dari darat. Mohammed Ali menyerah kepada Zamorin, dan kemudian diserahkan ke Portugis.[8] Furtado lalu membunuhnya, tubuhnya dicincang dan dipamerkan di Bardes dan Panjim, dan kepalanya diawetkan lalu dipamerkan diatas sebuah tiang di Cannanore.[9] Setelah meninggalnya João Pereira Forjaz pada 1609, André Furtado diangkan menjadi Gubernur Portugis di India selama 3 bulan sebelum datangnya penguasa yang baru, Rui Lourenço Tavora.[10][11] Referensi
|
Portal di Ensiklopedia Dunia