Anastasio Somoza Debayle (5 Desember 1925 – 17 September 1980) menjabat sebagai Presiden Nikaragua dalam 2 kali masa jabatan, antara 1967-1972 dan kemudian dari 1974 hingga 1979 saat ia dipaksa meninggalkan negeri itu.
Anak termuda Anastasio Somoza Garcia, ia mencerminkan karier ayahnya hampir sempurna, menerima deretan pendidikan di Amerika Serikat sebelum kembali ke Nikaragua untuk mengambil kendali Pengawal Nasional pada usia 21. Dari sana ia naik jabatan sebagai presiden setelah saudaranya Luis meninggal akibat serangan jantung pada tahun 1967. Saudaranya telah mengubah konstitusi negeri itu untuk meniadakan masa jabatan ke-2 secara berurutan, sehingga Anastasio dipaksa meletakkan jabatan pada tahun 1972 (sekalipun ke boneka karib) namun menjabat kembali pada tahun 1974. Seperti ayahnya ia berkuasa di balik layar dan tiada lagi yang lebih jelas daripada dalam gempa bumi Managua.
Pada tahun 1972 ibu kota Nikaragua hampir seluruhnya porak poranda akibat gempa bumi besar, melumpuhkan ekonomi dan menyebabkan ratusan ribu rakyatnya tuna wisma. Sumbangan datang dari seluruh dunia namun hampir tak sesen pun yang digunakan membangun kembali, dan keluarga Somoza didakwa mencuri dana sumbangan itu.
Memanfaatkan ketakpuasan atas persoalan ini, pemberontak Marxis di negeri ini mulai menyerang sasaran yang dihubungkan dengan rezim itu – stasiun Pengawal Nasional, pengawal luar pasukan – dan bertambahnya jumlah pendeta Katolik yang menentang pemerintah. Saat negeri itu hampir di bawah terkanan keadaan lebih membara saat pada bulan Januari 1978 editor surat kabar anti-rezim ini La Prensa, diberondong tembakan saat akan bekerja. Bangunan-bangunan keluarga Somoza dirampas dan dihancurkan dan negeri ini ditutup selama 2 minggu akibat pemogokan massal. Protes-protes itu mencapai puncaknya pada bulan Juni 1979 dengan kegiatan gerilyawan yang merongrong seluruh negeri. Somoza akhirnya lari ke Miami pada tanggal 17 Juli dan FLSN yang beraliran Marxis mengambil alih Managua 2 minggu kemudian.
Somoza kemudian pindah ke Paraguay dengan rencana hidup sampai tuanya; namun kemudian ia terbunuh saat mobilnya diledakkan di Asuncion oleh gerilyawan Argentina sayap kiri.
Pranala luar