Analogi adalah persamaan atau persesuaian antara dua benda atau hal yang berlainan.[1] Dalam ilmu linguistik, analogi merupakan hasil pembentukan unsur bahasa karena pengaruh pola lain dalam bahasa. Contohnya yakni terbentuknya konstruksi neonisasi karena sudah adanya pola yang ada dalam konstruksi mekanisasi.[2] Selain itu, analogi juga termasuk ke dalam penalaran yang berasal dari satu hal tertentu kepada hal lain yang serupa kemudian menyimpulkan apa yang benar untuk satu hal juga akan benar untuk hal lainnya. Analogi tidak hanya menunjukkan keserupaan yang dimiliki kedua hal yang berbeda, tetapi akan ditarik kesimpulan atas dasar keserupaan itu. Dengan demikian analogi dapat dimanfaatkan sebagai penjelasan atau sebagai bagian dari penalaran.[3] Kesimpulan yang diambil dari sebuah analogi dapat menyampaikan atau membandingkan fakta tertentu dengan fakta spesifik lainnya. Pemikiran ini juga biasa disebut berpikir melalui persamaan atau pemikiran melalui analogi, atau disebut analogi logis. Analogi kadang-kadang juga disebut analogi induktif, yaitu proses penalaran dari satu fenomena ke fenomena serupa lainnya kemudian menyimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena pertama juga akan terjadi pada fenomena lain, dengan demikian memahami analogi jika kita ingin merumuskan dalam batas. Jadi dalam setiap tindakan kesimpulan analog ada 3 elemen yaitu peristiwa utama yang menjadi dasar analogi, persamaan utama yang menjadi pengikat, dan tiga fenomena yang ingin akan dianalogikan.[4]
Ciri
Analogi memiliki ciri sebagai berikut.
- Membandingkan dua hal yang sama atau memiliki kesetaraan dalam pengertian atau ciri umumnya.
- Paragraf analogi berisi dua hal, yaitu satu hal perumpamaan dan satu hal lain adalah peristiwa lain yang sejalan dengan perumpamaan tersebut.
- Menggunakan kata-kata seperti, laksana, bagaikan, sebagaimana, seolah, dan layaknya.[5]
Jenis
Analogi terbagi ke dalam dua jenis berikut ini.
- Analogi induktif adalah analogi yang disusun berdasarkan persamaan prinsip pada dua fenomena yang berbeda, selanjutnya ditarik kesimpulan bahwa apa yang terdapat pada fenomena pertama terdapat pula pada fenomena yang kedua.[3] Hal yang perlu diperhatikan dalam analogi induktif adalah persamaan yang berisikan ciri-ciri esensial yang berhubungan erat dengan kesimpulan yang dikemukakan. Jadi, kesimpulan analogi induktif tidak bersifat universal tapi khusus, kendati unsur keseluruhan tetap diikutkan di dalamnya.[6]
Rumusan yang digunakan dalam induksi analogi adalah sebagai berikut.
A mempunyai karakteristik X
B mempunyai karakteristik X
A mempunyai karakteristik Y
Jadi B mempunyai karakteristik Y
- Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan menggunakan hal yang sudah dikenal. Pembelajaran dengan mengembangkan penalaran analogi diharapkan akan membantu memahami matode melalui perbandingan dengan matode lain yaitu dengan mencari keserupaan sifat di antara matode yang dibandingkan.[3]
- Hubungan Kausal biasanya disebut dengan penalaran yang didapatkan dari gejala yang saling memiliki keterkaitan. Dalam hubungan kausal terdapat hubungan sebab akibat. Hubungan sebab akibat dalam hubungan kausal dapat sampai pada penyimpulan yang berbentuk akibat ataupun sebaliknya. Biasanya hubungan sebab akibat terjadi pada tiga pola. Hubungan ini berbentuk dari sebab menjadi akibat, akibat menjadi sebab, dan akibat menjadi akibat. Pola yang biasa digunakan yaitu sebab menjadi akibat dan akibat menjadi sebab.[7]
Rujukan
- ^ "Arti kata analogi - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online". kbbi.web.id. Diakses tanggal 2020-10-02.
- ^ Harimurti Kridalaksana (1982). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 12.
- ^ a b c Offirstson, Topic (2014). Aktivitas Pembelajaran Matematika Melalui Inkuiri Berbantuan Software Cinderella. Jakarta: Deepublish. hlm. 43. ISBN 978-602-280-255-6.
- ^ Waston (2019). Filsafat Ilmu dan Logika. Surakarta: Muhammadiyah University Press. hlm. 148. ISBN 978-602-361-236-9.
- ^ Wijaya, Putut (13 Februari 2021). "Analogi Adalah; Arti, Tujuan, Macam, Ciri, & Contoh Analogi" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-12-07.
- ^ Sihotang, Kasdin (2019). Berpikir Kritis: Kecakapan Hidup di Era Digital. Sleman: PT Kanisius. hlm. 168. ISBN 978-979-21-6620-0.
- ^ Jalinus, Nizwardi; Ganefri, Yunos; Jailani, Emeritus; Alias, Maizam; Syahril, Sukardi (2021-05-01). RISET PENDIDIKAN DAN APLIKASINYA. Surakarta: UNP PRESS. hlm. 19. ISBN 978-602-1178-71-3.
Lihat pula