H. Amru Helmy Daulay, S.H. (18 Oktober 1939 – 28 Januari 2023) adalah politikus, birokrat, dan dosen Indonesia yang menjabat sebagai Bupati pertama Mandailing Natal dua periode yakni 2000–2005 dan 2005–2010. Ia juga pernah menjabat Pembantu Gubernur Sumatera Utara Wilayah IV Kisaran periode 1995–1999. Ia pernah menjabat Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (FH USU) periode 1967–1969 dan Dekan FH USU dua periode yakni 1974–1975 dan 1976–1977. Ia merupakan alumnus FH USU 1963. Ia juga tokoh olahragaSumatera Utara dan Ketua Yayasan Marah Halim (YMH).
Kehidupan awal
Amru dilahirkan di Binjai pada 18 Oktober 1939 sebagai anak tertua dari Syekh Abdul Halim Hasan, seorang tokoh agama di Sumatera Utara, dan Sarifah Batubara, istri kedua Halim.[1][2] Ia menghabiskan sebagian besar masa kecilnya di Binjai, menyelesaikan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama masing-masing pada tahun 1951 dan 1954. Ia kemudian pindah ke Medan dan menyelesaikan sekolah menengah atasnya di sana pada tahun 1958.[3] Setamat SMA, Amru berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Ia lulus dari universitas itu dengan gelar sarjana hukum pada tahun 1963.[2]
Karier
Setelah lulus, Amru mulai mengajar hukum di Universitas Sumatera Utara.[2] Ia menjabat sebagai pembantu dekan III fakultas tersebut dari tahun 1967 hingga 1969 dan sebagai dekan dari tahun 1974 hingga 1977.[3][4] Lima tahun kemudian, pada tahun 1982 Gubernur Edward Wellington Pahala Tambunan mengangkatnya sebagai kepala BP7, sebuah lembaga indoktrinasi Pancasila yang dibentuk oleh pemerintah. Setelah menjabat sebagai kepala BP7, gubernur baru Kaharuddin Nasution memindahkan Amru ke sekretariat provinsi dan menjadi asisten sekretaris provinsi.[3] Selama menjabat, ia sempat menjabat sekretaris daerah (sekda) setelah pengangkatan sekda sebelumnya, Alimuddin Simanjuntak, sebagai wakil gubernur.[5]
Pengaruh Amru dalam pemerintahan menyebabkan keterpilihannya sebagai Ketua Komisaris Daerah Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia Sumatera Utara pada akhir tahun 1987.[6] Kaharuddin memberinya izin untuk memangku jabatan itu pada Januari 1988.[7] Namun, kurang dari setahun setelah pemilihannya, kasus korupsi yang melibatkan pemain dari beberapa klub sepak bola di Sumatera Utara terungkap.[8] Kasus tersebut membuat Amru mundur dari jabatannya pada awal 1990.[9]
Pada tanggal 9 Maret 1999, Kabupaten Mandailing Natal berdiri sebagai kabupaten yang terpisah dari Kabupaten Tapanuli Selatan. Amru dilantik sebagai pelaksana tugas bupati di wilayah itu pada hari yang sama.[10] Ia terpilih sebagai bupati definitif pada tahun 2000 dan terpilih kembali pada tahun 2005.[11] Di awal masa jabatan keduanya, Amru diperiksa kepolisian karena keterlibatannya dalam penebangan liar.[12][13][14]
Amru pensiun dari pemerintahan setelah masa jabatannya berakhir. Ia menjadi Ketua Yayasan Al-Ishlahiyah, sebuah yayasan pendidikan di Binjai.[15] Ia meninggal dunia pada 28 Januari 2023 di Rumah Sakit Colombia di Medan.[16] Sebelum meninggal, Amru menderita strok selama empat tahun.[17]
Kehidupan pribadi
Amru menikah dengan Yosma Dalimunthe[16] dan memiliki dua orang anak.[3]