Ambroksol adalah obat yang digunakan untuk memecah dahak, digunakan pada terapi gangguan pernafasan terkait mukus yang kental atau berlebih. Ambroksol umumnya diberikan sebagai senyawa aktif dalam sirup obat batuk.
Ambroksol dipatenkan pada tahun 1966 dan mulai digunakan sebagai obat pada tahun 1979.[1]
Penggunaan medis
Ambroksol diindikasikan pada "terapi sekretolitik pada penyakit bronkopulmoner yang menyebabkan sekresi mukus berlebih dan gangguan pada transfer mukus. Obat ini mempercepat pembersihan mukus, mempermudah proses meludahkan dahak dan meringankan batuk berdahak, sehingga pasien bisa bernafas lebih mudah".[2]
Terdapat berbagai bentuk sediaan Ambroksol sejak pertama kali dipasarkan pada 1978. Ambroksol tersedia dalam bentuk sirup, tablets, pastilles, saset serbuk kering, larutan untuk inhalasi, tetes dan ampul dan juga tablet efervesen.
Ambroksol juga bisa meredakan nyeri pada kondisi radang tenggorokan. Nyeri pada radang tenggorokan adalah tanda dari faringitis akut.[3] Radang tenggorokan biasanya disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi tersebut biasanya sembuh dengan sendirinya dan pasien akan kembali normal dalam beberapa hari. Kondisi yang paling mengganggu biasanya adalah nyeri pada tenggorokan terutama saat pasien menelan. Tujuan utama terapi dalam kondisi ini adalah mengurangi nyeri. Peran Ambroksol pada terapi radang tenggorokan adalah memberikan efek anastesi lokal, yang pertama kali dijelaskan pada akhir 1970an,[4][5] tetapi sudah terkonfirmasi dan mempunyai penjelasan lebih lanjut pada penelitian terkini.
Efek samping
Sampai saat ini Ambroksol tidak mempunyai kontrandikasi khusus; tetapi, pasien dengan kondisi tukak lambung harus menggunakan dengan hati-hari, serta penggunaan pada trisemester pertama kehamilan tidak dianjurkan.[6]
Mekanisme aksi
Senyawa ini bekerja pada membran mukus, memulihkan mekanisme fisiologis pembersihan saluran pernafasan (yang berperan penting pada sistem perlindungan tubuh) melalui beberapa mekanisme, termasuk memecah dahak, merangsang produksi mukus, dan merangsang sintesis serta pelepasan surfaktan dari pneumosit tipe II.[7][8] Surfaktan bekerja sebagai senyawa anti lengket dengan mengurang perlekatan mukus ke dinding bronkial, sehingga meningkatkan kemampuan transpor dan memberikan perlindungan terhadap infeksi dan senyawa pengiritasi.[9][10]
Ambroksol adalah inhibitor poten dari kanal Na+neuronal.[11] Sifat ini mendorong pengembangan lozenge yang berisi 20 mg Ambroksol. Studi terkini [3] mengungkapkan efikasi Ambroksol untuk mengurangi nyeri pada radang tenggorokan akut, dengan mula kerja yang cepat, dan mempunya efek yang bertahan selama paling tidak tiga jam. Ambroksol juga mempunyai sifat anti-inflamasi, membantu mengurangi kemerahan pada radang tenggorokan.
Studi terkini menunjukkan efek Ambroksol pada peningkatan aktivitas enzim lisosomal glucocerebrosidase. Karena sifat ini, Ambroksol berpotensi sebagai obat pada terapi penyakit Gaucher dan penyakit Parkinson's.[12]
Ambroksol juga menunjukkan efek memicu eksositosis lisosom dengan cara melepas kalsium dari cadangan selular kalsium. Peristiwa ini terjadi ketika Ambroksol berdifusi ke dalam lisosom dan menetralisir pH lisosom.[8] Mekanisme ini mungkin menjelaskan efek mukolitik dari Ambroksol, dan juga menjelaskan efek Ambroksol pada penyakit Gaucher dan Parkinson.
Ambroksol dan parent drug bromhexine menunjukkan kemampuan menginduksi otofagi pada beberapa tipe sel, Ambroksol juga terlihat memperkuat terapi rifampisin pada studi model tuberkulosis melalui host directed effects.[13][14] Ambroksol juga meningkatkan kadar beberapa macam antibiotik di paru.[15] Ambroksol juga menunjukkan aktivitas terhadap SARS CoV2 pada sel Vero E6, meski mekanisme aksinya masih belum jelas.[16]
Merek dagang
Ambroksol adalah senyawa aktif pada produk Muciclar (Italia), Mucosolvan, Mucobrox (Spanyol), Bisolvon (Australia, Swiss, dan Indonesia), Mucol, Lasolvan, Mucoangin, Surbronc, Brontex (Lithuani), Mucos dan Epexol (Indonesia), Ambolar, and Lysopain.
^Malerba M, Ragnoli B (August 2008), "Ambroxol in the 21st century: pharmacological and clinical update", Expert Opin Drug Metab Toxicol, 4 (8): 1119–29, doi:10.1517/17425255.4.8.1119, PMID18680446Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^ abde Mey C, et al. (2008), "Efficacy and safety of ambroxol lozenges in the treatment of acute uncomplicated sore throat", Arzneimittelforschung, 58 (11): 557–68, doi:10.1055/s-0031-1296557, PMID19137906
^Püschmann S, Engelhorn R (1978). "[Pharmacological study on the bromhexine metabolite ambroxol (author's transl)]". Arzneimittel-Forschung. 28 (5a): 889–98. PMID581987.
^Klier KF, Papendick U (December 1977). "[The local anesthetic effect of NA872-containing eyedrops]". Medizinische Monatsschrift. 31 (12): 575–8. PMID593223.
^"Ambroxol". Drugs.com. Diakses tanggal 21 January 2014.
^Seifart C, Clostermann U, Seifart U, Müller B, Vogelmeier C, von Wichert P, Fehrenbach H (February 2005). "Cell-specific modulation of surfactant proteins by ambroxol treatment". Toxicology and Applied Pharmacology. 203 (1): 27–35. doi:10.1016/j.taap.2004.07.015. PMID15694461.
^ abFois G, Hobi N, Felder E, Ziegler A, Miklavc P, Walther P, Radermacher P, Haller T, Dietl P (December 2015). "A new role for an old drug: Ambroxol triggers lysosomal exocytosis via pH-dependent Ca2+ release from acidic Ca2+ stores". Cell Calcium. 58 (6): 628–37. doi:10.1016/j.ceca.2015.10.002. PMID26560688.
^Sanderson RJ, Paul GW, Vatter AE, Filley GF (September 1976). "Morphological and physical basis for lung surfactant action". Respiration Physiology. 27 (3): 379–92. doi:10.1016/0034-5687(76)90066-9. PMID989610.
^Weiser T (March 2006). "Comparison of the effects of four Na+ channel analgesics on TTX-resistant Na+ currents in rat sensory neurons and recombinant Nav1.2 channels". Neuroscience Letters. 395 (3): 179–84. doi:10.1016/j.neulet.2005.10.058. PMID16293367.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)