Amanita bisporigera atau juga disebut sebagai "malaikat penghancur" merupakan salah satu dari sembilan amatoksin spesies jamur dari genus amanita yang tumbuh secara liar dan sering ditemukan di Amerika Utara bagian timur, dari Texas ke hutan bagian utara dan di provinsi maritim.[1]
Spesifikasi
Amanita bisporigera ini pada 1906 baru dikatakan sebagai spesies baru oleh ahli botani Amerika yang bernama George Francis Atkinson. Jamur yang satu ini termasuk ke dalam divisi Basidiomycota, dari kelas Agaricomycetes, berada di urutan Agarical, dan termasuk ke dalam keluarga Amanitaceae. Amanita bisporigera memiliki beberapa kemiripan dengan amanita putih yang lain, di antaranya Amanita virosa dari Jepang dan Amanita vernella yang juga sama-sama dapat mematikan, tetapi biasanya Amanita ini tumbuh lebih kecil dan lebih ramping dibandingkan dengan yang lain dan dengan ukuran yang bervariasi pula.[2][3] Spesies jamur ini awalnya dari negara bagian barat New York (AS) dan memiliki jangkauan yang sangat luas dari hutan boreal di pulau Newfoundland hingga hutan pohon cemara (Pinus-Quercus) di Texas karena Amanita bisporigera kemungkinan telah diekspor melalui pohon yang akan digunakan di perkebunan pinus ke daerah selatan Kolombia. Jamur Amanita bisporigera ini mengandung racun cukupoxoxin yang digunakan sebagai pembunuh yang sangat mematikan, sehingga banyak nama untuk menjuluki jamur ini, di antaranya adalah "malaikat penghancur", "amanita mematikan", "topi kematian putih", "malaikat maut" dan "malaikat penghancur Amerika Utara bagian timur yang paling beracun".[2][3][4]
Jamur ini memiliki daging yang berwarna putih seluruhnya dan tidak berubah warna walaupun dipotong atau dimemarkan, dengan memiliki ketebalan 5,5 cm sampai 6 cm dan memiliki bentuk seperti jamur kancing. Memiliki batang dengan tinggi 5,5 cm sampai 14 cm sedikit meruncing dan lebih halus dibandingkan dengan spesies lain, serta melebar pada dasarnya dari 0.5 cm sampai dengan 2 cm. Terdapat cincin pada batangnya serta bohlam yang disebut volva di bagian pangkal batang. Pada tutup jamur atau cap memiliki bentuk cembung lebar hampir membentuk oval dengan diameter sekitar 2,5 cm sampai dengan 10 cm, warna tutup pada jamur ini menjadi merah muda pucat di bagian tengahnya akibat terkena panas matahari saat cuaca panas, terkadang berwarna coklat pucat di bagian tengahnya. Permukaan pada jamur ini kering pada saat cuaca panas dan sedikit lengket pada saat cuaca dingin, atau berada di daerah yang lembap. Pada bagian bawahnya terdapat karung halus dan tipis seperti bentuk rok pada bagian pangkalnya, tepatnya di bawah tutup jamur yang dapat robek dan tergelincir turun ke bawah batang.[1][5] Jamur ini semakin lama akan bertambah halus pada permukaan tutupnya dengan memiliki basidia dua spora yang berbentuk bulat berwarna putih berdinding tipis serta tembus cahaya.[2][6] Biasanya seiring dengan bertambahnya usia pada jamur ini akan sering berubah warna menjadi sedikit kekuningan, apalagi jika terkena tetesan air basa yang sangat kuat.[5] Jamur ini memiliki bau yang tidak khas, tetapi memiliki bau yang tidak mengenakkan saat sudah membusuk. Jamur ini sering ditemukan ditempat-tempat seperti padang rumput dan ladang pada saat musim panas dan pada awal musim gugur.[7] Biasanya jamur ini tumbuh di sekitar akar pohon, karena diperkirakan jamur ini membentuk hubungan mikoriza dengan pohon, berupa hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain.[1] Jamur ini biasanya ditemukan tumbuh secara menyebar dan sendiri-sendiri, di Amerika Utara bagian timur dan jarang ditemukan di Amerika Utara bagian barat, dan tersebar luas di Kanada hingga Meksiko.[3][8]
Kasus
Keracunan jamur liar dari genus Amanita ini akan menjadi keadaan darurat medis. Jamur ini pernah mematikan seorang wanita yang berusia 53 tahun di New York setelah mencari, memasaknya kemudian memakan jamur ini. Selain itu pada tahun 1957 di daerah dekat San Antonio, Meksiko dilaporkan bahwasannya terdapat satu keluarga sebuah keluarga dengan tiga anaknya keracunan terhadap jamur Amanita bisporigera. Keluarga ini hanyalah seorang ayah yang mampu bertahan hidup, sedangkan istri beserta anak-anaknya berakhir meninggal dunia.[2] Pada tahun 2006, anggota komunitas Hmong yang beranggotakan tujuh orang dan tinggal di Minnesota diracuni dengan Amanita bisporigera karena mereka bingung dengan jamur jerami yang dapat dimakan Volvariella volvacea yang tumbuh di daerah Asia Tenggara.[9] Bagi orang yang tidak terlatih dan berpengalaman dalam hal jamur dan orang yang nonmushroom akan sulit membedakan spesies jamur Amanita bisporigera ini dengan jamurAmanita phalloides. Berdasarkan laporan statistik tahun 2006 oleh Badan Asosiasi Mikologi Amerika Utara total kematian akibat Amanita bisporigera dilaporkan sebanyak empat kematian dari 63 kasus yang keracunan amatoxin selama 30 tahun terakhir. Namun, keracunan jamur ini di Amerika Utara masih kurang diketahui penyebab aslinya yang benar-benar berkaitan dengan jamur ini, karena sebagian besar kematian diakibatkan oleh racun jamur dari spesies Amanita phalloides.[10]
Tahapan
Ketika mengalami keracunan jamur Amanita bisporigera ini akan mengalami beberapa tahap yang dilalui. Tahapan yang pertama berupa tahap inkubasi, merupakan periode di mana antara 6 sampai 12 jam setelah mengkonsumsi jamur ini tidak mengalami gejala-gejala. Tahap yang kedua berupa tahap gastrointestinal, pada tahap ini terjadi nyeri perut, muntah eksplosif, dan mengalami diare hingga 24 jam, sehingga dapat menyebabkan dehidrasi, serta terjadi ketidakseimbangan elektrolit yang parah dan menjadikan syok. Tahap ketiga berupa tahap sitotoksik yaitu di mana terjadi tanda-tanda klinis dan biokimia kerusakan hati terjadi setelah 24 jam sampai dengan 48 jam setelah mengkonsumsi jamur. Selain itu mulai muncul tanda-tanda disfungsi hati seperti penyakit kuning, hipoglikemia, asidosis, dan perdarahan. Setelah terjadi beberapa tahapan ini, akan terjadi peningkatan kadar protrombin dan kadar amonia dalam darah, serta tanda-tanda ensefalopati hati atau gagal ginjal terjadi. Juga akan timbul gejala pada periode latensi pendek antara jarak konsumsi dengan munculnya gejala berupa koagulopati parah (kelainan pembekuan darah), hiperbilirubinemia berat (penyakit kuning), dan peningkatan kadar kreatinin serum.[11]
Gejala
Gejala yang ditimbulkan setelah sembilan jam memakan jamur ini biasanya diawali dengan kram perut, muntah, mual, dan diare atau sakit perut. Gejala yang ditimbulkan ini biasanya akan terus berlanjut jika tidak langsung ditangani dalam beberapa hari. Setelah mengkonsumsi jamur ini akan menjadi sebuah penyakit gagal hati fulminan akut dan disertai dengan sindrom hepato-ginjal, gagal hati, koma dan akan berakhir meninggal walaupun sudah ditangani dengan serius dan semaksimal mungkin.[2][10]
Pencegahan
Dalam melakukan pencegahan terhadap racun dari jamur ini, maupun jamur-jamur lain dari spesies yang sama harus dilakukan penyuluhan berupa edukasi tentang bahaya beberapa jamur terhadap kesehatan. Selain mengenai bahaya memakan jamur liar, juga dilakukan peningkatan kesadaran medis tentang diagnosis dini dan pengobatan-pengobatan yang seharusnya dilakukan secara agresif.[10]
^"Amanita bisporigera G. F. Atk."web.archive.org. 2011-05-15. Archived from the original on 2011-05-15. Diakses tanggal 2020-01-27.Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)