Raden Ujang Ngoko atau Adipati Panaekan adalah Bupati Ciamis/ Galuh pertama periode 1618–1625 M.[1]
Biografi
Namanya Raden Ujang Ngoko atau Adipati Panaekan putra Prabu Cipta Permana (1595-1618 M) putra Maharaja Sanghyang Cipta Permana Prabudigaluh Salawe (1580-1595 M, sekarang Dusun Tinggarahayu, Desa Cimaragas Kecamatan Cimaragas, Ciamis) putra Prabu Haur Koneng putra Prabu Pucuk Umum (Sunan Parung Gangsa/ Pucuk Umum Talaga menikahi Ratu Parung /Ratu Sunyalarang / Wulansari) Galuh Tanduran/ Pangauban Pangandaran putra Prabu Munding Surya Ageung putra Prabu Anggalarang.[2][3][4][5]
Galuh Pangauban Leluhur Adipati Panaekan
Kerajaan Galuh Pangauban didirikan oleh Prabu Haur Kuning (sekarang) di wilayah desa Putrapinggan, Kalipucang, Pangandaran kecamatan Kalipucang, Pangandaran (diperkirakan sekitar 1530 M). Raja ini memiliki tiga orang putra yang bernama Maharaja Upama, Maharaja Sanghyang Cipta dan Sareuseupan Agung. Sebagai anak tertua, Maharaja Upama mewarisi kerajaan Galuh Pangauban dari ayahnya. Maharaja Sanghyang Cipta diberi wilayah Salawe (Cimaragas) dan mendirikan Kerajaan Galuh Salawe. Sedangkan Sareuseupan Agung menjadi raja di wilayah Cijulang.
Tragis Nasib Galuh
Semasa dikuasai Cirebon, wilayah Galuh masih status kerajaan bawahan namun saat dikuasai oleh Mataram diturunkan statusnya menjadi kabupaten/ kadipaten. Galuh yang semula kerajaan diubah statusnya menjadi kabupaten dan gelar raja, prabu atau sanghyang menjadi adipati. Adipati Panaekan diangkat menjadi Wedana Bupati Mataram di tatar Priangan oleh Sultan Agung 1613 - 1645 M, penguasa Mataram.
Ketika Sultan Agung mulai bersiap untuk menyerang VOC di Batavia pada tahun 1625, ia memerintahkan bupati-bupati dari priangan untuk berpartispasi. Hal ini menjadikan perbedaan pendapat di antara para bupati. Perselisihan semakin panas, terutama antara Dipati Panaekan dan Singaperbangsa. Panaekan ingin secepatnya menyerang, sebelum VOC semakin kuat. Sementara, Singaperbangsa berpendapat lebih baik pasukan memperkuat dulu logistik sebelum berangkat menyerang.
Gugurnya Sang Adipati
Puncaknya, Adipati Panaekan terbunuh pada tahun 1625 M. Jenazah Sang Wadana Bupati dihanyutkan ke sungai Ci Muntur. Setelah ditemukan oleh pengikutnya, kemudian dimakamkan di Situs Karangkamulyan. Adipati Panaekan digantikan oleh putranya yang bernama Ujang Purba, yang bergelar Dipati Imbanagara (1625-1636). Konon, karena peristiwa tersebut Singaperbangsa kemudian memindahkan Kertabumi ke Bojonglopang, Banjar Kolot sekarang. Oleh karena itu, Kertabumi disebut juga Kabupaten Bojonglopang, dan merupakan cikal bakal Kota Banjar.
Referensi