Abdullahi Yusuf Ahmed (bahasa Somali: Cabdulaahi Yuusuf Axmed) (lahir 15 Desember 1934) adalah Presiden Transisi Somalia sejak 14 Oktober 2004 hingga 29 Desember 2008. Ia terpilih pada sebuah sesi dalam sidang parlemen sementara di sebuah gedung di Nairobi, ibu kota Kenya pada 10 Oktober 2004 dan diambil sumpahnya pada 14 Oktober 2004.
Sejak pemilihannya itu, ia tinggal di Kenya. Pemilihan dilakukan di Kenya karena keamanan di Somalia sangat tidak terjamin. Presiden berjanji untuk menciptakan rekonsiliasi dan memulai proses pembangunan kembali negaranya. Namun pemerintahannya telah dilanda oleh pertikaian internal.
Khususnya Yusuf berbeda pendapat dengan sejumlah jawara perang dan anggota pemerintahan tentang di mana pemerintahannya harus dipusatkan. Presiden dan perdana menteri menentang pemindahan ibu kota ke Mogadishu, sambil menyebutkan alasan-alasan keamanan. Pada 14 Juli 2006, pemerintah sementara yang nyaris tak berdaya menolak mengirimkan juru runding dan berbicara dengan kelompok aliansi Islam yang telah mengambil alih kontrol atas hampir seluruh wilayah selatan Somalia. Pemerintah menuduh aliansi itu melalukan pembunuhan warga sipil dalam pertempuran dan didukung pihak asing.
Pertikaian lainnya menyangkut kemungkinan pembentukan pasukan asing pemelihara perdamaian - khususnya dengan mengikutsertakan pasukan-pasukan Ethiopia. Ethiopia telah dituduh mendukung para jawara perang Somali lawannya untuk tetap membuat negara itu lemah.
Yusuf yang pernah menjadi perwira tentara dan pemimpin faksi, pernah memimpin sebuah gerakan gerilya pada tahun 1970-an. Diktator Somali Siad Barre kemudian dijatuhkan pada tahun 1991.
Pada era 1990-an, Yusuf muncul pemimpin terkemuka di daerah Puntland tempat kelahirannya. Ia menyatakan daerah itu otonom pada 1998. Konon kepemimpinannya bersifat otoriter. Namun ia ikut memindahkan Badan-badan Federal Transisi bersama-sama dengan perdana menterinya, Ali Mohammed Ghedi dan Ketua Parlemen Sharif Adan dari Nairobi ke kota Mogadishu dan Jowhar.
Kepada parlemen, ia menjelaskan bahwa Eritrea (negara tetangga Somalia) telah mempersenjatai dan melatih aliansi Islam. Dikatakan, para pejuang aliansi juga berhasil merebut wilayah terbesar di selatan Somalia dengan bantuan pasukan asing. Pembicaraan yang disponsori Liga Arab dirancang untuk dilanjutkan di Khartoum (ibu kota Sudan) pada 15 Juli 2006. Tujuannya untuk mengembalikan fungsi pemerintah pusat yang sudah terkoyak. Pada 7 Agustus 2006, ia membubarkan kabinet yang dianggap tidak efektif.
|
---|
| |
Miring menandakan sebagai penjabat presiden. |