Abdullah bin Sa'ad
Abu Yahya Abdullah bin Sa'ad bin Abi Sarh al-Qurasyi al-Amiri (bahasa Arab: أبو يحيى عبد الله بن سعد بن أبي سرح القرشي العامري), juga dikenal dengan nama Abdullah bin Sa'ad, adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad.[1] Ia termasuk salah satu penulis wahyu yang kemudian murtad setelah merasa ragu dengan kenabian Muhammad.[2] Namun kembali masuk Islam ketika Makkah ditaklukkan oleh Nabi Muhammad dan pasukannya.[3] Asal-usulAbdullah berasal dari kabilah Bani Amir bin Lu'ay dari suku Quraisy dan silsilahnya adalah Abdullah bin Sa'ad bin Abi Sarh bin al-Harits bin Habib bin Jadzimah[4] bin Malik bin Hisl bin Amir bin Lu'ay.[5] Ibunya adalah Mahanah binti Jabir dari kabilah Asy'ari.[4] Ia merupakan saudara sepersusuan dari Khalifah Utsman bin Affan.[6] Abdullah memiliki saudara kandung yang bernama Wahb bin Sa'ad, Uwais al-Akbar bin Sa'ad, Uwais al-Ashghar, Iyas, dan Abu Hind.[4] Wahb bin Sa'ad termasuk sahabat Nabi yang turut serta dan terbunuh dalam Pertempuran Mu'tah.[7] BiografiEra Nabi MuhammadAbdullah bin Sa'ad adalah salah seorang di zaman Nabi yang dapat menulis. Maka ketika ia masuk islam, Rasulullah mengundangnya untuk menjadi juru tulis beliau. Pada suatu ketika, Nabi menyuruhnya untuk menulis beberapa ayat dari Surat Al-Mu'minun dari Al-Qur'an yang di-diktekan beliau. Ketika sampai pada ayat ke-14, pada bagian: "Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain", Abdullah pun mengucapkan rasa takjubnya dengan berkata "Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik." Rasulullah pun berujar, "Benar, seperti yang kau bilang itulah ayat tersebut diturunkan kepadaku." Maka Abdullah meragukan kenabian beliau, dan berkata, "Jika Muhammad jujur, berarti Allah telah menurunkan ayatnya kepadaku sebagaimana Allah menurunkan ayat-Nya kepada Muhammad. Dan jika Muhammad berbohong, maka berarti dia mengambil perkataanku (sebagai wahyu)."[3][8] Ketika Nabi Muhammad telah mengumpulkan cukup banyak pasukan untuk mengepung Makkah, beliau pun memerintahkan supaya Abdullah bin Sa'ad menjadi salah satu orang yang harus dibunuh walaupun dirinya sembunyi di bawah tirai Ka'bah. Namun Abdullah pun mendatangi saudara angkatnya yaitu Utsman bin Affan untuk meminta pertolongan, lalu bersamanya mendatangi Rasulullah untuk memohon ampun. Ketika bertemu dengan mereka berdua, Rasulullah yang ditemani beberapa sahabat beliau diam dalam waktu yang lama sampai beliau berkata "ya". Akan tetapi setelah Utsman dan Abdullah pergi, Rasulullah pun berkata, "Aku diam supaya salah satu dari kalian berdiri dan memenggal kepalanya!" Salah seorang dari kaum Anshar lalu berkata, "Lalu mengapa anda tidak memberikan kami kode, wahai Rasulullah?" Beliau pun menjawab bahwa seorang Nabi tidak membunuh dengan memberikan kode.[2] Sebuah hadits di Sunan Abu Dawud juga merekam ketegangan pertemuan Abdullah bin Sa`ad dengan Muhammad di Makkah pasca pembelotannya dan pelarian dirinya dari Muhammad setelah direbutnya Makkah oleh umat Muslim.[9] Dalam tarikh-nya, ath-Thabari secara singkat mencatat tentang Abdullah dan Muhammad bahwa "Abdullah bin Sa`ad bin Abi Sarh biasa menulis untuk beliau. Dia murtad dari Islam dan kemudian kembali ke Islam pada hari penaklukan Makkah."[10] Ketika era pemerintahan Abu BakarPada masa pemerintahan Abu Bakar, Abdullah bin Sa'ad turut serta dalam Perang Riddah atau perang melawan orang-orang yang murtad. Ia kemudian termasuk di antara pasukan Amr bin al-Ash yang dikirim untuk menaklukkan Palestina.[6] Ketika era pemerintahan UmarUmar mengangkatnya sebagai orang kedua dalam komando (letnan) dari Amr bin al-Ash untuk operasi penaklukan Mesir. Dia memainkan peran utama sebagai komandan militer dalam penaklukan Mesir. Selama penaklukan Mesir, dia adalah komandan sayap kanan pasukan Amr dan berpartisipasi dalam semua pertempuran yang terjadi selama penaklukan Mesir di bawah komando Amr.[11] Umar sempat mengangkat Abdullah bin Sa'ad sebagai gubernur Mesir Hulu.[12] Ketika era pemerintahan UtsmanKetika Utsman menjadi khalifah di tahun 644 M, dia menunjuk Abdullah sebagai gubernur Mesir menggantikan 'Amr bin al-'As, dengan Muhammad bin Abi Hudzaifah sebagai ajudannya. Abdullah membawa rombongan asing yang besar dan mendirikan diwan, "dan memerintahkan bahwa semua pajak negara harus diatur di sana".[13] Ketika menjabat sebagai gubernur Mesir, Abdullah memimpin peperangan seperti Penaklukan Ifriqiyah, Pertempuran Dzatus Shawari,[12] dan Pengepungan Dongola.[14] Protes-protes terhadap Abdullah tampaknya telah dihasut oleh ajudannya, Muhammad ibn Abi Hudzaifah. Ayah Muhammad (Abi Hudzaifah) adalah seorang mualaf awal yang masuk Islam yang meninggal dalam Pertempuran Yamama. Muhammad dibesarkan oleh Utsman. Ketika ia mencapai kedewasaan, ia berpartisipasi dalam kampanye militer asing dan menemani Abdullah ke Mesir sebagai ajudan. Muhammad ibn Abi Hudzaifah menegur Abdullah, merekomendasikan perubahan dalam pemerintahan tetapi Abdullah tidak menanggapi. Setelah upaya terus menerus, akhirnya Muhammad ibn Abi Hudzaifah kehilangan kesabaran dan berubah dari pemberi nasihat yang simpatik menjadi penentang yang kecewa pertama kepada Abdallah dan kemudian kepada Utsman karena telah mengangkatnya. Abdallah menulis kepada Utsman mengatakan bahwa Muhammad sedang menyebarkan hasutan dan jika tidak ada yang dilakukan untuk menghentikannya, situasi akan meningkat. Utsman berusaha untuk membungkam protes Muhammad dengan 30.000 dirham dan hadiah-hadiah mahal. Hadiah-hadiah Utsman dianggap sebagai suap dan yang menyebabkan bumerang, dengan Muhammad membawa uang dan hadiah-hadiah tersebut ke dalam Masjid Agung dan berkata;
Utsman mengirim banyak surat ke Muhammad dalam usahanya menenangkannya, tetapi ia terus saja melanjutkan penghasutannya terhadap Abdullah. Pada tahun 656 para pemimpin Mesir memutuskan untuk mengirim delegasi ke Madinah untuk menuntut pemecatan Abdullah. Abdullah juga berangkat ke Medinah untuk membela dirinya di mahkamah khalifah. Dalam ketidakhadirannya, Muhammad ibn Abi Hudhayfa mengambil alih pemerintahan. Ketika Abdullah mencapai Ayla, dia diberitahu bahwa rumah Utsman sedang dikepung dan memutuskan untuk kembali ke Mesir. Di perbatasan ia diberitahu bahwa Muhammad ibn Abi Hudzaifah telah memberikan perintah untuk mencegahnya memasuki Mesir. Dia kemudian pergi ke Palestina menunggu hasil dari peristiwa di Madinah. Sementara itu, Utsman dibunuh di Madinah, dan ketika Abdullah mendengar berita itu, ia meninggalkan Palestina, dan pergi ke Damaskus untuk tinggal di bawah perlindungan Muawiyah I. Referensi
|