Abdullah bin Muhsin al-Attas

Abdullah bin Muhsin
Al-Habib Abdullah bin Muhsin al-Attas
NamaAbdullah bin Muhsin
NasabJalur ayah: Abdullah bin Muhsin bin Muhammad bin Muhsin bin Husein bin Umar bin Abdurrahman al-Attas bin Agil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi Al-Ghayur bin Muhammad al-Faqih Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali' Qasim bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa Ar-Rumiy bin Muhammad Annaqib bin Ali Al-Uraidhiy bin Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Hussein dari Fatimah az-Zahra Putri Rasulullah SAW
Nisbahal-Attas Keramat Empang
JabatanDa'i

Al-Habib Abdullah bin Muhsin al-Attas atau yang juga dikenal sebagai Habib Keramat Empang (lahir di al-Kasri Hadramaut 17 April 1849 M/23 Jumadilawal 1265 H) adalah seorang ulama yang aktif mengembangkan ajaran agama Islam di daerah Empang, Bogor, Jawa Barat.

Riwayat Hidup

Masa kecil

Ia lahir di Haurah, sebuah desa di daerah al-Kasri, Hadramaut pada 17 April 1849 M atau bertepatan pada tanggal 23 Jumadilawal 1265 H. Sejak kecil ia dikenal sebagai pribadi yang pintar, ia berguru pada Syeikh Umar bin Faraj bin Sabbah untuk urusan agama dan al-Quran. Beberapa waktu kemudian, ayahnya, mengirimkan Habib Abdullah ke guru-guru lain yang terkenal di Hadramaut seperti Habib Abu Bakar bin Abdullah bin Thalib al-Attas, Habib Sholeh bin Abdullah al-Attas, Habib Abdullah bin Alwi al-Aydrus, dan guru-guru lainnya.[1]

Pada tahun 1282 H atau saat berusia 18 tahun, Habib Abdullah pergi berhaji ke tanah suci, selain itu ia juga menyempatkan untuk mengunjungi dan berguru pada ulama-ulama di Kota Mekkah dan Madinah. Sepulang berhaji, ia meneruskan kegiatan belajarnya pada ulama-ulama yang berada di kota Tarim, Hadramaut dan sekitarnya, sebelum akhirnya memutuskan untuk berhaji kembali setahun setelahnya/tahun 1283 H.[1]

Hijrah ke Nusantara

Dalam haji keduanya pada tahun 1283 H atau bertepatan pada tahun 1866 M, Habib Abdullah mendapat sebuah mimpi, tak ada sumber yang jelas yang menerangkan isi mimpi tersebut namun sehari setelahnya Habib Abdullah memutuskan untuk hijrah ke Nusantara. Habib Abdullah berlayar hingga akhirnya berlabuh di Kota Pekalongan, ia kemudian melanjutkan perjalanan ke Jakarta menemui Habib Ahmad bin Hamzah al-Attas Pekojan dan menjadi santri.

Selama di Batavia, Habib Abdullah berdakwah dari kampung ke kampung lainnya hingga memasuki daerah Empang, Bogor, masyarakat memintanya untuk tinggal/menetap di sana. Ia mengajak masyarakat sekitar untuk membaca al-Quran dan berzikir setiap selepas salat magrib dengan membaca Ratib al-Haddad dan Ratib al-Attas selayaknya dilakukan oleh masyarakat di kampung halamannya di Hadramaut.[1]

Membangun masjid

Untuk melengkapi perjuangan dakwahnya, Habib Abdullah mendirikan masjid di sekitar rumahnya yang kemudian diberi nama Masjid an-Nur atau juga yang tenar disebut Masjid Empang Bogor pada 1828 M atau 1318 H. Masjid ini diyakini sebagai salah satu masjid tertua di Bogor, dan kini beralamat di Jalan Lolongok, RT. 02 RW. 04, Empang, Bogor Selatan, Bogor, Jawa Barat, bangunan masjid ini juga diyakini terinspirasi dari masjid bernama serupa di kota Tarim, Hadramaut tempat Habib Abdullah menuntut ilmu sewaktu muda.[2][3]

Wafat

Habib Abdullah wafat pada hari Rabu, awal bulan Muharam 1352 H atau bertepatan pada 26 April 1933 M pada usia 86 tahun. Ia kemudian dikebumikan di samping komplek Masjid an-Nur atau Masjid Empang Bogor. Sepeninggal Habib Abdullah, majelis taklim yang ia asuh selama ini kemudian dilanjutkan oleh sahabat sekaligus muridnya yakni Habib Alwi bin Thohir al-Haddad, pengajian ini kemudian menjadi cikal bakal Majelis Taklim Masjid an-Nur Keramat Empang, Bogor yang saat ini dilanjutkan oleh cucunya yakni Habib Abdullah bin Zein bin Abdullah al-Attas. Sejak Habib Abdullah bin Zen Al-Attas Wafat Kepemimpinan di Lanjutkan Kepada Habib Abdullah bin Husein Al-Attas Anak dari pada Habib Husein bin Abdullah bin Muhsin Al-Attas Hingga Saat Ini, Yg Merupakan Penerus Ketiga dari Generasi Cucu Setelah Habib Abdul Qodir bin Muhsin dan Habib Abdullah bin Zein Al-Attas.[1]

Keluarga

Habib Abdullah menikah dengan wanita keturunan dalem Sholawat selama hidupnya di Empang, dari pernikahan ini ia memiliki keturunan antara lain:[4]

  1. Habib Muhsin bin Abdullah al-Attas
  2. Habib Zen bin Abdullah al-Attas
  3. Habib Husen bin Abdullah al-Attas
  4. Habib Abu Bakar bin Abdullah al-Attas
  5. Syarifah Nur binti Abdullah al-Attas
  6. Syarifah Sidah binti Abdullah al-Attas
  7. Syarifah Khadijah binti Abdullah Al-attas

Nasab

Habib Abdullah bin Muhsin al-Attas terhitung sebagai keturunan ke-32, nasabnya dari jalur ayah adalah: Abdullah bin Muhsin bin Muhammad bin Muhsin bin Husein bin Umar bin Abdurrahman al-Attas bin Agil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi Al-Ghayur bin Muhammad al-Faqih Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali' Qasim bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa Ar-Rumiy bin Muhammad Annaqib bin Ali Al-Uraidhiy bin Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Hussein dari Fatimah az-Zahra Putri Rasulullah SAW.[1]

Referensi

  1. ^ a b c d e Mauladdawilah, Abdul Qadir Umar (2011). 17 Habaib Berpengaruh di Indonesia. Malang: Pustaka Bayan.
  2. ^ Astyawan, Putra Ramadhani (2018-11-24). "Sejarah dan Karomah Makam Keramat Empang Bogor". Okezone.com. Diakses tanggal 2020-05-20. 
  3. ^ Ariatullah, Ruri. "Masjid Keramat Empang, Destinasi Sejuta Peziarah". RADAR BOGOR | Berita Bogor Terpercaya. Diakses tanggal 2020-05-20. 
  4. ^ DIA, Yayasan (2019-01-07). "Riwayat Habib Empang Bogor dan Karomahnya". Riwayat Habib Empang Bogor dan Karomahnya (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-05-20.