K.H. Abdul Qadir Hasan adalah seorang ulama besar dari Kalimantan Selatan. Beliau dilahirkan di desa Tunggul Irang sekitar tahun 1891, ayahnya adalah Hasan Ahmad. K.H. Abdul Qadir Hasan terkenal dengan panggilan “Guru Tuha”. Dia pernah belajar agama di Pesantren Tebu Ireng Jombang pimpinan Hadratus Syekh K.H. Hasyim Asy’ari dan Pondok Pesantren Salafiyah Bangkalan Madura pimpinan Kyai Kholil.[1] Dia juga merupakan pendiri cabang Nahdlatul Ulama (NU) di Kalimantan Selatan pada tahun 1928, dimana cabang ini merupakan cabang NU pertama di luar pulau Jawa.[2]
Dia meninggal pada Sabtu 11 Rajab 1398 Hjiriah atau bertepatan dengan 17 Juni 1978 Masehi. Jenazahnya dimakamkan di kediamannya di Desa Pasayangan, Martapura, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan.[3]
Dia juga belajar agama di Madrasah Salatiah, Mekkah, Arab Saudi. Di kampung halamannya beliau belajar agama dengan Tuan Guru Abdurrahman (Guru Adu) dan Tuan Guru Kasyful Anwar, Mu’assisPondok Pesantren Darussalam Martapura. Disamping pernah belajar agama di beberapa tempat, K.H. Abdul Qadir Hasan juga mempunyai pengalaman di bidang pendidikan dan politik. Di bidang pendidikan beliau pernah menjadi tangan kanan KH. Kasyful Anwar dalam mengelola Pondok Pesantren Darussalam Martapura (1922-1940) dan menjadi pimpinan umum periode ke-4 pondok pesantren tersebut menggantikan K.H. Kasyful Anwar yakni tahun 1940-1959.[1]
Riwayat Pekerjaan
Dia merupakan pimpinan Pondok Pesantren Darussalam Martapura periode keempat tahun 1940-1959. Beliau terkenal sebagai sesepuh di pondok pesantren tersebut, karena itu juga sering disebut sebagai "Guru Tuha". Dia menjadi tangan kanan K.H. Muhammad Kasyful Anwar saat menjabat sebagai pimpinan Pondok Pesantren Darussalam tahun 1922-1940 dan kemudian menjadi pimpinan pondok setelah K.H. Muhammad Kasyful Anwar meninggal pada tahun 1940.[4]
Karir Politik
Di bidang politik, dia ikut mendukung gerakan gerilya Kalimantan pimpinan Hasan Basri. Meskipun dia tidak secara langsung bergerilya secara fisik, dia menggerakkan dan menganjurkan kepada masyarakat Banjar khususnya para santri Darussalam agar ikut ambil bagian dalam bergerilya melawan orang-orang kafir (penjajah Belanda). Pada tahun 1950-an dia bersama Tuan Guru Zainal Ilmi turut aktif dalam pemulihan keamanan di desa Dalam Pagar Martapura. Dia pernah juga menjabat anggota DPRD Tingkat I Kalimantan Selatan dari unsur NU (1960-1970). Di NU sendiri beliau pernah duduk sebagai a’wan Syuriah NU Kalimantan (1952), anggota Syuriah PWNU Kalimantan Selatan dimasa kepemimpinan Ridwan Sjahrani tahun 1953, dan anggota syuriah Pengurus Besar NU. Dia adalah orang yang pertama kali mendirikan NU di Kalimantan, yakni Jam’iyyah Nahdhatul Ulama di Martapura pada tahun 1928.[1]
^Barije, Ahmad (2018). Mengenal Ulama dan Tokoh Banjar. Banjarmasin: CV Rahmat Hafiz Al Mubaraq.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Datu-Datu Terkenal Kalimantan Selatan. Kandangan: SAHABAT Mitra Pengetahuan. 2013. hlm. 1–5. ISBN9786021988374.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Parameter |first1= tanpa |last1= di Authors list (bantuan)