A. Damhoeri
Wikimedia Commons memiliki media mengenai A. Damhoeri. Wikisumber memiliki naskah asli yang berkaitan dengan artikel ini:
A. Damhoeri atau Ahmad Damhoeri (31 Agustus 1915 – 6 Oktober 2000) adalah seorang sastrawan Indonesia. Ia mulai mengarang sejak tahun 1931. Setelah lulus Sekolah Normal pada 1943, ia menjadi guru.[1] Damhoeri pernah ditahan selama empat bulan karena delik pers atas artikelnya Timur, Tanah Airku yang dimuat dalam harian Persamaan di Padang pada 1937.[1] BiografiNama lengkap Penulis ini adalah Ahmad Damhoeri. Dalam kehidupan sehari-harinya A. Damhoeri akrab dipanggil A. Dam, Bung Adam, Pak Adam, dan A. Damhoeri Pengarang. Ia selalu menyingkat namanya menjadi A. Damhoeri di dalam karyanya.[2] A. Damhoeri mengawali pendidikannya di Sekolah Gobernemen, kelas dua di Bangkinang dan selesai tahun 1928. Pada saat itu, Sekolah Gobernemen terkenal dengan nama Jongen Vervoischool lamanya dua tahun dan merupakan sekolah lanjutan dari Sekolah Desa yang lamanya tiga tahun. Setelah tamat dari sekolah Gobernemen, Damhoeri melanjutkan Sekolah Normal di Padang Panjang, pendidikan di sekolah normal ini diselesaikannya pada tahun 1943. Dari sekolah itu, ia memperoleh ijazah dan menjadi dokumen sangat berharga baginya. Pendidikan formalnya hanya sampai Sekolah Normal, selanjutnya dia belajar ilmu sastra, agama, dan lainnya secara atodidak. Ijazah yang diperolehnya adalah modal dasar untuk menjadi guru, sehingga pada tahun 1934 A. Damhoeri mulai bekerja menjadi guru. Selain terlibat aktif di dunia pendidikan, A. Damhoeri juga menggeluti bidang kebudayaan. Dia pernah menjabat kepala Inspeksi Kebudayaan di Sumatra. Di samping itu, juga aktif di dunia penerbitan. Kariernya di bidang tulis menulis berawal dari Majalah Taman Kanak-Kanak Panji Pustaka. Tahun 1932–1934 A. Damhoeri mulai membantu majalah Panji Pustaka untuk memajukan dunia kesusasteraan. Kemudian 1938–1939 menjadi redaktur Majalah Dunia Pengalaman, tahun 1934–1936 menjadi guru sekolah desa, tahun 1938–1940 mengajar di Sekolah Gemente Medan, 1940–1942 mengajar di HIS Medest Medan, tahun 1943–1946 mengajar di Sekolah Sambungan Payakumbuh, tahun 1947–1956 Kepala Sekolah di Sitanang Payakumbuh, tahun 1956–1958 menjadi Kepala Seksi Kesenian Perwakilan Daerah Kebudayaan Sumatra Tengah Bukit Tinggi. Pada tahun 1960–1963 menjadi Kepala Seksi Kesenian Inspeksi Daerah Kebudayaan Sumatera Barat, tahun 1964–1971 Kepala Inspesi Kebudayaan Daerah I Kota Payakumbuh, tahun 1947 sebagai Ketua Komite Nasional Batupayung dan tahun 1946 menjadi anggota siding pengarang, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Bukit Tinggi. Riwayat pengarangKetertarikan A. Damhoeri dalam dunia tulis-menulis sudah terlihat sejak ia duduk di sekolah dasar. Pada usia 20 tahun, ia menyelesaikan novel pertamanya[2]. Novel ini diberi judul Mencari Jodoh dan diterbitkan pada tahun 1935 oleh Balai Pustaka. Mentjari Djodoh telah dicetak ulang beberapa kali.[3] Selain menulis menulis novel, ia juga menulis cerita pendek, cerita anak, sajak serta buku pelajaran sekolah dan pernah juga menulis teka-teki silang sewaktu mengasuh ruang Kesusasteraan di majalah Panji Pustaka. Dalam riwayat hidupnya A. Damhoeri termasuk salah seorang pengarang pada tiga zaman, yakni zaman penjajahan Belanda, zaman penjajahan Jepang dan zaman kemerdekaan. Pada zaman Belanda menjajah negeri ini ini, A.Damhoeri menggunakan nama samaran, yaitu Aria Diningrat.[2] KasusA. Damhoeri pernah dipenjara karena harian Persamaan di Padang menuliskan nama aslinya pada karangan yang berjudul Timur, Tanah Airku. Tulisannya dikategorikan pemerintah sebagai kejahatan melalui pers (pers delict). Sehingga, A. Damhoeri dan pemimpin harian itu dijatuhi hukuman penjara selama empat bulan.[2] Daftar karya
Rujukan
Pranala luar(Indonesia) Kumpulan Puisi karya A. Damhoeri |