Tatakalai, Tinangkung Utara, Banggai Kepulauan
Pranala luar
2.1 Sejarah Desa Pada zaman dulu di kerajaan Banggai ada suatu tempat di pulau peling yang letaknya kurang lebih 15 Km dari Desa Tatakalai yang terdiri dari 3 daerah atau pegunungan yang sering disebut dengan Bungkuko Tomusi (Gunung Tomusi), Bungkuko Bunga (Gunung Bunga) atau Gunung Sindang dan Bungkuko Siol (Gunung Siol). Ketiga daerah tersebut dinamai Koiputano / Koliputano. Disekitar 3 gunung tersebut ada beberapa daerah pegunungan dan lembah yang memiliki beberapa air yang mengalir atau Paisu dalam bahasa Banggai, yaitu Paisu Bisa, Paisu Monas, Paisu Molinas, Paisu Mangkuyung dan Paisu Sinangkal. Dari beberapa sumber air di atas, Paisu Sinangkal merupakan sumber mata air yang digunakan untuk berbagai kebutuhan hidup masyarakat. Paisu Sinangkal adalah suatu mata air di kaki gunung yang mana mata air itu kemudian di bendung oleh masyarakat setempat yang dalam bahasa banggai disebut Sinangkal, bentuk bendungan yang dibuat itu menyerupai bentuk manusia. Dari pembuatan bendungan air atau sinangkal, maka diwilayah mata air dan kawasan sekitarnya hingga sekarang dikenal dengan nama Paisu Sinangkal yang memiliki arti air yang dibendung. Koiputano kemudian dijadikan satu perkampungan atau Babasaloan dengan sebutan Babasaloan Siol. Wilayah Babasaloan Siol meliputi wilayah Labotan Alul, Kolomboi, Kengkeng, Talas, Molinas, Peling, Mangkuyung, Paisu Sinangkal, Pelei Tua, Batu-batu, Bonua Biling, dan terdiri beberapa sub desa. Sejarah Desa Tatakalai dapat di lihat pada tabel berikut. Pada era Kolonial Belanda atau zaman penjajahan Belanda, Kerajaan Banggai termasuk ke dalam daerah jajahan Belanda pada waktu itu. Letak Babasaloan Siol yang jauh di pegunungan atau pedalaman, menyebabkan akses ke Babasaloan Siol menjadi sulit dijangkau. Maka atas permintaan Pemerintah Belanda, Kerajaan Banggai lalu menyuruh agar seluruh masyarakat yang ada di Babasaloan Siol segera turun atau berpindah tempat tinggal ke daerah pesisir pantai agar mudah dijangkau. Pada waktu itu Babasaloan Siol merupakan daerah yang memiliki penduduk yang cukup besar dan padat. Setelah menerima perintah dari Kerajaan Banggai, maka penduduk Babasaloan Siol kemudian turun ke beberapa tempat diantaranya ke Desa Kautu, Desa Tinangkung, Desa Galanggas (paisu mosoni), Desa Tobing, Desa Pelei, dan Desa Tobungku, sedangkan sisanya tersebar ke Kampung Petak dan Batu Lombu yang pada waktu itu di pimpin oleh Basalo Yapisa, yang mana Kampung Petak merupakan kawasan yang sekarang telah menjadi lokasi wilayah Desa Ponding-Ponding yaitu lapangan sepak bola Tribas sampai di wilayah pantai. Dari Kampung Petak dan Batu Lombu kemudian pindah ke kampung Bone. Pada masa kepemimpinan Basalo Ado Pioto dan Hamis, dilakukan seba atau musyawarah dengan tokoh – tokoh masyarakat atas permintaan Tomundo Raja Banggai Hj. Syukuran Amir melakukan perubahan nama dari kampung Bone berubah menjadi Desa Tatakalai. Sejarah penyebaran masyarakat desa Tatakalai dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.3 Sejarah Penyebaran Masyarakat Desa Tatakalai Sejarah nama Tatakalai sendiri berasal dari Kata Mantakalan. Mantakalan mempunyai arti sisa penduduk yang tersisa dari Babasaloan Siol yang kemudian tersebar di beberapa tempat seperti yang telah di sebutkan diatas. Berdasarkan dari kata mantakalan tersebut, oleh masyarakat Kampung Bone kemudian merubah nama dari Kampung Bone menjadi Tatakalai yang dikembangkan dari Istilah Mantakalan tersebut. Perubahan nama dari Kampung Bone menjadi Desa Tatakalai berawal dari masa kepemimpinan Ado Pioto (1943-1956). Pada zaman dulu pemimpin di kenal dengan nama Basalo. Kemudian dari Basalo berubah menjadi Kepala Desa. Perubahan nama dari Basalo menjadi Kepala Desa dilaksanakan setelah Pembentukan Kabupaten Banggai pada tahun 1964. Di Desa Tatakalai penyebutan Kepala Desa pertama kali terjadi pada masa kepemimpinan Ma’ruf Doating (1978 - 1983). Daftar para Pejabat dari Babasaloan Siol sampai berubah nama menjadi Desa Tatakalai adalah sebagai berikut: Tabel 2.4 Daftar Nama Kepala Desa Tatakalai
2.1 Peta dan Kondisi Desa Kondisi topografi wilayah Desa Tatakalai pada umumnya memiliki permukaan yang datar. Di daerah pesisir kemiringan lereng berada pada ketinggian < 500 mdpl dan pada wilayah pegunungan pada ketinggian >500 mdpl. 2.3 Potensi Sumber Daya Alam 2.3.1 Potensi Umum a. batas wilayah Desa Tatakalai terletak di Kecamatan Tinangkung Utara Kabupaten Banggai Kepulauan dengan luas wilayah 25.000 km² atau 2.500 Ha, dan mempunyai batas – batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan : Laut Selat Peling Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Luksagu Sebelah Selatan berbatasan dengan : Wilayah Tinangkung Selatan Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Ponding-Ponding b. Topografi Kondisi topografi Desa Tatakalai memiliki dataran dengan kisaran 40 %, pegunungan 35 %, perbukitan, serta lembah 25 % dari luas wilayah ini, dengan jenis tanah : pasir, pasir lempung, tanah liat dan kapur berbatu (aluvial-latosol). c. Tinggi Tempat keadaan tinggi tempat Desa Tatakalai yaitu dari 0 – 300 meter dari permukaan laut (DPL) d. Curah Hujan Iklim di Desa Tatakalai di dominasi oleh musim panas (kemarau), yaitu selama 6 – 7 bulan setiap tahunnya, sedangkan musim penghujan 5 – 6 bulan terakhir sejak tahun 2017 – 2021. |
Portal di Ensiklopedia Dunia