Sudarno Mahyudin
H. Sudarno Mahyudin (26 September 1940 – 24 Juli 2010) adalah seorang seniman dan budayawan besar Provinsi Riau yang mendapat penghargaan sebagai Seniman Pemangku Negeri dari Dewan Kesenian Riau dalam Anugerah Seni Dewan Kesenian Riau tahun 2003. Setahun sebelumnya, yakni tahun 2002, Sudarno Mahyudin mendapat penghargaan berupa Anugerah Sagang kategori Seniman/Budayawan Riau dari Yayasan Sagang.[3] Di akhir hayatnya, dia juga menjabat sebagai Koordinator Sekolah Perguruan Wahidin Bagansiapiapi.[2] PendidikanSetelah menamatkan Sekolah Rakyat (SR) di Bagansiapiapi pada tahun 1953, Sudarno Mahyudin melanjutkan pendidikan ke SMP Bagian B di Surakarta, Jawa Tengah tahun 1956 dan SMA Bagian B di kota yang sama tahun 1960. Dia sempat mengenyam pendidikan tinggi sampai tingkat dua di Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.[1] KarierPada tahun 1971, Sudarno Mahyudin balik ke kampung halamannya di Bagansiapiapi dan melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar. Pada tahun 1972-1975 dia menjadi guru di sekolah-sekolah swasta di Bagansiapiapi sampai akhirnya dipercaya sebagai direktur Perguruan Wahidin. Tahun 1976 Sudarno mengakhiri pengabdiannya sebagai guru, dan menjadi pegawai negeri sipil (PNS) yang ditempatkan di Kantor Imigrasi Bagansiapiapi.[1] Karya-karyaKarya teaterBeberapa karya teater Sudarno Mahyudin di antaranya:[3]
Karya naskah dan skenario film/sinetronBeberapa karya naskah dan skenario film/sinetron Sudarno Mahyudin di antaranya:[3]
Karya novelBeberapa karya novel dan cerita rakyat Sudarno Mahyudin di antaranya novel cerita rakyat Sungai yang Menjadi Saksi Hidup keluar sebagai pemenang kedua Sayembara Penulisan Cerita Daerah Riau. Novel-novelnya yang lain yang sudah dibukukan adalah Insiden Kapal Nautilus (1988, 1989, 2002), Putri Sei Melur (1987), Pendekar Musalim (1992), Pahlawan Perang Dalu-dalu (1996), Raja Kecil (1989, 1991, 1996), Tenggelamnya Kapal Malaka’s Welvaren (1995, 1996), Pergolakan Pereban (1989, 2001, 2005, 2007), Menentang Matahari (1996, 2001, 2005, 2007), Muda Cik Leman (2003, 2006), Gema Proklamasi RI Dalam Peristiwa Bagansiapiapi (2006), Cinta Dalam Sekam (2006), Tatakrama Melayu, Suatu Warisan Budaya (2006), Intan Kaca (2007), Tiga Naskah Teater Tradisional Melayu Riau (2007), Senarai Profesi Keras Datang, Merak Menanti (2007), Pengantin Lipan (2008), Rayap (kumpulan cerpen, 2008), Prolog, Kronologis dan Epilog Peristiwa Bagansiapiapi (2008).[1] Referensi
|
Portal di Ensiklopedia Dunia