Sarwoko Martokoesoemo

Raden Mas Sarwoko Martokusumo  adalah seorang tokoh penting dalam sejarah Indonesia yang dikenal sebagai penggagas awal pembangunan Monumen Nasional (Monas) di Jakarta. Selain kontribusinya terhadap bangsa, Sarwoko juga dikenal sebagai seorang guru, aktivis sosial, dan kepala keluarga yang penuh dedikasi.

Kehidupan Awal dan Pendidikan

R.M. Sarwoko Martokusumo lahir di Surakarta pada 8 Agustus 1912. Ia menempuh pendidikan di:

  • Hollands Inlandsche School (H.I.S.), Surakarta (1919–1926)
  • Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), Surakarta (1926–1931)
  • Perguruan Umum Pendidik (dahulu P.O.P.), Jakarta (1932–1935)

Pendidikan yang ia jalani membentuk pandangannya tentang pentingnya pendidikan dan nasionalisme dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Karier

Sarwoko memulai kariernya sebagai guru di berbagai wilayah Indonesia:

  1. Jakarta, di "Perguruan Rakyat" (1935–1938).
  2. Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, di sekolah swasta bawah PSII (1938–1940).
  3. Pontianak, Kalimantan Barat, di "Sekolah Islamiyah" (1940–1941).

Pada masa pendudukan Jepang, ia bekerja di sektor konstruksi, Nippon Eiga Sha (Lembaga Film), dan Jawa Hookoo Kai. Setelah kemerdekaan, ia berperan aktif dalam organisasi kemanusiaan dan sosial, termasuk bekerja di "Fonds Nasional" dan biro advertensi "Kinibalu."

Peran dalam Perjuangan Kemerdekaan

Sarwoko aktif dalam Barisan Pelopor Istimewa, sebuah organisasi yang berperan penting dalam persiapan kemerdekaan Indonesia. Ia terlibat dalam penggalangan dana, penyediaan persenjataan, dan pengorganisasian massa.

Gagasan Pembangunan Monumen Nasional (Monas)

Sarwoko dikenal sebagai penggagas ide pembangunan Monumen Nasional (Monas) pada periode 1953–1958. Menurut Sudiro, Wali Kota Jakarta Raya pada saat itu, ide ini berasal dari Sarwoko yang menyarankan pembangunan tugu setinggi 45 meter sebagai tempat menyimpan Bendera Pusaka Merah Putih. Gagasannya kemudian mendapatkan dukungan luas, termasuk dari para tokoh nasional.

Monas kini menjadi simbol perjuangan dan kebanggaan nasional Indonesia.

Kehidupan Pribadi

Sarwoko menikah dengan Martini dan memiliki tiga anak:

  • Soemartono Sarwoko, yang mengikuti jejak ayahnya dalam bidang pendidikan dan layanan masyarakat.
  • Siti Wahyuni, yang aktif dalam kegiatan sosial keluarga.
  • Agustono Sarwoko, yang terlibat dalam pelestarian sejarah dan budaya Indonesia.

Penghargaan dan Warisan

Warisan Sarwoko tidak hanya terbatas pada Monas, tetapi juga pada kontribusinya dalam bidang pendidikan, sosial, dan budaya. Buku "Celah-celah Pengalaman Sarwoko Martokusumo: Kenang-kenangan Usia 70 Tahun" (1982) mengabadikan perjalanan hidupnya. Selain itu, nilai-nilai perjuangan dan dedikasinya tetap hidup melalui keluarga dan masyarakat.

Referensi

  1. Adiwisastro, Mulyadi, dan Mahmun Al Rasyid. Celah-celah Pengalaman Sarwoko Martokusumo: Kenang-kenangan Usia 70 Tahun. Mars-26, Jakarta, 1982.
  2. "Pendiri Angkatan 45 dan Pencipta Monas," Surabaya Post, 20 Juni 1976.
  3. Bela Budaya Buku II: Bidang Sejarah, Purbakala, dan Museum, Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

 

Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Portal di Ensiklopedia Dunia