PsilosisPsilosis (bahasa Yunani Kuno: ψίλωσις, translit. psī́lōsis, har. ''menghaluskan''; bahasa Yunani: ψίλωση, translit. psílosi) adalah perubahan bunyi dalam bahasa Yunani di mana bunyi awalan konsonan /h/ mulai hilang sejak akhir periode Yunani kuno.[1] Istilah ini berhubungan dengan nama konsonan napas halus (ψιλή, psilḗ), tanda tanpa adanya awalan /h/. Dialek-dialek yang telah kehilangan /h/ disebut psilotik. Fenomena linguistik ini juga mirip dengan bunyi /h/ yang telah hilang dalam bahasa Latin Umum (dan turunannya, Roman)[2] dan banyak bahasa Austronesia, seperti Indonesia dan Jawa (mis: "hutang" [hu.taŋ] menjadi "utang" [ˈutaŋ]).[3][4] SejarahHilangnya bunyi awalan /h/ terjadi pada waktu yang berbeda dalam beberapa dialek Yunani Kuno yang berbeda. Dialek-dialek Ionia timur, Aiolia di Lesbos, beserta dialek-dialek Doria di Kreta dan Elis, telah menjadi psilotik pada awal catatan tertulis.[5] Dalam dialek Attika, ada banyak variasi selama periode klasik,[6] tetapi dialek baku tersebut tetap mempertahankan /h/. Variasi ini berlanjut ke Koine Helenistik.[7] Para ahli tata bahasa Yunani dari Iskandariyah yang membakukan ortografi bahasa Yunani selama abad kedua hingga pertama SM dan memperkenalkan tanda-tanda pernapasan kasar dan halus, masih menggunakan perbedaan antara kata-kata dengan dan tanpa awalan bunyi /h/, tetapi ternyata menulis pada saat perbedaan ini tidak lagi dikuasai secara fasih oleh banyak penutur. Pada akhir era Romawi bersatu dan Romawi Timur, awalan /h/ telah hilang dalam semua bentuk bahasa.[8] OrtografiHeta dan etaHilangnya awalan bunyi /h/ tercermin dalam perkembangan alfabet Yunani dengan perubahan fungsi huruf eta (Η), yang pertama kali berfungsi sebagai tanda /h/ (Ͱ, "heta") tetapi kemudian, di dialek-dialek psilotik, digunakan kembali sebagai tanda vokal panjang /ɛː/. Tanda napas kasar dan halusDalam ortografi politonik yang dimulai dalam bahasa Yunani pada Periode Helenistik, bunyi /h/ asli dilambangkan dengan diakritik berupa tanda napas kasar (δασὺ πνεῦμα, dasỳ pneûma). Tanda ini juga secara biasanya digunakan dalam analogi penggunaan dialek Attika ketika menerjemahkan naskah-naskah dari dialek Ionia yang sudah psilotik pada saat naskah-naskah itu ditulis. Namun, untuk naskah-naskah berdialek Aiolia, kaidah umumnya adalah menandai semua kata sebagai non-teraspirasi.[9] Lihat pulaReferensi
|
Portal di Ensiklopedia Dunia