Pondok Pesantren Darunnajah
Pondok Pesantren Darunnajah adalah salah satu pondok pesantren yang berlokasi di Jalan Ulujami Raya Nomor 86, Pesanggrahan Jakarta Selatan Sejarah
Periode Cikal Bakal (1942-1960)Pada tahun 1942 K.H. Abdul Manaf Mukhayyar mempunyai sekolah Madrasah Al-Islamiyah di Petunduhan Palmerah. Tahun 1959 tanah dan madrasah tersebut digusur untuk perluasan komplek Perkampungan Olah Raga Asian Games, yang sekarang dikenal dengan komplek Olah Raga Senayan. Untuk melanjutkan cita-citanya, maka diusahakanlah tanah di Ulujami. Tahun 1960, didirikan Yayasan Kesejahteraan Masyarakat Islam (YKMI), dengan tujuan agar di atas tanah tersebut didirikan pesantren. Periode inilah yang disebut dengan periode cikal bakal, sebagai modal pertama berdirinya Pondok Pesantren Darunnajah. Periode Rintisan (1961-1974)Pada tahun 1961 K.H. Abdul Manaf membangun gedung madrasah enam lokal di atas tanah wakaf. Ide mendirikan pesantren didukung oleh kol.Pol.Drs.H. Kamaruzzaman yang saat itu sedang menyelesaikan kuliahnya diIAIN SUNAN KALIJAGA Yogyakarta. Untuk pengelolaan pendidikan diserahkan kepada Ust. Mahrus Amin, alumnus KMI Gontor yang mulai menetap di Jakarta pada tanggal 2 Februari 1961. Karena banyaknya rintangan dan hambatan, maka pendidikan belum bisa dilaksanakan di Ulujami, tetapi dilaksanakan di Petukangan bersama beberapa tokoh masyarakat, diantarannya Ust. Abdillah Amin dan H. Ghozali, berkerjasama dengan YKMI, tanggal 1 Agustus 1961, Ust. Mahrus Amin mulai membina madrasah Ibtidaiyah Darunnajah dengan jumlah siswa sebanyak 75 orang dan tahun 1964 membuka Tsanawiyah dan TK Darunnajah. Balai pendidikan Darunnajah diresmikan pada tahun 1964. Tahun 1970 ada usaha memindahkan pesantren ke Petukangan, tetapi mengalami kegagalan. Dan usaha merintis pesantren pernah pula dicoba dengan menampung kurang lebih 9 anak dari Ulujami dan Petukangan, yakni antara tahun 1963-1964. Dan tahun 1972 menampung kurang lebih 15 anak di Petukangan, namun kedua usaha itu didak dapat dilanjutkan dengan berbagai kesulitan yang timbul. Para periode ini, meskipun pesantren yang diharapkan belum terwujud, tetapi dengan usaha-usaha tersebut, Yayasan telah berhasil mempertahankan tanah wakaf di Ulujami dari berbagai rongrongan, antara lain BTI PKI saat itu. Periode Pembinaan dan Penataan (1974-1987)Pada tanggal 1 April 1974, dicobalah untuk ke sekian kalinya mendirikan Pesantren Darunnajah di Ulujami. Mula-mula Pesantren mengasuh 3 orang santri, sementara Tsanawiyah Petukangan dipindah ke Ulujami untuk meramaikannya. Baru pada tahun 1976, Madrasah Tsanawiyah Petukangan dibuka kembali dan secara berangsur,Pesantren Darunnajah Ulujami hanya menerima anak yang mukim saja, kecuali anak Ulujami yang boleh pulang pergi. Bangunan yang pertama didirikan adalah masjid dengan ukuran 11 X 11 m2 dan beberapa asrama lokal. Meskipun bangunanya sederhana, namun sudah sesuai dengan master plan yang dibuat oleh Ir. Ery Chayadipura. Pada awal pembangunannya, seluruh santri selalu dilibatkan untuk membantu kerja bakti. Pada periode inilah ditata kehidupan di Pesantren Darunnajah dengan sunnah-sunnahnya.
Periode Pengembangan (1987-1993)Darunnajah mulai melebarkan misi dan cita-citanya, mengajarkan agama Islam, pendidikan anak-anak fuqara dan masakin dan bercita-cita membangun seratus Pondok Pesantren Modern. Masa inilah, saat memancarkan pancuran kesejukan ke penjuru-penjuru yang memerlukan. ![]() Sampai dengan tahun 2004, Pesantren Darunnajah Group telah berjumlah 41. Periode Dewan Nazir (1994-2011)Perjalanan sejarah Pesantren Darunnajah yang relatif lama telah menuntut peraturan kesempurnaan untuk menjadi lembaga yang baik. Belajar dari perjalanan pondok pesantren di Indonesia dan melihat keberhasilan lembaga Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, yang telah berumur lebih 1000 tahun lamanya, Yayasan Darunnajah yang memayungi segala kebijakan yang telah berjalan selama ini, berusaha merapikan dan meremajakan pengurus yayasan. Dengan niat yang tulus dan ikhlas, maka wakif tanah di Ulujami Jakarta K.H. Abdul Manaf Mukhayyar, Drs. K.H. Mahrus Amin, dan Drs. H. Kamaruzzaman Muslim, yang ketiganya mengatasnamakan para dermawan untuk wakaf tanah di Cipining Bogor seluas 70 ha, mengikrarkan wakaf kembali di hadapan para ulama dan umara dalam acara nasional di Darunnajah pada tanggal 7 Oktober 1994. Dalam acara tersebut wakif menguraikan niat dan cita-citanya mendirikan lembaga ini di atas sebuah piagam wakaf yang ditandatangani oleh para pemegang amanat, yaitu Dewan Nazir dan Pengurus Harian Yayasan Darunnajah. Acara tersebut disaksikan oleh para tokoh masyarakat dan ormas di Indonesia. Periode Kader (2011-sekarang)69 tahun sejak dirintisnya Darunnajah, dan 37 tahun berdirinya Darunnajah, serta enam tahun sejak wafatnya awal wakif K.H. Abdul Manaf Mukhayyar dan Hj. Tsurayya, merupakan perjalanan sejarah yang cukup panjang. Pesan wakif dan pendiri, bahwa Darunnajah harus tetap eksis dan berkembang sampai hari kiamat, terus terngiang-ngiang dan selalu diulang-ulang guna menjaga keikhlasan pengabdian lembaga wakaf ini terhadap proses pendidik generasi Islam yang akan datang dalam peningkatan dakwah Islamoiyah. Pada tahun 2022, Pesantren Darunnajah memiliki 21 cabang pesantren dan 57 satuan pendidikan di berbagai tempat; Jakarta, Bogor, Tangerang Selatan, Serang, Pandeglang, Bengkulu, Seluma, Mukomuko, Dumai, dan Kampar. Saat ini Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami adalah Dr. KH. Sofwan Manaf M.Si. dan K.H. Hadiyanto Arief, S.H., M.B.S. Lembaga Pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami
Pesantren Darunnajah Pusat dan Cabang
Pranala luar
|
Portal di Ensiklopedia Dunia