Matius 1:3
Matius 1:3 (disingkat Mat 1:3; bahasa Inggris: Matthew 1:3) adalah ayat ketiga dari pasal pertama Injil Matius, yaitu kitab pertama dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Ayat ini termasuk ke dalam Silsilah Yesus Kristus yang mengawali kitab Injil menurut catatan Matius, salah seorang dari keduabelas Rasul mula-mula. Merupakan ayat ketiga dari bagian Perjanjian Baru.
Konteks AlkitabAyat ini adalah bagian dari nas Alkitab dalam Matius 1 terutama ayat Matius 1:1–17 yang memuat Silsilah Yesus Kristus dari garis keturunan Abraham sampai ke Yusuf. Matius menetapkan bahwa Yesus adalah keturunan Yehuda, sebagaimana juga ditegaskan dalam Ibrani 7:14. Referensi silang
AnalisisBagian-bagian silsilah ini sesuai dengan yang juga dicatat dalam sejumlah tempat pada Alkitab Ibrani dan bagian Perjanjian Lama. Harold Fowler mengamati bahwa catatan pada ayat ini sampai Matius 1:6 tampaknya didasarkan pada Kitab Rut 4:18-22.[1] Memuat periode sebelum dan sesudah pindahnya Yakub beserta keluarganya ke Mesir untuk tinggal bersama Yusuf. Silsilah ini diturunkan dari Yehuda, Peres, Hezron dan Ram. Tidak ada informasi mengenai Hezron atau Aram, selain catatan nama mereka pada berbagai silsilah. Peres, dan saudara kembarnya, Zerah, serta ibunya, Tamar, mempunyai informasi tambahan dalam Kejadian 38. Hal yang menonjol pada silsilah ini, dan yang menyimpang dari kebiasaan umumnya adalah penyebutan Zerah, karena tokoh ini tidak berhubungan langsung. Tamar, ibu Peres dan Zerah, adalah seorang perempuan Kanaan yang melahirkan kedua anak itu dari Yehuda, setelah sebelumnya menjadi istri Er dan Onan, putra-putra Yehuda dari istri pertamanya, juga seorang wanita Kanaan. Tamar merupakan satu dari 5 tokoh perempuan yang disebutkan dalam silsilah dalam Injil Matius ini -- yang lain adalah Rut, Rahab, Batsyeba (ditulis tanpa nama, melainkan hanya dengan sebutan "istri Uria") serta Maria. Penyebutan perempuan dalam silsilah ini sangat tidak lazim pada zaman itu. Silsilah pada Lukas 3 tidak menyebut nama perempuan. Fowler menyatakan bahwa penambahan nama perempuan pada silsilah bukan hanya tidak ada sebelumnya, bahkan merupakan sesuatu yang dicela oleh penguasa tradisional.[2] William F. Albright dan C.S. Mann mendukung teori populer bahwa penyebutan nama perempuan itu menggarisbawahi peran penting perempuan di masa lampau, dan juga menempatkan Maria, ibu Yesus, setara dengan perempuan-perempuan itu.[3] Raymond E. Brown merasa bahwa adanya perempuan-perempuan itu menunjukkan bahwa Allah sering bekerja melalui perempuan dan perbuatan-perbuatan Allah tidak selalu sejalan dengan aturan manusia.[4] Sarjana feminis seperti Amy-Jill Levine mendukung bahwa adanya perempuan pada silsilah yang umumnya didominasi laki-laki ini menunjukkan peran penting perempuan.[5] Hieronimus (Jerome) mengamati ketidaksempurnaan para perempuan itu. Batsyeba berbuat zinah dengan Daud, sedangkan Rahab berprofesi sebagai pelacur. Tamar juga melakukan tindakan yang tidak terpuji. Sebaliknya perempuan-perempuan terhormat dalam sejarah orang Israel (seperti Sara, Ribka dan Lea) tidak disebut namanya. Hieronimum merasa Matius memasukkan perempuan-perempuan yang kurang terhormat itu untuk menggambarkan kebutuhan akan datangnya Yesus pada waktu itu. Robert H. Gundry setuju bahwa empat perempuan tokoh Perjanjian Lama tersebut mempunyai reputasi yang meragukan dan melihat dimasukkannya nama-nama mereka untuk menunjukkan bahwa tokoh-tokoh penting dalam sejarah orang Israel juga mempunyai asal-usul yang kurang terhormat, sampai kepada Yesus.[6] Harolf Fowler tidak setuju dengan pendapat itu dengan bantahan bahwa tidak mungkin Matius sengaja menyamakan Perawan Maria dengan para pelacur dan pezinah.[7] Kaitan lain yang diamati oleh Yohanes Krisostomus, adalah latar belakang bukan Yahudi dari keempat perempuan itu menurut tradisi Yahudi. Rahab dan Tamar adalah orang Kanaan. Rut adalah orang Moab, sedangkan Batsyeba, istri Uria orang Het, kemungkinan adalah keturunan bangsa Het. Batsyeba bahkan tidak disebut namanya melainkan pada Matius 1:6 dirujuk sebagai "istri Uria" yang lebih menekankan Uria orang Het yang dikenal sebagai orang bukan Israel. Dengan demikian Yesus bukan hanya juruselamat orang Israel, melainkan juga orang bukan Israel. Injil Matius menggunakan ejaan bahasa Yunani Septuaginta dalam mengalihaksarakan nama-nama Ibrani, sehingga dianggap bukti kuat bahwa Matius menggunakan Septuaginta sebagai sumber utama silsilahnya. Bahasa kunoBahasa YunaniTextus Receptus/Novum Testamentum Graece
Transliterasi (dengan pranala konkordansi Strong):
Varian tekstual
Transliterasi (dari kiri ke kanan):
Memuat rujukan kepada 1 Tawarikh 2:4,5,9, Rut 4:12 dan kutipan dari Rut 4:18–19. Bahasa LatinVulgata (abad ke-4 M)
Bahasa Indonesia
Bahasa asingBahasa InggrisVersi Raja James (1610)
Lihat pula
Referensi
Pranala luar |