Juche

Juche
Obor yang menjadi simbol ideologi Juche pada menara Juche di Kota Pyongyang
Nama Korea
Josŏn-gŭl
주체사상
Hanja
Alih AksaraJuche sasang
McCune–ReischauerChuch'e sasang

Juche (Hangul주체; Hanja主體; MRChuch'e; Pengucapan Korea: [tɕutɕʰe]) adalah, komponen dari Kimilsungisme–Kimjongilisme, ideologi negara Korea Utara dan ideologi resmi Partai Buruh Korea, Sumber-sumber Korea Utara mengaitkan perumusannya dengan Kim Il Sung, pendiri dan pemimpin pertama negara tersebut. Juche awalnya dianggap sebagai varian dari Marxisme–Leninisme hingga Kim Jong Il, putra dan penerus Kim Il Sung, mendeklarasikannya sebagai ideologi yang berbeda pada tahun 1970-an. Kim Jong Il lebih lanjut mengembangkan Juche pada tahun 1980-an dan 1990-an dengan membuat perubahan ideologis dari Marxisme–Leninisme dan meningkatkan pentingnya ide-ide ayahnya.

Juche menggabungkan ide-ide materialis historis Marxisme–Leninisme tetapi juga sangat menekankan individu, negara bangsa, dan kedaulatan nasional. Juche berpendapat bahwa suatu negara akan makmur setelah menjadi mandiri dengan mencapai kemerdekaan politik, ekonomi, dan militer. Ketika Kim Jong Il muncul sebagai calon penerus Kim Il Sung pada tahun 1970-an, kesetiaan kepada pemimpin semakin ditekankan sebagai bagian penting dari Juche, seperti yang diungkapkan dalam Sepuluh Prinsip untuk Pendirian Sistem Ideologi Monolitik.

Juche telah digambarkan oleh para kritikus sebagai sebuah pseudo-agama, sebuah ideologi nasionalis atau fasis, dan sebuah penyimpangan dari Marxisme-Leninisme.[1][2][3][4]

Etimologi

Juche berasal dari kata Sino-Jepang 主體 (ejaan modern: 主体), yang bacaan Jepangnya adalah shutai. Kata itu diciptakan pada tahun 1887 untuk menerjemahkan konsep Subjekt dalam filsafat Jerman (subjek, yang berarti "entitas yang mempersepsi atau bertindak atas suatu objek atau lingkungan") ke dalam bahasa Jepang. Kata itu bermigrasi ke bahasa Korea sekitar pergantian abad dan mempertahankan makna ini.[5] Shutai kemudian muncul dalam terjemahan Jepang dari tulisan-tulisan Karl Marx.[6] Edisi karya Marx di Korea Utara menggunakan kata Juche bahkan sebelum kata itu dikaitkan dengan Kim Il Sung dalam makna yang seharusnya baru pada tahun 1955.[7]

Dalam wacana politik kontemporer mengenai Korea Utara, Juche memiliki konotasi "kemandirian", "otonomi", dan "kemerdekaan".[8][9][10] Juche sering didefinisikan sebagai oposisi terhadap konsep Korea Sadae, atau ketergantungan pada negara-negara adikuasa.[11] Warga Korea Selatan menggunakan kata tersebut tanpa merujuk pada ideologi Korea Utara.[12]

Ideologi ini secara resmi dikenal sebagai Juche sasang (Hangul주체사상) dalam bahasa Korea dan ide Juche dalam bahasa Inggris. Juche sasang secara harfiah berarti "ide subjek"[13] dan juga telah diterjemahkan sebagai pemikiran Juche[14] atau Jucheisme.[15] Penganut Juche kadang-kadang disebut sebagai "Jucheis".[16]

Perkembangan

Pernyataan resmi dari pemerintah Korea Utara mengaitkan asal usul Juche dengan pengalaman Kim Il Sung dalam gerakan Persatuan Hancurkan Imperialisme selama perjuangan pembebasan Korea melawan Jepang.[17][18] Namun, rujukan pertama yang terdokumentasi mengenai Juche sebagai ideologi berasal dari tahun 1955, ketika Kim Il Sung menyampaikan pidato berjudul "Tentang Penghapusan Dogmatisme dan Formalisme dan Pendirian Juche dalam Karya Ideologis." Pidato tersebut mempromosikan pembersihan politik yang mirip dengan Gerakan Rektifikasi Yan'an di Tiongkok.[19] Pidato tersebut kemudian dikenal sebagai "pidato Juche"[20]  dan dianggap sebagai salah satu karya Kim Il Sung yang paling penting.[21]

Intelektual Barat secara umum setuju bahwa Hwang Jang-yop, penasihat utama Kim Il Sung di bidang filsafat, bertanggung jawab atas konseptualisasi dan pengembangan awal Juche.[22] Hwang menemukan kembali pidato Juche pada suatu saat di akhir tahun 1950-an, ketika Kim Il Sung, setelah mendirikan kultus individu,[23] berusaha mengembangkan versinya sendiri tentang Marxisme-Leninisme dan memperkuat posisinya di Partai Buruh Korea (PBK).[24][25] Hwang memperluas makna Juche dan menulis ulang sejarah komunis Korea untuk membuatnya tampak seolah-olah Kim Il Sung telah menjadi pemimpin PBK sejak awal.[24] Andrei Lankov, seorang sarjana studi Korea asal Rusia, berpendapat bahwa referensi pertama untuk Juche sebagai ideologi adalah pada 14 April 1965, ketika Kim Il Sung memberikan pidato di Indonesia berjudul "Tentang Konstruksi Sosialis di Republik Demokratik Rakyat Korea dan Revolusi Korea Selatan" (Hangul조선민주주의인민공화국에서의사회주의건설과남조선혁명에대하여). Lankov berpendapat bahwa pidato tahun 1955 "menggunakan kata itu dalam makna yang berbeda" dan bahwa Juche diadopsi sebagai "prinsip ideologis dasar politik Korea Utara" hanya setelah pidato tahun 1965.[26]

Mengenai Ide Juche, karya utama tentang Juche, diterbitkan atas nama Kim Jong Il pada tahun 1982.[27] Di Korea Utara, karya ini berfungsi sebagai "penjelasan yang otoritatf dan komprehensif tentang Juche."[27] Menurut risalah tersebut, PBK bertanggung jawab untuk mendidik massa dalam cara berpikir Juche. Juche secara tak terelakkan dikaitkan dengan Kim Il Sung dan "mewakili ide penuntun revolusi Korea".[27] Meskipun Juche berakar pada Marxisme–Leninisme, karya ini bukan sekadar penerapan kreatif ide-ide Marx dan Lenin pada kondisi Korea.[28] Sebaliknya, karya ini merupakan "fase baru teori revolusioner"[28] dan mewakili "era baru dalam perkembangan sejarah manusia".[27] Kim Jong Il juga mengkritik kaum komunis dan nasionalis Korea pada tahun 1920-an atas "sikap elitis" mereka, dengan mengatakan bahwa mereka "terpisah dari massa".[29]

Pemerintah Korea Utara mengeluarkan dekrit pada 8 Juli 199, peringatan tiga tahun kematian Kim Il Sung, yang mendeklarasikan penerapan kalender Juche.[30] Komite Rakyat Pusat mengumumkan peraturan mengenai penggunaannya pada bulan Agustus,[31] dan kalender tersebut mulai digunakan publik pada 9 September, Hari Pendirian Republik.[30] Tanggal kalender Gregorian digunakan untuk tahun sebelum 1912 sementara tahun setelah 1912 (tahun kelahiran Kim Il Sung) disebut "tahun Juche". Tahun Gregorian 2025, misalnya, adalah "Juche 114" karena 2025 − 1911 = 114. Ketika digunakan, "tahun Juche" sering disertai dengan padanan Gregorian, yaitu "Juche 114, 2025" atau "Juche 114 (2025)".[31]

Gagasan utama

Tujuan Juche adalah untuk mendirikan negara yang mandiri yang secara independen menentukan urusan politik, ekonomi, dan militernya. Kim Il Sung merangkum penerapan tujuan ini di Korea Utara dalam pidatonya di Majelis Tertinggi Rakyat pada tahun 1967 yang berjudul "Mari Kita Wujudkan Semangat Revolusioner Kemerdekaan, Kemandirian, dan Pembelaan Diri Secara Lebih Menyeluruh di Semua Bidang Kegiatan Negara":[32]

Pertama, pemerintah republik akan melaksanakan dengan segala konsistensi garis kemerdekaan, kemandirian, dan pembelaan diri untuk memperkokoh kemerdekaan politik negeri ini, membangun dengan lebih kokoh fondasi ekonomi nasional yang mandiri yang mampu menjamin penyatuan, kemerdekaan, dan kemakmuran bangsa kita secara menyeluruh dan meningkatkan kemampuan pertahanan negeri ini, sehingga dapat menjaga keamanan tanah air dengan kekuatan sendiri, dengan secara gemilang mewujudkan gagasan partai kita tentang Juche di segala bidang.[33]

Gagasan utama dalam Juche antara lain:

  1. Kemerdekaan politik (Hangul자주; MRchaju) adalah prinsip inti Juche. Juche menekankan kesetaraan dan saling menghormati di antara negara-negara, penekanan Juche pada kemandirian dan kedaulatan nasional telah bergema di luar Korea Utara, mempengaruhi gerakan kemerdekaan di negara-negara seperti Zimbabwe[34] dan Angola,[35] di mana para pemimpin melihatnya sebagai kerangka kerja untuk melawan kolonialisme dan ketergantungan ekonomi, menegaskan bahwa setiap negara memiliki hak untuk menentukan nasib sendiri.[36] Menyerah pada tekanan atau intervensi asing akan melanggar prinsip kemerdekaan politik dan mengancam kemampuan suatu negara untuk mempertahankan kedaulatannya.[36] Ini berbeda dengan sadaejuui (Hangul사대주의), yang menganjurkan ketergantungan pada kekuatan besar.[37] Namun, Juche tidak menganjurkan isolasi total dan mendorong kerja sama antara negara-negara sosialis.[36] Seperti yang ditulis Kim Jong Il dalam Mengenai Ide Juche: "Kemerdekaan tidak bertentangan dengan internasionalisme, tetapi merupakan dasar penguatannya".[38] Kim Il Sung mengakui bahwa penting bagi Korea Utara untuk belajar dari negara-negara sosialis lain, khususnya Uni Soviet dan Tiongkok, tetapi tidak ingin mengikuti contoh mereka secara dogmatis.[36] Dia mengatakan bahwa PBK harus "dengan tegas menolak kecenderungan untuk menelan hal-hal dari orang lain tanpa dicerna atau meniru mereka mentah-mentah", menghubungkan keberhasilan awal Korea Utara dengan independensi PBK dalam pembuatan kebijakan.[36]
  2. Swasembada ekonomi (Hangul자립; MRcharip) diperlukan untuk mencapai kemerdekaan politik, menurut penganut Juche.[36] Kim Il Sung percaya bahwa bantuan asing yang berlebihan mengancam kemampuan suatu negara untuk mengembangkan sosialisme, yang hanya dapat dibangun oleh negara dengan ekonomi yang kuat dan mandiri.[36] Dalam Mengenai Ide Juche, Kim Jong Il berpendapat bahwa suatu negara dapat mencapai swasembada ekonomi hanya jika telah menciptakan "ekonomi nasional yang mandiri" yang berbasis pada industri berat,[39] karena sektor ini akan mendorong perekonomian lainnya. Ia juga menekankan pentingnya kemandirian teknologi[40] dan swasembada sumber daya.,[41] tetapi mengatakan bahwa hal ini tidak mengesampingkan "kerja sama ekonomi" antara negara-negara sosialis.[41]
  3. Kemandirian militer (Hangul자위; MRchawi) juga penting bagi suatu negara untuk mempertahankan kemerdekaan politiknya.[42] Untuk mencapai kemandirian militer, negara harus mengembangkan industri pertahanan dalam negeri untuk menghindari ketergantungan pada pemasok senjata asing.[43] Kim Jong Il berpendapat bahwa boleh saja negara sosialis menerima bantuan militer dari sekutu mereka, tetapi bantuan tersebut hanya akan efektif jika negara itu sendiri kuat secara militer.[44]

Praktik Juche

Diplomasi

Korea Utara mempertahankan hubungan dekat dengan Uni Soviet dan Tiongkok selama Perang Dingin, setelah keluar dari pendudukan Soviet dan perang yang diperjuangkannya bersama komunis Tiongkok. Namun, Korea Utara juga menentang apa yang dipandangnya sebagai upaya Soviet dan Tiongkok untuk mencampuri urusan pascaperangnya.[45] Misalnya, perlawanan yang gagal terhadap kepemimpinan Kim Il Sung pada tahun 1956 menyebabkan pembersihan elemen pro-Soviet dan pro-Tiongkok dari PBK.[46] Korea Utara menolak upaya de-Stalinisasi oleh perdana menteri Uni Soviet Nikita Khrushchev tetapi menghindari keberpihakan selama perpecahan Tiongkok-Soviet.[47]

Korea Utara diterima menjadi anggota Gerakan Nonblok pada tahun 1975 dan sejak saat itu telah menampilkan dirinya sebagai pemimpin negara-negara Dunia Ketiga, dengan mempromosikan Juche sebagai model yang dapat diikuti oleh negara-negara berkembang.[48][49]

Kelangsungan hidup nasional telah dilihat sebagai prinsip panduan strategi diplomatik Korea Utara.[50] Ketika negara-negara di Blok Timur runtuh dan memperkenalkan reformasi pasar, Korea Utara semakin menekankan Juche baik dalam teori maupun praktik.[51][52][53] Bahkan di tengah krisis ekonomi dan politik, Korea Utara terus menekankan kemerdekaannya di panggung dunia.[54]

Ekonomi

Setelah kehancuran Perang Korea, Korea Utara mulai membangun kembali ekonominya dengan basis industri berat, dengan tujuan menjadi se-berdikari mungkin.[55] Hasilnya, negara ini mengembangkan apa yang disebut sebagai "ekonomi industri paling autarki di dunia".[56][57] Korea Utara menerima bantuan ekonomi dan teknis dari Uni Soviet dan Tiongkok, tetapi tidak bergabung dengan Comecon, pasar umum komunis.[58][59] Pada tahun 1990-an, negara ini memiliki salah satu tingkat ketergantungan terendah di dunia terhadap minyak bumi, menggunakan tenaga hidroelektrik dan batu bara sebagai pengganti minyak impor.[60] Industri tekstilnya menggunakan vinylon, yang dikenal sebagai "serat Juche", yang ditemukan oleh orang Korea dan dibuat dari batu bara dan batu kapur yang tersedia secara lokal.[61][62] Sejarah vinylon sering ditampilkan dalam propaganda yang mengkhotbahkan keutamaan kemandirian teknologi.[57] Korea Utara memiliki 10.000 mesin CNC pada tahun 2010.[63] Mesin CNC buatan dalam negeri pertama diperkenalkan pada tahun 1995, dan pada tahun 2017 jumlahnya menjadi sekitar 15.000 mesin.[64]

Para komentator sering menunjukkan perbedaan antara prinsip swasembada dan ketergantungan Korea Utara terhadap bantuan asing, khususnya selama krisis ekonomi pada tahun 1990-an.[65] Upaya mencapai kemandirian ekonomi disalahkan sebagai penyebab krisis tersebut.[66] Menurut pandangan ini, upaya untuk mencapai swasembada menyebabkan inefisiensi dan mengabaikan peluang ekspor pada industri-industri yang memiliki keunggulan komparatif.[67]

Pertahanan

Tentara Rakyat Korea adalah salah satu yang terbesar di dunia dan telah mengembangkan rudal nuklirnya sendiri.[68][69] Mereka memproduksi bahan bakar UDMH untuk rudal berbahan bakar cair[70] dan mesin Turbojet Tumansky RD-9, yang menggerakkan Mikoyan-Gurevich MiG-19 dan Shenyang J-6.[71] Mesin CNC memproduksi rudal dan sentrifus.[64] Propaganda Korea Utara sejak Perang Korea telah membandingkan otonomi militernya dengan kehadiran pasukan AS di Selatan.[57]

Pengaruh

Plakat penghormatan kepada Juche dari delegasi asing, terdapat di pintu masuk bagian dalam Menara Juche

Kim Il Sung yakin bahwa prinsip- prinsip Juche dapat diterapkan di seluruh dunia.[72] Korea Utara telah menyelenggarakan seminar internasional tentang Juche sejak tahun 1976. Seminar Ilmiah Internasional tentang Ide Juche diadakan di Antananarivo, Madagaskar, dari tanggal 28 hingga 30 September 1976 di bawah sponsor Republik Demokratik Madagaskar. Banyak pejabat partai dan pemerintah terkemuka, tokoh masyarakat, perwakilan organisasi revolusioner dan progresif, ilmuwan, dan jurnalis dari lebih dari 50 negara hadir. Presiden Malagasi Didier Ratsiraka menyampaikan simpati dan dukungan yang kuat terhadap Korea Utara. Kutipan dari pidato pembukaan mengatakan:

Terlepas dari kekuatan oposisi, tekad rakyat dan kekuatan serta keyakinan mereka tidak diukur dari dimensi teritorial, kepemilikan teknologi canggih, apalagi kemewahan atau kekayaan. Bagi mereka yang ingin melupakan pelajaran sejarah dengan begitu mudah dan cepat, Aljazair, Vietnam, Guinea-Bissau, Mozambik, Angola—dan, lebih dekat dengan kita, Zimbabwe, Namibia, dan Azania—adalah contoh-contoh luar biasa yang membuat mereka merenungkannya secara mendalam. Yang kita inginkan bukanlah kesempurnaan kemerdekaan politik saja. Kekuatan jahat dengan licik memanipulasi tuas ekonomi untuk mengabadikan supremasi mereka dan menjadikan kita pengikut dan pengemis abadi.[73]

Pemerintah Korea Utara mendirikan Institut Internasional Ide Juche (awalnya Pusat Penelitian Juche Internasional) di Tokyo pada tahun 1978 untuk mengawasi kegiatan kelompok studi Juche internasional.[74] Plakat penghormatan dari kelompok ini terdapat di Menara Juche di Pyongyang.[9] Pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, Partai Black Panther Amerika Serikat mempelajari Juche.[75] Pada tahun 2016, Partai Pekerja dan Petani Nepal mendeklarasikan Juche sebagai ide panduannya.[76]

Sejumlah kelompok sayap kanan juga telah mengadopsi Juche. Partai Rakyat Pedesaan yang berafiliasi dengan Order of Nine Angles menganut Juche dan dilaporkan memiliki hubungan dengan pejabat Korea Utara.[77] Divisi Atomwaffen juga mempromosikan Juche.[78]

Pada tahun 1964, Presiden Sukarno mengadakan kunjungan ke Korea Utara dan mencontoh ideologi ini untuk diterapkan sisi positifnya di Indonesia.[butuh rujukan] Presiden Rumania, Nicolae Ceauşescu, juga kagum akan konsep Juche setelah mengunjungi Korea Utara dalam rangkaian lawatannya ke Asia pada tahun 1971 dan segera menerapkan ideologi ini di negaranya mulai tahun 1974.

Konsep terkait

Songun

Seni propaganda yang mempromosikan Songun. Teks Korea berbunyi, "Hiduplah kemenangan besar politik yang mengutamakan militer (Songun)!"

Songun (Hangul선군정치; MRSŏn'gun chŏngch'i; politik yang mengutamakan militer) pertama kali disebutkan pada tanggal 7 April 1997 di Rodong Sinmun dengan judul "Ada Kemenangan Sosialisme dalam Senjata dan Bom Tentara Rakyat" (Hangul인민군대의 총창우에 사회주의의 승리가 있다). Uraian tentang hal ini dalam artikel tersebut menggemakan pemikiran yang berpusat pada militer pada saat itu: "[Songun adalah] filosofi revolusioner untuk menjaga gaya sosialisme kita sendiri dalam keadaan apa pun". Konsep ini dicetuskan oleh Kim Jong Il,[79] yang menyatakan bahwa Songun adalah tahap selanjutnya dari pengembangan Juche.[80]

Editorial bersama berjudul "Politik Militer-Pertama Partai Kita Pasti Akan Meraih Kemenangan dan Tidak Akan Pernah Terkalahkan" ( 우리 당의 선군정치는 필승불패이다 ) diterbitkan oleh Kulloja dan Rodong Sinmun (masing-masing majalah dan surat kabar teoritis PBK) pada 16 Juni 1999.[81] Di dalamnya, disebutkan bahwa Songun berarti "metode kepemimpinan di bawah prinsip memberikan prioritas kepada militer dan menyelesaikan masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam perjalanan revolusi dan pembangunan serta menjadikan militer sebagai badan utama revolusi dalam perjalanan mencapai tugas-tugas total sosialisme". Meskipun artikel tersebut sering merujuk pada "Partai kita", ini bukan referensi ke PBK melainkan kepemimpinan pribadi Kim Jong Il.[82]

Komisi Pertahanan Nasional, badan militer tertinggi, ditetapkan sebagai badan tertinggi negara melalui revisi Konstitusi Korea Utara tahun 1998. Era Songun dianggap dimulai dengan revisi ini.[82]

Pada akhir tahun 2021, Kim Jong Un menyatakan bahwa politik “yang mengutamakan militer” di Songun akan digantikan oleh “politik yang mengutamakan rakyat” (Hangul인민대중제일주의) yang dipandu olehnya sendiri.[83]

Suryong

Pengunjung Monumen Besar Bukit Mansu di Pyongyang membungkuk di depan patung perunggu besar Kim Il Sung dan Kim Jong Il.

Suryong (Hangul수령형상창조; MRSuryŏng hyŏngsang ch'angjo; penciptaan figur utama) adalah teori revolusioner mengenai hubungan antara kepemimpinan dan masyarakat.[84] Tidak seperti Marxisme–Leninisme, yang menganggap perkembangan dalam kondisi material produksi dan pertukaran sebagai kekuatan pendorong kemajuan historis (dikenal sebagai materialisme historis), Juche menganggap manusia secara umum sebagai kekuatan pendorong dalam sejarah.[84] Hal ini diringkas sebagai "massa rakyat ditempatkan di pusat segalanya, dan pemimpin adalah pusat massa".[84] Juche, Korea Utara menegaskan, adalah "ideologi yang berpusat pada manusia" di mana "manusia adalah penguasa segalanya dan memutuskan segalanya".[84] Berbeda dengan Marxisme–Leninisme, yang mana keputusan rakyat ditentukan oleh hubungan mereka dengan alat produksi, Juche berpendapat bahwa keputusan rakyat mempertimbangkan, tetapi tidak bergantung pada, faktor eksternal.[84] Sama seperti Marxisme–Leninisme, Juche percaya bahwa sejarah diatur oleh hukum, tetapi hanya manusia yang mendorong kemajuan, dengan menyatakan bahwa "massa rakyat adalah penggerak sejarah".[85] Proses bagi massa untuk mencapai kesadaran, kemandirian, dan kreativitas membutuhkan "kepemimpinan seorang pemimpin besar".[85] Marxisme–Leninisme berpendapat bahwa massa rakyat akan memimpin (atas dasar hubungan mereka dengan produksi), tetapi di Korea Utara peran kepemimpinan yang benar diperlukan untuk mengatur kelompok yang bersatu dan efektif.[86] Ilmuwan politik Korea Selatan Lee Kyo-duk berpendapat bahwa Suryong membantu Kim Il Sung membangun sistem kesatuan di Korea Utara.[86]

Teori ini menyatakan bahwa pemimpin mempunyai peran yang menentukan sebagai pemimpin tertinggi yang absolut.[87] Pemimpin ibarat otaknya kaum buruh, yang menjadi penggerak revolusi.[87] Pemimpin juga manusia yang sempurna, yang tidak pernah berbuat salah, yang membimbing rakyat banyak.[88] Rakyat banyak adalah penggerak sejarah, tetapi mereka memerlukan bimbingan pimpinan partai.[89]

Kimilsungisme–Kimjongilisme

Pada konferensi partai keempatnya di bulan April 2012, Partai Buruh Korea mendeklarasikan dirinya sebagai "partai Kim Il Sung dan Kim Jong Il" dan Kimilsungisme–Kimjongilisme sebagai "satu-satunya ide penuntun partai".

Kimilsungisme ( 김일성주의 ) dan Sepuluh Prinsip untuk Pendirian Sistem Ideologi Monolitik secara resmi diperkenalkan oleh Kim Jong Il pada tahun 1974.[90] Kim Jong Il dilaporkan melakukannya untuk memperkuat posisinya dalam PBK, mengambil keuntungan dari supremasi politik ayahnya.[90] Kimilsungisme mengacu pada ide-ide Kim Il Sung, sedangkan Sepuluh Prinsip berfungsi sebagai panduan untuk kehidupan politik dan sosial Korea Utara.[90] Kim Jong Il berpendapat bahwa ide-ide ayahnya telah berkembang dan karena itu layak mendapatkan nama mereka sendiri yang berbeda.[91] Media pemerintah Korea Utara sebelumnya menggambarkan ide-ide Kim Il Sung sebagai "Marxisme-Leninisme kontemporer"; dengan menyebutnya "Kimilsungisme", Kim Jong Il berusaha untuk mengangkat ide-ide ayahnya ke tingkat prestise yang sama dengan Stalinisme dan Maoisme.[91] Tidak lama setelah diperkenalkannya "Kimilsungisme" ke dalam leksikon Korea Utara, Kim Jong Il mulai menyerukan "transformasi Kimilsungis" masyarakat Korea Utara.[90]

Analis politik Lim Jae-cheon berpendapat bahwa tidak ada perbedaan yang jelas antara Kimilsungisme dan Juche, dan bahwa kedua istilah tersebut dapat dipertukarkan.[90] Namun, dalam pidatonya tahun 1976 "Tentang Pemahaman yang Benar tentang Orisinalitas Kimilsungisme", Kim Jong Il mengatakan bahwa Kimilsungisme terdiri dari "ide Juche dan teori revolusioner yang luas dan metode kepemimpinan yang berevolusi dari ide ini".[92] Ia menambahkan lebih lanjut bahwa "Kimilsungisme adalah ide asli yang tidak dapat dijelaskan dalam kerangka Marxisme-Leninisme. Ide Juche , yang merupakan inti dari Kimilsungisme, adalah ide yang baru ditemukan dalam sejarah umat manusia".[91] Kim Jong Il melangkah lebih jauh, menyatakan bahwa Marxisme-Leninisme telah menjadi usang dan harus digantikan oleh Kimilsungisme:[93]

Teori revolusioner Kimilsungisme merupakan teori revolusioner yang telah memberikan solusi bagi masalah-masalah yang timbul dalam praktik revolusioner di era baru yang berbeda dari era yang melahirkan Marxisme–Leninisme. Atas dasar gagasan Juche , sang pemimpin memberikan penjelasan mendalam tentang teori, strategi, dan taktik pembebasan nasional, emansipasi kelas, dan pembebasan manusia di era kita. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teori revolusioner Kimilsungisme merupakan teori revolusioner Komunisme yang sempurna di era Juche.[93]

Menurut analis Shin Gi-wook, ide Juche dan Kimilsungisme pada hakikatnya adalah "ekspresi partikularisme Korea Utara atas Marxisme-Leninisme yang konon lebih universal".[93] Terminologi baru ini menandakan peralihan dari sosialisme ke nasionalisme.[93] Hal ini terbukti dalam pidato yang disampaikan oleh Kim Jong Il pada tahun 1982, selama perayaan ulang tahun ayahnya yang ke-70, di mana ia menyatakan bahwa cinta untuk negara datang sebelum cinta untuk sosialisme.[94] Partikularisme ini melahirkan konsep-konsep seperti "Teori Bangsa Korea sebagai Nomor Satu" (Hangul조선민족제일주의) dan "Sosialisme Gaya Kita" (Hangul우리식사회주의).[95] Setelah kematian Kim Jong Il pada bulan Desember 2011, Kimilsungisme menjadi Kimilsungisme–Kimjongilisme (Hangul김일성-김정일주의) pada Konferensi ke-4 Partai Buruh Korea pada bulan April 2012.[96] Anggota partai pada konferensi tersebut juga menyatakan bahwa PBK adalah "partai Kim Il Sung dan Kim Jong Il" dan menyatakan Kimilsungisme–Kimjongilisme sebagai "satu-satunya ide penuntun partai".[96] Setelah itu, Agensi Berita Sentral Korea (KCNA) menyatakan bahwa "masyarakat Korea telah lama menyebut ide-ide kebijakan revolusioner Presiden [Kim Il Sung] dan Kim Jong Il sebagai Kimilsungisme–Kimjongilisme dan mengakuinya sebagai penuntun bangsa".[97] Kim Jong Un, putra Kim Jong Il yang menggantikannya sebagai pemimpin PBK, mengatakan:

Kimilsungisme–Kimjongilisme merupakan sistem integral dari ide, teori, dan metode Juche dan merupakan representasi ideologi revolusioner besar dari era Juche . Dengan berpedoman pada Kimilsungisme–Kimjongilisme, kita harus melaksanakan pembangunan Partai dan aktivitas Partai, untuk mempertahankan karakter revolusioner Partai kita dan memajukan revolusi dan pembangunan sesuai dengan ide dan niat Presiden [Kim Il Sung] dan Jenderal [Kim Jong Il].[98]

Sosialisme Gaya Kita

"Sosialisme Gaya Kita" (Hangul우리식사회주의), juga disebut sebagai "sosialisme gaya Korea" dan "sosialisme gaya kita" di Korea Utara, adalah sebuah konsep ideologi yang diperkenalkan Kim Jong Il pada 27 Desember 1990 dalam pidato "Sosialisme Negara Kita adalah Sosialisme Gaya Kita yang Diwujudkan oleh Ide Juche " (Hangul우리 나라 사회주의는 주체 사상을 구현한 우리식 사회주의이다).[95] Berbicara setelah Revolusi 1989 yang menjatuhkan negara-negara Blok Timur, Kim Jong Il secara eksplisit menyatakan bahwa Korea Utara membutuhkan – dan bertahan hidup karena – Sosialisme Gaya Kita. Ia berpendapat bahwa sosialisme di Eropa Timur gagal karena mereka "meniru pengalaman Soviet dengan cara mentah-mentah".[95] Menurut Kim, mereka gagal memahami bahwa pengalaman Soviet didasarkan pada keadaan sejarah dan sosial tertentu dan tidak dapat digunakan oleh negara lain selain Uni Soviet sendiri.[95] Ia menambahkan bahwa "jika pengalaman dianggap absolut dan diterima secara dogmatis, mustahil untuk membangun Sosialisme dengan benar, karena waktu berubah dan situasi khusus setiap negara berbeda dari yang lain".[95] Kim Jong Il terus mengkritik "penerapan dogmatis" Marxisme-Leninisme, dengan menyatakan:[99]

Marxisme–Leninisme mengemukakan serangkaian pendapat tentang pembangunan Sosialisme dan Komunisme, namun pendapat tersebut membatasi diri pada praanggapan dan hipotesis karena keterbatasan kondisi zaman dan pengalaman praktis mereka  ... Namun banyak negara menerapkan prinsip-prinsip konsepsi materialistis Marxisme–Leninisme tentang sejarah secara dogmatis, gagal untuk memajukan revolusi secara terus-menerus setelah terbentuknya sistem sosialis.[99]

Korea Utara tidak akan menghadapi kesulitan-kesulitan seperti itu karena konsep Juche.[100] Dalam kata-katanya, Korea Utara adalah "masyarakat kolonial semifeodal yang terbelakang" ketika komunis mengambil alih, tetapi karena komunis Korea Utara tidak menerima Marxisme, yang didasarkan pada pengalaman Eropa dengan kapitalisme, atau Leninisme, yang didasarkan pada pengalaman Rusia, mereka memahami Juche.[100] Dia percaya bahwa situasi di Korea Utara lebih kompleks karena kehadiran Amerika di Korea Selatan yang berdekatan.  Berkat Kim Il Sung, Kim Jong Il berpendapat, revolusi telah "mengajukan garis dan kebijakan asli yang sesuai dengan aspirasi rakyat kita dan situasi khusus negara kita".[100] "Ide Juche adalah teori revolusioner yang menempati tahap perkembangan tertinggi dari ideologi revolusioner kelas pekerja", kata Kim Jong Il, lebih lanjut menyatakan bahwa orisinalitas dan superioritas ide Juche mendefinisikan dan memperkuat sosialisme Korea.[100] Ia kemudian mengakui dengan menyatakan bahwa Sosialisme Gaya Kita adalah "Sosialisme yang berpusat pada manusia", secara eksplisit memutuskan hubungan dengan pemikiran dasar Marxisme–Leninisme, yang menyatakan bahwa kekuatan material adalah kekuatan pendorong kemajuan sejarah, bukan manusia.[100] Sosialisme Gaya Kita disajikan sebagai teori sosial politik organik, menggunakan bahasa Marxisme–Leninisme, dengan mengatakan:[101]

Kekuatan politik dan ideologis dari kekuatan pendorong revolusi tidak lain adalah kekuatan persatuan yang tulus antara pemimpin, Partai, dan massa. Dalam masyarakat sosialis kita, pemimpin, Partai, dan massa saling bekerja sama, membentuk satu organisme sosial-politik. Konsolidasi hubungan darah antara pemimpin, Partai, dan massa dijamin oleh ideologi tunggal dan kepemimpinan yang bersatu.[101]

Analisis

Kritik

Para kritikus menyebut Juche sebagai ideologi nasionalis dan penyimpangan dari prinsip-prinsip Marxis-Leninis.[102] Pakar studi Korea dari Amerika Brian Reynolds Myers berpendapat bahwa Juche memiliki lebih banyak kesamaan dengan fasisme Jepang dan ultranasionalisme daripada Marxisme-Leninisme.[2][3] Ilmuwan politik Korea Suh Dae-sook berpendapat bahwa Kim Il Sung tidak menjelaskan perbedaan antara patriotisme sosialis, yang katanya ia dukung, dan nasionalisme, yang katanya ia lawan. Suh juga mengkritik konseptualisasi awal Kim Il Sung tentang Juche, dengan mengatakan bahwa ia gagal menjelaskan bagaimana Marxisme-Leninisme telah diterapkan pada kondisi Korea.[4] Sebaliknya, sejarawan Amerika Derek R. Ford menekankan kesinambungan antara Marxisme-Leninisme dan Juche,[103] dan menganggap Juche sebagai prinsip panduan yang memungkinkan Korea Utara bertahan dari runtuhnya Blok Timur.[104]

Sejarawan Amerika Charles K. Armstrong berpendapat bahwa Korea Utara mungkin tampak "berbentuk Stalinis" tetapi "bersifat nasionalis dalam isi".[105] Shin Gi-wook berpendapat serupa bahwa "tidak ada jejak Marxisme–Leninisme atau gagasan kebangsaan Stalinis" di Korea Utara, dan pemerintahnya malah menekankan pentingnya darah, jiwa, dan ciri-ciri nasional rakyat Korea, menggemakan nasionalis Korea sebelumnya seperti Sin Chaeho, Yi Kwangsu, dan Choe Namson.[106] Shin percaya bahwa perbedaan utama antara Marxisme–Leninisme dan Juche adalah bahwa Juche menempatkan ideologi di atas materialisme; kosakata garis keturunan keluarga dan nasionalisme dipertahankan dan diutamakan daripada perjuangan kelas, sementara perbedaan sosial dan hierarki didukung alih-alih masyarakat tanpa kelas dan egalitarianisme.[105]

Beberapa kritikus telah menolak gagasan bahwa Juche adalah sebuah ideologi sama sekali. Myers berpendapat bahwa Juche tidak dapat digambarkan sebagai ideologi politik sejati karena tidak memiliki sistem kepercayaan yang mendasarinya,[107] sementara Alzo David-West menyebutnya "tidak berarti atas dasar logika dan naturalistik".[108]  Analis politik Amerika Robert E. Kelly berpendapat bahwa Juche hanya ada untuk melindungi monopoli dinasti Kim atas kekuasaan politik di Korea Utara.[109] Namun, Myers menolak gagasan bahwa Juche adalah ideologi utama Korea Utara, mengingat pemujaan publiknya dirancang untuk menipu orang asing. Dia berpendapat bahwa itu ada untuk dipuji dan tidak benar-benar dibaca.[110] Berdasarkan pengalamannya tinggal di Korea Utara, pengusaha Swiss Felix Abt menyebut argumen Myers "goyah" dan "dipertanyakan". Setelah melihat sejauh mana mahasiswa Korea Utara benar-benar percaya pada Juche, Abt mengatakan "agak tidak masuk akal" untuk menyebutnya "hiasan" untuk orang asing.[111] Sejarawan Amerika Bruce Cumings dan Profesor Hubungan Internasional Christoph Hartmut Bluth berpendapat bahwa Juche bukan hanya sekedar retorika, namun merupakan cita-cita kemandirian yang ingin diterapkan oleh Korea Utara.[56][59]

Perbandingan dengan ideologi lain

Juche telah dibandingkan dengan Ba'athisme, sebuah ideologi nasionalis Arab yang menganjurkan pembentukan negara Arab bersatu berdasarkan sosialisme dan kemandirian nasional.[112] Komentator politik Korea Selatan Park Sang-seek berpendapat bahwa Ba'athisme Suriah khususnya memiliki kemiripan retorika dengan Juche, namun Juche memiliki dasar ideologis yang lebih kuat.[113]

Perbandingan dengan agama

Sejumlah pakar telah membandingkan aspek-aspek Juche dengan aspek-aspek agama Korea yang sudah ada sebelumnya. Jung Tae-il berpendapat bahwa beberapa elemen dari Kekristenan, Cheondoisme, dan Konfusianisme diadopsi dan dimasukkan ke dalam Juche.[114] Antropolog budaya Korea Byung Ho Chung dan Heonik Kwon menyamakan peringatan atas Kim Il Sung dan Kim Jong Il dengan pemujaan leluhur Konfusianisme.[114] Ju Jun-hui juga berpendapat bahwa shamanisme Korea memengaruhi Juche, membandingkan keadaan gembira yang dialami dalam ritual perdukunan (gut) dengan antusiasme dan semangat yang ditunjukkan orang Korea Utara terhadap pemimpin tertinggi mereka.[114] Armstrong karenanya menyebut Juche sebagai pseudo-agama. [1]

Kehadiran pemimpin suci

Ideologi ini mengajarkan bahwa peran seorang Pemimpin Besar sangat penting bagi massa rakyat untuk berhasil dalam gerakan revolusioner mereka karena tanpa kepemimpinan mereka tidak dapat bertahan hidup.[115] Ini adalah dasar dari kultus individu Kim Il Sung. Kultus individu tersebut menjelaskan bagaimana ideologi Juche telah bertahan, bahkan selama ketergantungan pemerintah Korea Utara yang tidak dapat disangkal pada bantuan asing selama bencana kelaparannya pada tahun 1990-an.[116] Konsep "pemimpin suci" dalam Juche serta kultus di sekitar dinasti Kim telah dibandingkan dengan ideologi Shinto Negara Kekaisaran Jepang, di mana Kaisar dipandang sebagai makhluk ilahi. [117]

Melalui kepercayaan mendasar pada peran penting Pemimpin Besar, Kim Il Sung telah menjadi "dewa tertinggi bagi rakyat" dan doktrin Juche diperkuat dalam konstitusi Korea Utara sebagai prinsip penuntun negara.[118] Struktur hubungan paralel antara Kim Il Sung dan rakyatnya serta pendiri atau pemimpin agama dan pengikut mereka telah menyebabkan banyak cendekiawan menganggap Juche sebagai gerakan keagamaan sekaligus ideologi politik.[114] Namun, mereka yang akrab dengan aliran sesat berpendapat bahwa Juche mengabaikan prinsip-prinsip agama sepenuhnya dan sebaliknya memenuhi kriteria aliran sesat totaliter.[119]

Penekanan Juche pada peran politik dan sakral pemimpin dan pemujaan yang ditimbulkannya oleh massa rakyat telah dikritik oleh berbagai penganut Marxisme Barat,[115] yang berpendapat bahwa kaum proletar Korea Utara telah dilucuti kehormatannya, dan menyebut kultus individu tersebut sebagai sesuatu yang non-Marxis dan tidak demokratis.[120]

Upacara

Perilaku keagamaan Juche juga dapat dilihat dari sudut pandang masyarakat Korea Utara melalui wawancara pengungsi dengan para mantan peserta acara ritual Korea Utara. Salah satu contoh yang relevan adalah Festival Arirang, sebuah festival senam dan seni yang diadakan di Stadion Hari Buruh Rungrado di Pyongyang. Semua komponen festival, mulai dari pemilihan penampil, mobilisasi sumber daya, perekrutan penonton, dan publisitas untuk pertunjukan tersebut telah dibandingkan dengan aspek-aspek acara keagamaan nasional.[121]

Festival Arirang dikatakan menunjukkan kekuatan pemerintah Korea Utara untuk menyelenggarakan suatu bentuk pertemuan keagamaan. Hal ini dilakukan dengan "mengumpulkan banyak orang untuk melakukan seni kalistenik dan pertunjukan yang mewakili pemimpin sebagai ayah dan pengikutnya yang setia".[122] Efektivitas festival dalam mengubah pesertanya menjadi pengikut setia Juche tampaknya berasal dari prinsip kolektivis "satu untuk semua dan semua untuk satu" dan ikatan emosional serta kesetiaan kepada pemimpin.[122] Menurut kisah para pengungsi yang direkrut untuk senam massal, prinsip kolektivis dipupuk melalui hukuman fisik seperti pemukulan dan yang lebih penting lagi adalah pengorganisasian para rekrutan ke dalam unit-unit kecil, yang penampilannya dimintai pertanggungjawaban oleh unit-unit yang lebih besar.[123] Komponen ritual kolektivisme festival berfungsi untuk memperkuat "struktur sosialitas dan afek tertentu", menjadikan Kim Il Sung sebagai "ayah" baik dalam tubuh maupun jiwa para pemain.[122]

Kekeluargaan

Sejarawan Amerika Charles K. Armstrong berpendapat bahwa familisme telah mengubah Juche menjadi semacam agama politik. Dengan munculnya Juche sebagai prinsip politik utama Korea Utara sejak tahun 1960-an, hubungan kekeluargaan dalam unit keluarga mikro telah diterjemahkan menjadi unit makro nasional, dengan Kim Il Sung mewakili ayah dan rakyat Korea Utara mewakili anak-anaknya. Dengan demikian, Juche didasarkan pada bahasa hubungan keluarga dengan "resonansi bakti dan kasih sayang ibu" khas Asia Timur atau neo-Konfusianisme.[124]

Armstrong juga berpendapat bahwa Korea Utara telah mentransfer "kesalehan nasionalisme dalam keluarga pemimpinnya sendiri" dengan menempatkan Kim Il Sung sebagai patriark universal.[125] Ia berpendapat bahwa sementara pengejaran resmi ideologi Juche pada tahun 1960-an menandakan keinginan Korea Utara untuk memisahkan diri dari "persaudaraan sosialisme internasional", ideologi tersebut juga menggantikan Stalin sebagai figur ayah dengan Kim Il Sung.[126] Akibatnya, nasionalisme keluarga Korea Utara telah menggantikan "bahasa sosialisme yang agak abstrak dan berorientasi kelas dengan bahasa hubungan keluarga, cinta, dan kewajiban yang lebih mudah dipahami dan diidentifikasi".[127]

Setelah memperoleh posisi penting di PBK dan militer pada awal 1980-an, Kim Jong Il mengubah kultus individu yang mengelilingi Kim Il Sung menjadi kultus keluarga dan menjadi pewaris sah.[128] Armstrong menyebut ini sebagai "romansa keluarga", istilah yang digunakan Sigmund Freud untuk menggambarkan "penggantian neurotik orang tua kandung seorang anak dengan pengganti fantasi".[129] Pengudusan Kim Il Sung sebagai "Bapak Agung" telah diperkuat oleh pengembangan romansa keluarga Korea Utara dengan bahasa, simbol, dan ritual yang terkait dengan familisme.[114]

Referensi

Kutipan

  1. ^ a b Park, Kyung-Ae; Snyder, Scott (2013). North Korea in transition: politics, economy, and society. Lanham, Md: Rowman & Littlefield Publishers. ISBN 978-1-4422-1811-6. 
  2. ^ a b "If North Korea isn't communist, then what is it? | Lowy Institute". www.lowyinstitute.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-01-28. 
  3. ^ a b Fisher, Max (2016-01-06). "The single most important fact for understanding North Korea". Vox (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-01-28. 
  4. ^ a b Suh, Dae-Sook (1995). Kim Il Sung: North Korean leader (edisi ke-New ed). ISBN 978-0-231-06573-3. 
  5. ^ Myers, B. R.; Myers, B. R. (2015). North Korea's Juche myth. Busan, South Korea: Sthele Press. ISBN 978-1-5087-9993-1. 
  6. ^ Myers, B. R.; Myers, B. R. (2015). North Korea's Juche myth. Busan, South Korea: Sthele Press. ISBN 978-1-5087-9993-1. 
  7. ^ Myers, B. R.; Myers, B. R. (2015). North Korea's Juche myth. Busan, South Korea: Sthele Press. ISBN 978-1-5087-9993-1. 
  8. ^ Cumings, Bruce (1997). Korea's place in the sun: a modern history (edisi ke-1st ed). New York: W.W. Norton. ISBN 978-0-393-04011-1. 
  9. ^ a b Abt, Felix (2014). A Capitalist in North Korea: My Seven Years in the Hermit Kingdom. New York: Tuttle Publishing. ISBN 978-0-8048-4439-0. 
  10. ^ Robinson, Michael Edson (2007). Korea's twentieth-century odyssey. Honolulu (Hawaii): University of Hawaii Press. ISBN 978-0-8248-3080-9. 
  11. ^ Lone, Stewart; McCormack, Gavan (1993). Korea since 1850. Topics in Asian history, politics and international relations. New York: St Martin's press Longman Cheschire. ISBN 978-0-312-09685-4. 
  12. ^ Myers, B. R.; Myers, B. R. (2015). North Korea's Juche myth. Busan, South Korea: Sthele Press. ISBN 978-1-5087-9993-1. 
  13. ^ Myers, B. R.; Myers, B. R. (2015). North Korea's Juche myth. Busan, South Korea: Sthele Press. ISBN 978-1-5087-9993-1. 
  14. ^ Brian Myers (2008-12). "IDEOLOGY AS SMOKESCREEN: NORTH KOREA'S JUCHE THOUGHT". Acta Koreana (dalam bahasa Inggris). 11 (3): 161–182. doi:10.18399/acta.2008.11.3.007. ISSN 1520-7412. 
  15. ^ Jung, Hyang Jin (2013). "Jucheism as an Apotheosis of the Family: The Case of the Arirang Festival". Journal of Korean Religions. 4 (2): 93–122. doi:10.1353/jkr.2013.0014. ISSN 2167-2040. 
  16. ^ Lanʹkov, Andrej Nikolaevič (2015). The real North Korea: life and politics in the failed Stalinist utopia (edisi ke-fully updated and revised). Oxford: Oxford Univ. Press. ISBN 978-0-19-939003-8. 
  17. ^ Juche Idea: Answers to Hundred Questions. Pyongyang: Foreign Languages Publishing House. 2014.
  18. ^ Kim, Hyŏng-cha̕n; Kim, Tong-gyu (2005). Human remolding in North Korea: a social history of education. Lanham, Md.: Univ. Press of America. ISBN 978-0-7618-3172-3. 
  19. ^ Journal of Asiatic Studies. 13 (3–4). Asiatic Research Institute, Korea University. 1970.
  20. ^ Myers, B. R.; Myers, B. R. (2015). North Korea's Juche myth. Busan, South Korea: Sthele Press. ISBN 978-1-5087-9993-1. 
  21. ^ Suh, Dae-Sook (1981). Korean communism, 1945 - 1980: a reference guide to the political system. Honolulu: University Press of Hawaii. ISBN 978-0-8248-0740-5. 
  22. ^ Becker, Jasper (2007). Rogue regime: Kim Jong Il and the looming threat of North Korea. New York Oxford: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-517044-3. 
  23. ^ "Book sources - Wikipedia". en.wikipedia.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-01-28. 
  24. ^ a b Becker, Jasper (2007). Rogue regime: Kim Jong Il and the looming threat of North Korea. New York Oxford: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-517044-3. 
  25. ^ ——— (2007). North Korea: The Paranoid Peninsula – A Modern History (2nd ed.). New York: Zed Books.
  26. ^ "(246) Juche: Idea for All Times". The Korea Times (dalam bahasa Inggris). 2007-11-27. Diakses tanggal 2025-01-28. 
  27. ^ a b c d "Book sources - Wikipedia". en.wikipedia.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-01-28. 
  28. ^ a b "On the Juche idea : treatise sent to the National Seminar on the Juche Idea held to mark the 70th birthday of the great leader Comrade Kim Il Sung, March 31, 1982 | WorldCat.org". search.worldcat.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-01-28. 
  29. ^ "Book sources - Wikipedia". en.wikipedia.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-01-28. 
  30. ^ a b Lee, Hy-sang (2001). North Korea: a strange socialist fortress. Westport, Conn: Praeger. ISBN 978-0-275-96917-2. 
  31. ^ a b "Past news". web.archive.org. 2010-03-13. Diakses tanggal 2025-01-28. 
  32. ^ Lee, Grace (2003). "The Political Philosophy of Juche" (PDF). Stanford Journal of East Asian Affairs. 3 (1): 105–111.
  33. ^ Kim, Il-sung (2021) [1967]. Let Us Embody the Revolutionary Spirit of Independence, Self-sustenance and Self-defense More Thoroughly in All Fields of State Activity (PDF). Pyongyang: Foreign Languages Publishing House.
  34. ^ Armstrong, Charles K. (2009). "Juche and North Korea's Global Aspirations". 
  35. ^ "n2:0860-6102 - Search Results". search.worldcat.org. Diakses tanggal 2025-01-28. 
  36. ^ a b c d e f g Lee, Grace (2003). "The Political Philosophy of Juche" (PDF). Stanford Journal of East Asian Affairs. 3 (1): 105–111.
  37. ^ 정대일 (2020-10-29). "주체사상은 누가, 언제, 어떤 배경에서 창시하였나요?". 통일시대 (dalam bahasa Korea). Diakses tanggal 2025-01-28. 
  38. ^ "On the Juche idea : treatise sent to the National Seminar on the Juche Idea held to mark the 70th birthday of the great leader Comrade Kim Il Sung, March 31, 1982 | WorldCat.org". search.worldcat.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-01-28. 
  39. ^ "On the Juche idea : treatise sent to the National Seminar on the Juche Idea held to mark the 70th birthday of the great leader Comrade Kim Il Sung, March 31, 1982 | WorldCat.org". search.worldcat.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-01-28. 
  40. ^ "On the Juche idea : treatise sent to the National Seminar on the Juche Idea held to mark the 70th birthday of the great leader Comrade Kim Il Sung, March 31, 1982 | WorldCat.org". search.worldcat.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-01-28. 
  41. ^ a b "On the Juche idea : treatise sent to the National Seminar on the Juche Idea held to mark the 70th birthday of the great leader Comrade Kim Il Sung, March 31, 1982 | WorldCat.org". search.worldcat.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-01-28. 
  42. ^ Lee, Grace (2003). "The Political Philosophy of Juche" (PDF). Stanford Journal of East Asian Affairs. 3 (1): 105–111.
  43. ^ "On the Juche idea : treatise sent to the National Seminar on the Juche Idea held to mark the 70th birthday of the great leader Comrade Kim Il Sung, March 31, 1982 | WorldCat.org". search.worldcat.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-01-28. 
  44. ^ "On the Juche idea : treatise sent to the National Seminar on the Juche Idea held to mark the 70th birthday of the great leader Comrade Kim Il Sung, March 31, 1982 | WorldCat.org". search.worldcat.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-01-28. 
  45. ^ Zagoria, Donald S.; Kim, Young Kun (1946-06-19). "North Korea and the Major Powers". Asian Survey (dalam bahasa Inggris). 15 (12): 1017–1035. doi:10.2307/2643582. ISSN 0004-4687. 
  46. ^ Chŏng, Chin-wi; Chŏng, Chin-wi (1978). P'yongyang between Peking and Moscow: North Korea's involvement in the Sino-Soviet dispute, 1958 - 1975. University, Ala: Univ. of Alabama Press. ISBN 978-0-8173-4728-4. 
  47. ^ ——— (20 Desember 2010). "The Destruction and Reconstruction of North Korea, 1950–1960" (PDF). The Asia-Pacific Journal. 8 (51): 9. Diarsipkan dari aslinya (PDF) pada 16 Januari 2022. Diakses 28 Januari 2025.
  48. ^ "Wayback Machine" (PDF). www.wilsoncenter.org. Diakses tanggal 2025-01-28. 
  49. ^ "NCNK_Issue_Brief_DPRK_Diplomatic_Relations.pdf | NCNK" (PDF). www.ncnk.org. Diakses tanggal 2025-01-28. 
  50. ^ "Book sources - Wikipedia". en.wikipedia.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-01-28. 
  51. ^ Lynn, Hyung Gu (2007). Bipolar orders: the two Koreas since 1989. New York: Zed Books. ISBN 978-1-84277-743-5. 
  52. ^ Robinson, Michael Edson (2007). Korea's twentieth-century odyssey. Honolulu (Hawaii): University of Hawaii Press. ISBN 978-0-8248-3080-9. 
  53. ^ Buzo, Adrian (2002). The making of modern Korea. Asia's transformations. London ; New York: Routledge. ISBN 978-0-415-23748-2. OCLC 48013691. 
  54. ^ "Book sources - Wikipedia". en.wikipedia.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-01-28. 
  55. ^ Bluth, Christoph (2008). Korea. Hot spots in global politics. Cambridge, UK ; Malden, MA: Polity Press. ISBN 978-0-7456-3356-5. OCLC 213877236. 
  56. ^ a b Cumings, Bruce (1997). Korea's place in the sun: a modern history (edisi ke-1st ed). New York: W.W. Norton. ISBN 978-0-393-04011-1. 
  57. ^ a b c Robinson, Michael Edson (2007). Korea's twentieth-century odyssey. Honolulu (Hawaii): University of Hawaii Press. ISBN 978-0-8248-3080-9. 
  58. ^ Cumings, Bruce (1997). Korea's place in the sun: a modern history. New York London: Norton. ISBN 978-0-393-04011-1. 
  59. ^ a b Bluth, Christoph (2013). Korea. Global Political Hot Spots (edisi ke-1. Aufl). s.l.: Polity. ISBN 978-0-7456-3357-2. 
  60. ^ Cumings, Bruce (1997). Korea's place in the sun: a modern history. New York London: Norton. ISBN 978-0-393-04011-1. 
  61. ^ Abt, Felix (2014). A capitalist in North Korea: my seven years in the hermit kingdom. Tokyo: Tuttle Publishing. ISBN 978-0-8048-4439-0. 
  62. ^ Lynn, Hyung Gu (2007). Bipolar orders: the two Koreas since 1989. Global history of the present. London, England: Zed Books. ISBN 978-1-84277-743-5. 
  63. ^ "Wayback Machine". www.dailynk.com. Diakses tanggal 2025-01-28. 
  64. ^ a b "How a homemade tool helped North Korea's missile program | Reuters". web.archive.org. 2017-10-14. Diakses tanggal 2025-01-28. 
  65. ^ Lynn, Hyung Gu (2007). Bipolar orders: the two Koreas since 1989. New York: Zed Books. ISBN 978-1-84277-743-5. 
  66. ^ Buzo, Adrian (2002). The making of modern Korea. Asia's transformations. London ; New York: Routledge. ISBN 978-0-415-23748-2. OCLC 48013691. 
  67. ^ "Book sources - Wikipedia". en.wikipedia.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-01-28. 
  68. ^ Quinones, C. Kenneth (7 Juni 2008). "Juche's Role in North Korea's Foreign Policy" (PDF). International Symposium on Communism in Asia. Diarsipkan (PDF) dari aslinya pada 4 Maret 2016.
  69. ^ "Assessing North Korea's Nuclear Gambit: A View from Beijing". Sino-NK (dalam bahasa Inggris). 2014-12-03. Diakses tanggal 2025-01-28. 
  70. ^ "Domestic UDMH Production in the DPRK". www.armscontrolwonk.com. Diakses tanggal 2025-01-28. 
  71. ^ 군사세계, 유용원의. "북한의 무인기 MM-1". 유용원의 군사세계 (dalam bahasa Korea). Diakses tanggal 2025-01-28. 
  72. ^ Cumings, Bruce (1997). Korea's place in the sun: a modern history (edisi ke-1st ed). New York: W.W. Norton. ISBN 978-0-393-04011-1. 
  73. ^ "Juche, the banner of independence | WorldCat.org". search.worldcat.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-01-28. 
  74. ^ Lynn, Hyung Gu (2007). Bipolar orders: the two Koreas since 1989. Global history of the present. London, England: Zed Books. ISBN 978-1-84277-743-5. 
  75. ^ Branigan, Tania (2014-06-19). "How Black Panthers turned to North Korea in fight against US imperialism". The Guardian (dalam bahasa Inggris). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 2025-01-28. 
  76. ^ "City of devotees devotes itself to development | Nation | Nepali Times". web.archive.org. 2017-02-09. Diakses tanggal 2025-01-28. 
  77. ^ james.pearson (2013-05-06). "White Power and apocalyptic cults: Pro-DPRK Americans revealed | NK News". NK News - North Korea News (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-01-28. 
  78. ^ bryanbetts (2023-11-13). "White Juche: How North Korea captured the imagination of the global far right | NK News". NK News - North Korea News (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-01-28. 
  79. ^ Kihl, Young Whan; Kim, Hong Nack, ed. (2006). North Korea: the politics of regime survival. Armonk, N.Y: M.E. Sharpe. ISBN 978-0-7656-1638-8. 
  80. ^ Juche Idea: Answers to Hundred Questions. Pyongyang: Foreign Languages Publishing House. 2014.
  81. ^ web.archive.org https://web.archive.org/web/20021124132659/http://www.kcna.co.jp/munkon/m-1999-06-16.htm. Diakses tanggal 2025-01-28.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)
  82. ^ a b Kihl, Young Whan; Kim, Hong Nack, ed. (2006). North Korea: the politics of regime survival. Armonk, N.Y: M.E. Sharpe. ISBN 978-0-7656-1638-8. 
  83. ^ 북한 노동당 규약 주요 개정 내용. Yonhap News Agency (dalam bahasa Korea). 1 Juni 2021. Diakses 28 Januari 2025.
  84. ^ a b c d e Yi, Kyo-dŏk (2004). The successor theory of North Korea. Studies series. T'ongil Yŏn'guwŏn (Korea). Seoul: Korea Institute for National Unification. ISBN 978-89-8479-225-8. OCLC 56560775. 
  85. ^ a b "Book sources - Wikipedia". en.wikipedia.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-01-28. 
  86. ^ a b Yi, Kyo-dŏk (2004). The successor theory of North Korea. Studies series. T'ongil Yŏn'guwŏn (Korea). Seoul: Korea Institute for National Unification. ISBN 978-89-8479-225-8. OCLC 56560775. 
  87. ^ a b Yi, Kyo-dŏk (2004). The successor theory of North Korea. Studies series. T'ongil Yŏn'guwŏn (Korea). Seoul: Korea Institute for National Unification. ISBN 978-89-8479-225-8. OCLC 56560775. 
  88. ^ "Book sources - Wikipedia". en.wikipedia.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-01-28. 
  89. ^ "Book sources - Wikipedia". en.wikipedia.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-01-28. 
  90. ^ a b c d e Lim, Jae-Cheon (2012-06-01). "North Korea's Hereditary SuccessionComparing Two Key Transitions in the DPRK". Asian Survey (dalam bahasa Inggris). 52 (3): 550–570. doi:10.1525/as.2012.52.3.550. ISSN 0004-4687. 
  91. ^ a b c Shin, Gi-Wook (2006). Ethnic nationalism in Korea: genealogy, politics, and legacy. Studies of the Walter H. Shorenstein Asia-Pacific Research Center. Stanford, Calif: Stanford University Press. ISBN 978-0-8047-5407-1. OCLC 63125963. 
  92. ^ Shin, Gi-Wook (2006). Ethnic nationalism in Korea: genealogy, politics, and legacy. Studies of the Walter H. Shorenstein Asia-Pacific Research Center. Stanford, Calif: Stanford University Press. ISBN 978-0-8047-5408-8. 
  93. ^ a b c d Shin, Gi-Wook (2006). Ethnic nationalism in Korea: genealogy, politics, and legacy. Studies of the Walter H. Shorenstein Asia-Pacific Research Center. Stanford, Calif: Stanford University Press. ISBN 978-0-8047-5408-8. 
  94. ^ Shin, Gi-Wook (2006). Ethnic nationalism in Korea: genealogy, politics, and legacy. Studies of the Walter H. Shorenstein Asia-Pacific Research Center. Stanford, Calif: Stanford University Press. ISBN 978-0-8047-5408-8. 
  95. ^ a b c d e Shin, Gi-Wook (2006). Ethnic nationalism in Korea: genealogy, politics, and legacy. Studies of the Walter H. Shorenstein Asia-Pacific Research Center. Stanford, Calif: Stanford University Press. ISBN 978-0-8047-5407-1. OCLC 63125963. 
  96. ^ a b Frank, Rüdiger; Hoare, James; Köllner, Patrick; Pares, Susan, ed. (2013). Korea 2013: politics, economy and society. Korea. Leiden: Brill. ISBN 978-90-04-26297-3. 
  97. ^ Alton, David; Chidley, Rob; Dalton, David; Cox, Caroline (2013). Building Bridges: Towards a peaceful future in North Korea. Chicago: Lion Hudson. ISBN 978-0-7459-5598-8. 
  98. ^ Kim, Jong-un (2012). Let Us Brilliantly Accomplish the Revolutionary Cause of Juche, Holding Kim Jong-il in High Esteem as the Eternal General Secretary of Our Party (PDF). Pyongyang: Foreign Languages Publishing House.
  99. ^ a b Shin, Gi-Wook (2006). Ethnic nationalism in Korea: genealogy, politics, and legacy. Studies of the Walter H. Shorenstein Asia-Pacific Research Center. Stanford, Calif: Stanford University Press. ISBN 978-0-8047-5408-8. 
  100. ^ a b c d e Shin, Gi-Wook (2006). Ethnic nationalism in Korea: genealogy, politics, and legacy. Studies of the Walter H. Shorenstein Asia-Pacific Research Center. Stanford, Calif: Stanford University Press. ISBN 978-0-8047-5407-1. OCLC 63125963. 
  101. ^ a b Shin, Gi-Wook (2006). Ethnic nationalism in Korea: genealogy, politics, and legacy. Studies of the Walter H. Shorenstein Asia-Pacific Research Center. Stanford, Calif: Stanford University Press. ISBN 978-0-8047-5408-8. 
  102. ^ Seth, Michael J. (2020). A concise history of modern Korea (edisi ke-3rd. ed). Lanham (Md.): Rowman & Littlefield. ISBN 978-1-5381-2903-6. 
  103. ^ "Groundings". web.archive.org. 2021-04-30. Diakses tanggal 2025-01-28. 
  104. ^ "IIJI | lnternational Institute of the Juche Idea". juche.v.wol.ne.jp. Diakses tanggal 2025-01-28. 
  105. ^ a b Shin, Gi-Wook (2006). Ethnic nationalism in Korea: genealogy, politics, and legacy. Studies of the Walter H. Shorenstein Asia-Pacific Research Center. Stanford, Calif: Stanford University Press. ISBN 978-0-8047-5408-8. 
  106. ^ Shin, Gi-Wook (2006). Ethnic nationalism in Korea: genealogy, politics, and legacy. Studies of the Walter H. Shorenstein Asia-Pacific Research Center. Stanford, Calif: Stanford University Press. ISBN 978-0-8047-5407-1. OCLC 63125963. 
  107. ^ York, Rob (2016-03-07). "North Korea's Juche: Myth or meaningful? | NK News". NK News - North Korea News (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-01-28. 
  108. ^ "n2:0145-840X - Search Results". search.worldcat.org. Diakses tanggal 2025-01-28. 
  109. ^ "If North Korea isn't communist, then what is it? | Lowy Institute". www.lowyinstitute.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-01-28. 
  110. ^ "Asia Times Online :: Korea News and Korean Business and Economy, Pyongyang News". web.archive.org. 2013-01-12. Diakses tanggal 2025-01-28. 
  111. ^ Abt, Felix (2014). A capitalist in North Korea: my seven years in the hermit kingdom. Tokyo: Tuttle Publishing. ISBN 978-0-8048-4439-0. 
  112. ^ "Wayback Machine" (PDF). www.herzliyaconference.org. Diakses tanggal 2025-01-28. 
  113. ^ "North Korea and Syria: Two evil states - The Statesman". web.archive.org. 2023-04-01. Diakses tanggal 2025-01-28. 
  114. ^ a b c d e Jung, Hyang Jin (2013). "Jucheism as an Apotheosis of the Family: The Case of the Arirang Festival". Journal of Korean Religions. 4 (2): 93–122. doi:10.1353/jkr.2013.0014. ISSN 2167-2040. 
  115. ^ a b Helgesen, Geir (1991). "Political Revolution in a Cultural Continuum: Preliminary Observations on the North Korean Juche Ideology with Its Intrinsic Cult of Personality". Asian Perspective. 15 (1): 187–213. doi:10.1353/apr.1991.a921267. ISSN 2288-2871. 
  116. ^ Hoare, James (2012). Historical dictionary of the Democratic People's Republic of Korea. Historical dictionaries of Asia, Oceania, and the Middle East. Lanham, Md: Scarecrow Press. ISBN 978-0-8108-6151-0. 
  117. ^ York, Rob (2015-02-19). "North Korea's Kim family cult: Roots in Japanese state Shinto? | NK News". NK News - North Korea News (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-01-28. 
  118. ^ Cumings, Bruce (2003). North Korea: another country. New York (N.Y.): New Press. ISBN 978-1-56584-873-3. 
  119. ^ "North Korea: Hopefully Not a Potential Global Waco? | Freedom of Mind Resource Center". web.archive.org. 2018-01-04. Diakses tanggal 2025-01-28. 
  120. ^ Helgesen, Geir (1991). "Political Revolution in a Cultural Continuum: Preliminary Observations on the North Korean Juche Ideology with Its Intrinsic Cult of Personality". Asian Perspective. 15 (1): 187–213. doi:10.1353/apr.1991.a921267. ISSN 2288-2871. 
  121. ^ Jung, Hyang Jin (2013). "Jucheism as an Apotheosis of the Family: The Case of the Arirang Festival". Journal of Korean Religions. 4 (2): 93–122. doi:10.1353/jkr.2013.0014. ISSN 2167-2040. 
  122. ^ a b c Jung, Hyang Jin (2013). "Jucheism as an Apotheosis of the Family: The Case of the Arirang Festival". Journal of Korean Religions. 4 (2): 93–122. doi:10.1353/jkr.2013.0014. ISSN 2167-2040. 
  123. ^ Jung, Hyang Jin (2013). "Jucheism as an Apotheosis of the Family: The Case of the Arirang Festival". Journal of Korean Religions. 4 (2): 93–122. doi:10.1353/jkr.2013.0014. ISSN 2167-2040. 
  124. ^ Armstrong, Charles K. (2005-12-01). "Familism, Socialism and Political Religion in North Korea". Totalitarian Movements and Political Religions. 6 (3): 383–394. doi:10.1080/14690760500317743. ISSN 1469-0764. 
  125. ^ Armstrong, Charles K. (2005-12-01). "Familism, Socialism and Political Religion in North Korea". Totalitarian Movements and Political Religions. 6 (3): 383–394. doi:10.1080/14690760500317743. ISSN 1469-0764. 
  126. ^ Armstrong, Charles K. (2005-12-01). "Familism, Socialism and Political Religion in North Korea". Totalitarian Movements and Political Religions. 6 (3): 383–394. doi:10.1080/14690760500317743. ISSN 1469-0764. 
  127. ^ Armstrong, Charles K. (2005-12-01). "Familism, Socialism and Political Religion in North Korea". Totalitarian Movements and Political Religions. 6 (3): 383–394. doi:10.1080/14690760500317743. ISSN 1469-0764. 
  128. ^ "Kim's Son 'Only One' to Take Over". South China Morning Post. No. 12. 20 April 1982.
  129. ^ Armstrong, Charles K. (2005-12-01). "Familism, Socialism and Political Religion in North Korea". Totalitarian Movements and Political Religions. 6 (3): 383–394. doi:10.1080/14690760500317743. ISSN 1469-0764. 

Sumber

Artikel jurnal

  • Armstrong, Charles K. (2005). "Familism, Socialism and Political Religion in North Korea". Totalitarian Movements and Political Religions. 6 (3). 
  • Helgesen, Geir (1991). "Political Revolution in a Cultural Continuum: Preliminary Observations on the North Korean "Juche" Ideology with its Intrinsic Cult of Personality". Asian Perspectives. 15 (1). 
  • Jung, Hyang Jin (2013). "Jucheism as an Apotheosis of the Family: The Case of the Arirang Festival". Journal of Korean Religions, North Korea and Religion. 4 (2). 
  • Lim, Jae-cheon (May–June 2012). "North Korea's Hereditary Succession Comparing Two Key Transitions in the DPRK". Asian Survey. 52 (3): 550–70. doi:10.1525/as.2012.52.3.550. JSTOR 10.1525/as.2012.52.3.550. 

Buku

Daftar pustaka

Pranala luar


 

Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Portal di Ensiklopedia Dunia