Gempa bumi Laut Jepang 2024
Pada 1 Januari 2024, gempa bumi berkekuatan 7.5 Mww pukul 16:10 Waktu Standar Jepang dengan kedalaman dangkal melanda Prefektur Ishikawa, Jepang, menyebabkan gelombang tsunami setinggi 7,45 m (24 ft) di sepanjang pesisir Laut Jepang. Guncangan sesar terbalik mencapai intensitas seismik JMA maksimum Shindo 7 dan intensitas Modified Mercalli XI (Ekstrem). Guncangan dan tsunami yang menyertainya menyebabkan kerusakan yang luas di Semenanjung Noto terutama di wilayah Suzu, Wajima, Noto dan Anamizu.[6] Setidaknya 526 korban jiwa yang terkonfirmasi dan dua orang masih hilang, diantaranya 451 korban jiwa terjadi di Prefektur Ishikawa dan masing-masing dua lainnya di Prefektur Niigata dan Toyama.[7] Dari jumlah tersebut, 228 korban tewas disebabkan langsung oleh gempa itu sendiri, dan 298 lainnya tewas akibat bencana yang diperburuk oleh cedera atau penyakit.[7] Guncangan gempa juga melukai 1.389 orang lainnya. Gempa bumi ini merupakan gempa terkuat sekaligus paling mematikan di Jepang sejak Gempa bumi dan tsunami Tōhoku 2011.[8] Badan Meteorologi Jepang secara resmi menyebut gempa ini sebagai Gempa bumi Semenanjung Noto 2024 (Jepang: 令和6年能登半島地震 , Hepburn: Reiwa 6-nen Noto-hantō Jishin). Hal ini juga menyebabkan peringatan tsunami besar pertama di Jepang sejak 2011. Latar belakang tektonikJepang terletak di sepanjang Cincin Api Pasifik zona kegempaan yang dikenal tinggi. Jepang berada di perbatasan konvergen antara Lempeng Pasifik, Lempeng Filipina, Lempeng Eurasia dan Lempeng Amurian. Di sepanjang pantai timur dan tenggara, subduksi Lempeng Laut Pasifik dan Filipina masing-masing terjadi di Palung Jepang dan Palung Nankai. Pesisir barat Honshu, yang berbatasan dengan Laut Jepang, merupakan batas konvergen berarah utara-selatan.[9] Batas antara Lempeng Amurian dan Lempeng Okhotsk diperkirakan merupakan zona subduksi yang baru, terdiri dari sesar dorong yang menukik ke arah timur. Gempa bumi dan tsunami terjadi pada patahan dorong yang membentuk batas tersebut, dengan magnitudo berkisar antara 6,8–7,9. Gempa bumi dan tsunami di sepanjang perbatasan ini terjadi pada tahun 1741, 1833, 1940, 1964, 1983, dan 1993, meskipun asal muasal tsunami tahun 1741 masih menjadi perdebatan.[10] Gempa bumiMenurut Survei Geologi Amerika Serikat gempa bumi tersebut berkekuatan 7.5 Mw dengan pusat gempa berada dilepas pantai Laut Jepang, Prefektur Ishikawa dengan kedalaman 10 km (6,2 mi). Sementara Badan Meteorologi Jepang gempa diklasifikasikan dengan Skala intensitas Shindo mencapai 7.[11] Gempa susulan berkekuatan 6.2 terjadi beberapa menit kemudian, setidaknya gempa susulan berkekuatan 5.0 terjadi beberapa jam setelah gempa utama.[12] Model patahan yang dibuat oleh (USGS), retakan akibat gempa meluas sekitar 200 km (120 mil) dari tenggara Semenanjung Noto hingga Pulau Sado di sepanjang patahan yang menukik ke arah tenggara. Zona slip terbesar terjadi di timur laut dan barat daya hiposenter. Tambalan terakhir menghasilkan perpindahan terbesar sebesar 3,67 m (12,0 kaki). Zona slip lainnya terjadi antara semenanjung dan Pulau Sado; menghasilkan slip hingga 1,86 m (6 ft 1 in). Patahan tersebut kemungkinan pecah menuju ke dasar laut. IntensitasBadan Meteorologi Jepang mencatat gempa berada di intensitas seismik maksimum sebesar 7, tingkat tertinggi pada skala intensitas Jepang. Gempa ini adalah peristiwa pertama dengan intensitas sebesar itu sejak Gempa bumi Iburi Timur Hokkaido 2018.[13]
Efek deformasi tanah akibat gempa bumiSekitar 85 km (53 mil) garis pesisir pantai yang mencakup Kota Suzu, Wajima, dan Shika di prefektur Ishikawa terangkat dan bergerak ke arah laut hingga 200 m (660 ft). Teluk Minazuki di Wajima terangkat hingga 4 m (13 ft) sementara di Pelabuhan Nagahashimachi, alat pengukur pasang surut tidak dapat digunakan karena dasar laut di dekat garis pantai terekspos.[15] Otoritas Informasi Geospasial Jepang mengatakan bahwa sebagian wilayah di dekat pesisir Laut Jepang bergeser hingga 1,3 m (4,3 ft) ke arah barat dengan pergeseran maksimum yang teramati di Wajima akibat deformasi kerak bumi. Di Anamizu, tanah bergeser hingga 1 m (3,3 ft) ke arah barat. Namun, pergerakan ini mungkin bisa jadi merupakan pergerakan lereng atau tanah lokal.[16] Di dekat pelabuhan Wajima, garis pantai di pesisir bergeser hingga sejauh 250 m (820 ft) ke arah laut akibat pengangkatan pantai.[17] Pengangkatan di Pelabuhan Kaiso di Wajima sejauh 4 m (13 ft) membuat beberapa bagian dasar laut di dekat garis pantai terekspos.[18] Garis pantai di distrik Kawaura, Suzu, bergeser 175 m (574 ft) ke arah laut karena pengangkatan pantai, sementara wilayah daratan meluas hingga 2,4 kilometer persegi. Semua air laut di dekat pelabuhan di distrik Ozawa, Wajima, seluruhnya telah surut.[19] Pergerakan ke arah laut sejauh 240 m (790 ft) terdeteksi di pantai distrik Monzenmachi dan Kuroshimamachi di Wajima, serta perluasan seluas 4,4 kilometer persegi di Semenanjung Noto. Daerah di bagian utara semenanjung juga ditemukan telah naik, sementara bagian selatan, terutama di Anamizu, telah surut.[20] TsunamiGelombang tsunami dengan ketinggian gelombang maksimal 7,45 m (24 ft) melanda Kota Wajima di Prefektur Ishikawa.[21] Tsunami berukuran 80 cm (31 in) di Prefektur Toyama, sedangkan tsunami 40 cm (16 in) tercatat di Kashiwazaki. Tsunami juga melanda Pulau Sado.[22] Gelombang tsunami pertama dilaporkan tiba sekitar pukul 16:21, dengan gelombang tsunami mencapai 1,2 m (3,9 ft) melanda Kota Wajima di Prefektur Ishikawa. Tsunami dengan ukuran 80 cm (2,6 ft) melanda Prefektur Toyama, sedangkan tsunami setinggi 40 cm (1,3 ft) tercatat di Kashiwazaki dan di Kanazawa.[21] Tsunami setinggi 20 cm (0,66 ft) juga tercatat di Tobishima. Tsunami juga melanda Pulau Sado. Di kota Toyama gelombang setinggi 50 cm (1,6 ft) dilaporkan.[23] Lembaga penyiaran publik NHK mendesak masyarakat untuk mengungsi dari daerah pesisir pantai, menyusul laporan gelombang tsunami setinggi 5 m (16 ft) diperkirakan akan menghantam garis pantai.[24] Di Korea Selatan, tsunami setinggi 45 cm (1,48 ft) dilaporkan.[25] Peringatan tsunami besar kemudian diturunkan menjadi peringatan tsunami pada pukul 20:30 waktu setempat (JST), sekitar empat jam setelah gempa, dan akhirnya dicabut pada tanggal 2 Januari 2024, pukul 10:01 JST, sekitar 18 jam setelah gempa bumi.[26] Dampak dan korbanSetidaknya 526 total korban jiwa tercatat, termasuk 248 tewas beberapa minggu setelah bencana di Prefektur Ishikawa termasuk; 156 di Wajima, 122 di Suzu, 26 di Anamizu, 25 di Noto, 14 di Nanao, tujuh di Shika dan satu di Hakui.[a][28][29][29] Lima belas orang meninggal setelah kejadian tersebut karena cedera parah atau penyakit. Lebih dari 80 persen kematian disebabkan oleh runtuhnya rumah. Selain itu, dua orang tewas akibat tsunami, meskipun jumlah kematian akibat tsunami mungkin mencapai 26 orang.[30] Setidaknya 1.339 orang terluka di prefektur tersebut, 312 di antaranya luka serius.[31] 250 bangunan di Prefektur Ishikawa dilaporkan roboh, termasuk sekolah dan rumah sakit. Di Suzu lebih dari 12,500 rumah rusak atau hancur.[32] Setidaknya 36.000 rumah tangga kehilangan aliran listrik setelah gempa bumi. Jalan retak dan saluran air rusak dilaporkan terjadi di kota Himi dan Oyabe, Prefektur Toyama. Di Prefektur Niigata, tiga puluh orang mengalami luka-luka.[33] Pencairan tanah terjadi di Niigata; pipa saluran air pecah dan banyak rumah kehilangan pasokan air. Kerusakan paling parah terjadi di Wajima, Suzu dan Noto meskipun tingkat kerusakannya tidak jelas. Setidaknya 780 orang di 30 distrik di desa-desa terpencil diisolasi karena kerusakan jalan dan tanah longsor dan memerlukan helikopter untuk mencapainya.[34] Banyak rumah yang runtuh di Wajima merupakan bangunan kayu tradisional yang dibangun sebelum peraturan bangunan saat ini diberlakukan pada tahun 1981. Informasi dari tahun 2018 juga mengungkapkan bahwa lebih dari separuh bangunan di Wajima tidak mengikuti peraturan tersebut. Di Suzu, banyak bangunan dibangun sebelum berlakunya peraturan bangunan modern pada tahun 1950, sementara pada tahun 2019, hanya 51% rumah di kota tersebut yang dianggap tahan gempa, dibandingkan dengan 87% di seluruh negeri.[35] Pada tanggal 3 Januari, total 40.200 orang tinggal di tempat penampungan setelah gempa bumi, dengan sekitar 31.700 orang berlindung di 336 pusat evakuasi di prefektur Ishikawa saja.[36] Rumah-rumah di Shiromaru, Noto, hancur akibat kebakaran, dan tsunami menghanyutkan puing-puing ke jalan-jalan. Pengoperasian Bandara Noto dihentikan setelah lima retakan sepanjang 10 m (33 ft) muncul di landasan; terminal bandara juga mengalami kerusakan.[37] Tujuh belas bangunan runtuh, 24 hancur sebagian dan 19 rusak sebagian di Shika. Di Anamizu, satu orang tidak sadarkan diri dan sembilan bangunan runtuh. Di wilayah pegunungan semenanjung, tanah longsor banyak terjadi. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains dan Teknologi melaporkan 276 fasilitas pendidikan rusak akibat gempa, khususnya di prefektur Niigata, Ishikawa, Toyama, Fukui dan Shiga. Dikatakan juga 39 sekolah di empat prefektur telah diubah menjadi tempat penampungan evakuasi. Kementerian juga melaporkan kerusakan pada 20 situs budaya di prefektur Toyama dan Niigata. Beberapa lentera batu runtuh di kuil Zuiryū-ji di Takaoka, yang ditetapkan sebagai Harta Nasional, sementara lereng di tambang Sado runtuh. Sekitar 350 orang di seluruh pusat evakuasi tertular COVID-19 atau flu biasa, sementara setidaknya 40 kasus penyakit pencernaan seperti norovirus terdeteksi. Di Suzu, seorang wanita berusia 90 tahun diselamatkan dari rumah yang runtuh setelah 124 jam. TanggapanPerdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengumumkan pembentukan pusat darurat khusus untuk mengumpulkan dan menyebarkan informasi mengenai gempa bumi dan tsunami. Menteri Pertahanan Minoru Kihara memerintahkan Pasukan Bela Diri Jepang (JSDF) untuk membantu upaya penyelamatan. Dia kemudian mengumumkan pengerahan 1.000 personel JSDF ke wilayah yang terkena dampak gempa bumi, dengan 8.500 lainnya bersiaga. Sekitar 20 pesawat JSDF juga dikirim untuk mensurvei kerusakan.[38] BantuanBantuan kemanusiaan dikirim ke semenanjung menggunakan kapal, sementara daerah terpencil lainnya diakses melalui helikopter. Pada tanggal 4 Januari, pihak berwenang telah mengirimkan sekitar 240.000 makanan, 500 paket susu bubuk, dan 190.000 botol air minum ke daerah yang terkena dampak gempa bumi.[39] Pada malam tanggal 2 Januari, tabrakan pesawat terjadi di Bandara Haneda di Tokyo antara pesawat Penjaga Pantai Jepang yang membawa bantuan kemanusiaan kepada korban gempa di Ishikawa dan Japan Airlines Penerbangan 516, sebuah A350-900 dari Bandara New Chitose, menghancurkan kedua pesawat tersebut. Seluruh penumpang pesawat JAL yang berjumlah 379 orang telah dievakuasi; namun, 14 orang menderita luka-luka. Kapten pesawat Penjaga Pantai lolos dengan luka kritis, sedangkan lima awak lainnya tewas.[40] Keadaan pembangkit tenaga nuklir yang ada di Prefektur IshikawaPerusahaan Tenaga Listrik Kansai, Perusahaan Tenaga Listrik Tokyo, dan Perusahaan Tenaga Listrik Hokuriku mengatakan mereka sedang memeriksa pembangkit listrik tenaga nuklir mereka untuk mengetahui adanya kelainan. Perusahaan Listrik Kansai dan Hokuriku kemudian mengatakan tidak ada kelainan yang dilaporkan, dan reaktor di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Shika di Prefektur Ishikawa telah ditutup untuk inspeksi pada saat gempa terjadi.[41] Otoritas Regulasi Nuklir Jepang juga tidak menemukan kejanggalan pada pembangkit listrik di sepanjang garis pantai Laut Jepang. Perusahaan Tenaga Listrik Hokuriku juga mematikan dua generator di pembangkit listrik tenaga panas Nanao Ota di Nanao.[42] MisinformasiMisinformasi tentang gempa bumi di Semenanjung Noto menyebar di media sosial seperti Twitter (X).[43][44]Seorang pengguna di Twitter secara salah mengkaitkan video Gempa bumi Laut Banda 2023 di Laut Banda, Indonesia,[45] Foto Gempa bumi Tōhoku 2011 dan Gempa bumi Kumamoto 2016,[46] dan Tanah longsor Atami 2021.[44] Setidaknya satu akun, yang mengaku sebagai salah satu korban gempa, ditemukan menggunakan informasi yang salah untuk menerima sumbangan secara online.[47] Klaim palsu juga dibuat bahwa gempa di semenanjung Noto disebabkan oleh ulah manusia, dengan menunjukkan sebuah video yang mengutip uji coba senjata nuklir oleh Korea Utara[48] Mantan perdana menteri Jepang Yukio Hatayama secara keliru menyatakan bahwa gempa bumi menyebabkan kebakaran di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Shika dan menyatakan bahwa dampak gempa tersebut sengaja diremehkan agar pembangkit listrik dapat beroperasi kembali. Meskipun terdapat sedikit tumpahan minyak di dua reaktor pembangkit listrik tersebut, dipastikan tidak ada dampak terhadap pembangkit tersebut.[49] Galeri
Lihat pulaReferensi
|
Portal di Ensiklopedia Dunia