Ammar bin Yasir adalah anak dari Sumayyah binti Khayyat dan Yasir bin Amir yang merupakan salah satu dari orang yang terawal dalam memeluk agama Islam atau disebut dengan Assabiqunal Awwalun.[butuh rujukan] Keluarganya berasal dari Tihanah, suatu daerah di Yaman yang kemudian datang ke Mekkah untuk mencari saudaranya yang hilang dan kemudian menetap di sana.[4]
Setelah Ammar bin Yasir dan keluarga memeluk Islam, kemudian mereka disiksa oleh Abu Jahal untuk melepaskan Islam. Dalam siksaan itu orang tua Ammar bin Yasir tewas oleh kekejaman kaum Quraisy.[butuh rujukan] Sementara Ammar selamat setelah diperlihatkan mukjizat oleh Rasulullah yang mengubah api menjadi dingin.[5] Ia ikut dalam hijrah ke Habasyah (saat ini Ethiopia) dan kemudian hijrah ke Madinah.[4]
Ammar bin Yassir memiliki tubuh tinggi, bidang bahunya dan bermata biru. Tubuhnya dipenuhi bekas-bekas siksaan diawal-awal keislaman. Beliau adalah orang yang sangat pendiam.[4]
Sahabat Ammar bin Yasir meriwayatkan hadits 62 seperti tercantum dalam Musnad Baqi bin Makhlad (wafat 276 H/ 889 M), 5 hadits terdapat dalam Sahihain (Sahih Bukhari dan Muslim).[7]
Keistimewaan Ammar bin Yasr ra
Berikut adalah keistimewaan Ammarr bin Yasir ra:
Keluarga Yasir dijanjikan masuk surga. Jadi yang masuk surga bukan hanya Ammar bin Yasir, tetapi ayah dan ibunya juga dijanjikan masuk Surga. Rasullulah sholallahu alaihi wasallam bersabda kepada keluarga Yasir yang mengalami penyiksaan yang begitu dahsyat karena keimanan mereka: "Bersabarlah wahai keluarga Yasir, tempat yang sudah dijanjikan untuk kalian adalah surga".[4]
Ammar bin Yasir dan keluarganya Termasuk dalam golongan Assabiqunal awwalun atau yang pertama kali masuk Surga.[4]
Tetap teguh dalam keimanan, meski beliau sekeluarga mengalami siksaan yang begitu berat, bahkan ibunya meninggal dalam penyiksaan orang kafir quraisy karena keimanan mereka. Bahkan Rasullulah sholallahu alaihi wasallam tidak lupa mengunjungi tempat-tempat yang diketahuinya sebagai ladang penyiksaan keluarga Yasir.[4]
Ditolong oleh Rasullulah tatkala disiksa oleh Orang Kafir Quraisy. Ammar bin Maimun mengatakan: "Orang-orang musyrik membakar Ammar bin Yasir dengan api". Rasullulah sholallahu alaihi wasallam yang lewat ditempat tersebut, memegang kepala Ammar dan bersabda, "Wahai api mendinginlah dan menjadi keselamatan bagi Ammar, sebagaimana kamu dahulu menjadi dingin dan selamat bagi Ibrahim." Bahkan di kesempatan yang lain, Rasullulah sholallahu alaihi wasallam pernah mengusap air mata Ammar bin Yassir karena siksaan yang begitu dasyat, dan berusaha menghibur Ammar bin Yasir.[4]
Memiliki keimanan yang begitu kuat. Rasullulah sholallahu alaihi wasallam bersabda, "Ammar dipenuhi keimanan sampai ketulang punggungnya".[4]
Sahabat yang sering mendapat pembelaan Rasullulah sholallahu alaihi wasallam. Ketika ada sahabat yang berselisih dengan Ammar bin Yasir, beliau sholallahu alaihi wasallam bersabda, "Siapa yang memusuhi Ammar, ia akan dimusuhi Allah, siapa yang membenci Ammar, dia akan dibenci Allah". Dikisahkan pula ada yang salah paham dan marah dengan sikap Ammar yang bersyair dengan suara keras untuk memberi semangat kaum muslimin dalam membangun Masjid, maka Rosulallah membenarkan sikap Ammar, "Apa maksud mereka terhadap Ammar, ia menyeru mereka ke Surga, sedangkan mereka hendak mengajaknya ke neraka. Sungguh Ammar tak ubahnya seperti diriku sendiri".[4]
Diperintahkan oleh Rasullulah sholallahu alaihi wasallam menjadikan Ammar bin Yasir sebagai pelajaran. Rasullulah sholallahu alaihi wasallam bersabda, "Ikutilah Abu Bakar dan Umar setelah kematianku nanti, dan ambillah petunjuk Ammar sebagai pelajaran".[4]
Turut serta dalam pertempuran bersama Rosulallah sholallahu alahi wasallam, seperti Perang Badar, Perang Uhud, Perang Adzab, dan lain-lain. Dan juga peperangan-peperangan lain setelah wafatnya Rosulallah sholallahu alahi wasallam pun beliau turut bergabung.[4]
Dipilih oleh Amirul Mukminin Ummar bin Khattab sebagai Gubernur Kuffah.[4]
Tetap sederhana meski telah menjadi seorang Gubernur, dikatakan oleh Ibnu Abi Hudzail, "Saya melihat Ammar bin Yasir, kala menjadi Gubernur Kuffah, membeli sayuran dipasar, lalu mengikatnya dengan tali dan memikulnya diatas punggung, kemudian membawanya pulang.[4]
^Swayd, Samy. The A to Z of the Druzes. Page xxiii, retrieved on 6 January 2019. "610-632 Druze ancestors are Islamized; influential figures in Druze spirituality include Prophet Muhammad's companions Salman al-Farisi, al-Muqdad Ibn al-Aswad, and 'Ammar Ibn Yasir".