Tritangtu Sunda is a living philosophy of traditional Sundanese people including in Bandung regency. Having three important meanings of the division of the world, the three worlds are Buana Nyungcung (Upper world), Buana Larang (Underworld), and Buana Pancatengah (Middle world). The Sundanese Tritangtu is the perspective of the unification of the three worlds in peasant life. The union is the marriage of Buana Nyungcung with Buana Larang, and Buana Pancatengah is the one that unites it. The concept of the Sundanese Tritangtu influences the art of Wawacan speech that is commonly displayed into the art of Beluk. Wawacan is what helped shape the collective minds of the Sundanese people. Wawacan which is the source of dissertation research is ?Wawacan Nata Sukma? written anonymously by Banjaran society, Regency of Bandung in 1833 AD (19th century) during ?Cultuurstelsel? to grow coffee in Pangalengan. Sunda Tritangtu will function as a method of theater- based theater of contemporary theater. This research uses Isser?s reception theory, to actualize the work in different ways. There is no single correct interpretation (Culler, 2003). George Land?s approach of transformation theory, defined as a new creation or a change to a new form both function and structure. ?To transform?, creating a new, unprecedented creation, transformation can mean a change of ?mindset?. The research method used Schechner (2002) and mise en scene method formulated by Patrice Pavis.
Published by | Institut Seni Indonesia Surakarta |
Journal Name | PROSIDING: SENI, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT |
Contact Phone | +62271647658 |
Contact Name | Satriana Didiek Isnanta |
Contact Email | semhas.isi.ska@gmail.com |
Location | Kota surakarta, Jawa tengah INDONESIA |
Website | SemHas| https://dipro.isi-ska.ac.id/index.php/SemHas| |
ISSN | ISSN : -, EISSN : 27154351, DOI : https://doi.org/10.33153, |
Core Subject | Humanities, Art, |
Meta Subject | Arts, Humanities, |
Meta Desc | Seni, teknologi, dan masyarakat dewasa ini telah menyatu dalam praktik penelitian dan pengabdian masyarakat di perguruan tinggi seni. Tidak ada lagi jarak antara praktik seni dan teknologi, terutama dengan masyarakat. Pemisaha antara disiplin sain dan teknologi dengan sosial, humaniora, dan seni tidak lagi populer saat ini. Praktek seni sudah seharusnya melebur dan kehadirannya mewarnai teknologi dan masyarakat . seni tidak lagi terbatas menjadi menara gading yang berlindung di balik kredo seni untuk seni. Kehadiran seni semakin diperlukan dalam dunia yang kian berlari menuju kecanggihan teknologi. Seni telah membuktika hal tersebut dengan munculnya disiplin-disiplin baru dalam ilmu pengetahuan seperti disiplin desain, kajian budaya dan sebagainya. Dengan demikian terjadilah dialog antar disiplin yang memungkinkan seni memberi manfaat lebih bagi peradaban. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Surakarta konsisten mewadahi praktik seni dalam penelitain dan pengabdian masyarakat dengan perspektif yang lebih holistik. Seni dikembangkan tidak terpisah dengan masyarakat dengan segala dinamikanya. |
Penulis | Rusmana , Tatang |
Publisher Article | LP2MP3M, INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA |
Subtitle Article | PROSIDING: SENI, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT No 2 (2017): Seni, Teknologi, dan Masyarakat #2 |
Scholar Google | http://scholar.google.com/scholar?q=%2Bintitle%3A&… |
View Article | https://dipro.isi-ska.ac.id/in… |
DOI | |
DOI Number | |
Download Article [1] | https://dipro.isi-ska.ac.id/index.php/Se… |
Download Article [2] |
Informasi yang terkait dengan IMPLEMENTASI NILAI NILAI KONSEP “TRITANGTU SUNDA†SEBAGAI METODELOGI PENCIPTAAN TEATERKONTEMPORER
Riset implementasi Mahadata