Secara historis, Islam sebagai sebuah peradaban dimulai dari sintesis kreatif. Sintesis kreatif bisa terjadi jika seseorang memiliki beberapa bidang ilmu sekaligus. Di era klasik, antara abad IX dan XIV, peradaban Islam menunjukkan kreativitas tinggi dalam ilmu dan teknologi. Pemikiran kreatif di zaman keemasan Islam tercermin dalam diri Al-Farabi, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina dan lain-lain merupakan hasil sintesis secara intensif dengan falsafah Yunani. Oleh karena itu,  peradaban Islam di masa depan harus   bersintesis  dengan teknologi, ekonomi dan  globalisasi. Perlu penggeseran wilayah pemikiran yang dulunya hanya memikirkan persoalan-persoalan âteologiâ (Ketuhanan) klasik ke arah paradigma pemikiran yang lebih menelaah dan mengkaji secara serius persoalan-persoalan âkemanusiaanâ (antropologi) yang bersifat global. Melahirkan peradaban Islam di Indonesia di era globalisasi ini tentu bukan pekerjaan mudah karena itu dibutuhkan agenda, koordinasi terpadu dan komprehensif oleh semua agen perubahan sosial Â