ABSTRAK Fakta kebergaman agama dan kepercayaan masyarakat adalah sebuah keniscayaan di Indonesia. Keberagaman ini disatu sisi bisa menjadi sumber kekuatan dan potensi bangsa dalam membangun sebuah peradaban manusia, namun disisi lain jika tidak dikelola dan dirawat dengan baik bisa menjadi sumber konflik yang justeru dapat menghancurkan kemanusiaan itu sendiri. Tentunya itu juga bertentangan dengan fitra yang melandasi mengapa manusia harus beragama di bumi ini. Untuk itu, cerita konflik selalu melahirkan berbagai bentuk analisa dan paradigma bagi siapapun yang menyorotnya. Di kota Kendari dapat dimasukan sebagai kota yang multi kultur dan agama. Beberapa data yang diperoleh saat ini ada lima agama yang memiliki penganut dan tersebar pada 10 kecamatan yang ada di kota Kendari yaitu Islam, Katolik, Kristen, Hindu dan Budha. Secara teoritis sosiologis keberagaman (pluralitas) pasti menyimpan potensi konflik sehingga dalam konteks hubungan umat beragama sangat tergantung dari pola komunikasi dan toleransi yang dibangun oleh masing-masing umat beragama. Melalui penelitian penggambungan antara kuantitatif dan kualitatif yang dipusatkan di 2 kecamatan yaitu Kadia dan Kecamatan Mandonga dengan jumlah responden 130 orang yang diambil dari unsur-unsur umat beragama, diperoleh hasil bahwa Kota Kendari termasuk daerah yang memiliki tingkat toleransi yang kuat namun disisi lain pada tingkatan grashroot dan aspek-aspek tertentu masih menyimpan masalah dan ketegangan walaupun memang tidak meluas dan terkuak. Dari 4 aspek yang dilihat yaitu hubungan sosial, hubungan keagamaan, nilai yang melandasi hubungan kerukunan, dan peran pemerintah menunjukan hubungan keagamaan masih rendah yaitu indeks 2,7 sedangkan hubungan sosial dan peran pemerintah relatif baik yang berada pada indeks 3,0, akan tetapi belum berada pada posisi maksimal. Dengan demikian diperlukan upaya dan penguatan kerukunan sebagai bentuk preventif aproach dan perawatan kerukunan umat beragama di Kota Kendari. Kata Kunci: Umat Beragama, Potret dan Kerukunan