Zersetzung (Bahasa Jerman: "pembusukan") adalah serangkaian teknik operasi perang psikologis yang digunakan oleh Kementerian Keamanan NegaraJerman Timur (Stasi) untuk membungkam lawan politik di negara tersebut melalui manipulasi psikologis selama dekade 1970-an hingga 1980-an selama masa kekuasaan Erich Honecker, untuk menggantikan teror terbuka yang dilancarkan pada era Walter Ulbricht. Kebijakan Honecker tersebut dituangkan dalam Directive No. 1/76 on the Development and Revision of Operational Procedures yang berlaku pada 1976.[1] Stasi menggunakan operasi psikologis dan jaringan "pekerja tidak resmi" (inoffizielle Mitarbeiter/IM) untuk melancarkan serangan psikologis yang membahayakan mental korbannya.[2]
Penggunaan Zersetzung sendiri terdokumentasi dengan baik setelah penyatuan kembali Jerman, dengan perkiraan korban mencapai 10.000 orang,[3] dengan 5.000 di antaranya mengalami kerusakan mental parah.[4]
Pengertian
Stasi mendefinisikan Zersetzung di dalam kamus politiknya (1985) sebagai berikut:
... sebuah metode yang digunakan oleh Kementrian Keamanan Negara untuk memerangi aktivitas subversif, terutama untuk merujuk kepada taktik yang digunakan. Dengan Zersetzung seseorang dapat mempengaruhi individu negatif dan jahat di berbagai lini aktivitas politik, terutama aspek negatif dan jahat dari keyakinan politik mereka, sehingga hal tersebut dapat dibuang perlahan, dan jika memungkinkan, kontradiksi antara kekuatan negatif dan jahat akan tetap terbuka dan tereksploitasi.
Tujuan akhir dari Zersetzung adalah perpecahan, paralisisme, penghancuran, dan isolasi terhadap kekuatan negatif dan jahat, untuk mencegah kegiatan negatif dan jahat, untuk membatasi, atau benar-benar mencegah hal tersebut, dan jika memungkinkan menjadi dasar pembangunan kembali watak ideologi dan pemikiran terhadap individu yang bersangkutan.
Zersetzung bisa disamaratakan dengan aksi segera dalam "operasi prosedur" dan langkah pencegahan lain terhadap berkumpulnya kekuatan jahat. Tonggak utama pelaksanaan Zersetzung adalah "pekerja tidak resmi". Zersetzung menafsirkan bukti-bukti kuat adanya aktivitas politik negatif beserta poin-poin pencegahannya.
Zersetzung harus dilaksanakan berdasarkan akar masalah yang berdasarkan fakta dengan tujuan pastinya. Pelaksanaan Zersetzung di lapangan harus dilakukan seragam dan dalam pengawasan; hasilnya harus terdokumentasi.
Berkenaan dengan potensi ledakan politik Zersetzung yang cukup besar, maka Zersetzung harus dilaksanakan secara rahasia.[5]
Stasi menerapkan taktik Zersetzung berdasarkan kumpulan informasi terkait korban yang didapat melalui pengintaian untuk mencari sisi negatif ataupun kelemahan dari korban, seperti perceraian, kegagalan dalam pekerjaan, pengabaian tugas rumah tangga, alkoholisme, ketertarikan terhadap pornografi, kecenderungan watak kriminal, ketergantungan terhadap obat-obatan, hubungan dengan aktivis sayap kanan, dan bahkan hal yang memalukan sekalipun.[11][12]
Terlebih, metode pada Zersetzung mencakup spionase dan menimbulkan gangguan terhadap korban; membuka surat dan menyadap telepon, vandalisme terhadap properti korban, mengoprek kendaraan korban agar tidak berfungsi sebagaimana mestinya, bahkan meracuni makanan dan memberi resep obat yang salah.[13] Bahkan karyawan Stasi mendokumentasikan korban Zersetzung yang bunuh diri karena depresi.[14]
Pihak Stasi sering kali (mengatasnamakan korban) membuat pernyataan, membeli produk, atau membuat panggilan darurat, yang makin menekan diri korban.[15] Stasi pun acap kali mengendap-endap ke dalam tempat tinggal korban dan meninggalkan jejak; seperti menambah, mengurangi, dan mengubah susunan barang yang ada di dalamnya.[16]
Terhadap kelompok atau hubungan sosial
Stasi merekayasa hubungan pertemanan, percintaan, pernikahan, dan keluarga melalui surat kaleng, telegram kaleng, "telepon nyasar", dan foto yang sering kali sudah direkayasa sedemikian rupa.[17] Dengan cara ini, orang tua dan anaknya diharapkan untuk merasa seperti "orang asing" satu sama lain.[18] Untuk memicu konflik dalam rumah tangga korban, Stasi menyusupkan agen Romeo sebagai orang ketiga.[19]
Untuk taktik Zersetzung terhadap kelompok, Stasi menyusupkan "pekerja tidak resmi" ke kelompok yang dituju.[20] Pekerjaan kelompok yang bersangkutan sering kali terhambat karena ulah penyusup tersebut.[21] Bahkan pihak Stasi memantik kecurigaan di antara anggota kelompok dengan cara memberikan beberapa anggota di dalam kelompok tersebut berbagai barang mewah.[19]
Metode
Taktik dalam Zersetzung sebagian besar bertujuan untuk mengancurkan kehidupan pribadi mau pun kehidupan keluarga korban. Serangan yang dilancarkan biasanya berupa serangan psikologis, seperti menyatroni rumah dan mengubah susunan barang-barang di dalam rumah, dalam bentuk gaslighting; memindahkan perabot, mengubah waktu alarm, mencopot pajangan, dan/atau mengubah jenis teh dalam wadah menjadi jenis teh tertentu. Serangan lain meliputi vandalisme properti, sabotase mobil, memberi resep dokter yang salah, mengirimkan dokumen atau foto aneh-aneh ke keluarga korban, provokasi, pelecehan, "telepon nyasar", dan bahkan mengirimkan vibrator untuk istri korban.
Belum lagi dengan mengembalikan isi tong sampah ke dalam rumah korban, melepas tikus ataupun ular berbisa (terutama yang bisanya bekerja jika terkena kulit dan tidak perlu disengatkan ke dalam tubuh) di dinding rumah korban.
Target
Stasi menggunakan taktik Zersetzung terhadap individu ataupun kelompok sebagai berikut:
sekumpulan orang membuat permohonan visa untuk pergi ke luar negeri
kelompok artis yang kritis terhadap pemerintah
kelompok oposisi religius
kelompok pemuda subkultur
kelompok yang mendukung semua hal di atas. (organisasi hak asasi manusia dan perdamaian, orang-orang yang membantu warga Jerman Timur untuk membelot, dan gerakan ekspatriat mau pun pembelot)
Bacaan lanjut
Annie Ring. After the Stasi: Collaboration and the Struggle for Sovereign Subjectivity in the Writing of German Unification. 280 pages, Bloomsbury Academic (October 22, 2015) .
Max Hertzberg. Stealing the Future (The East Berlin Series) (Book 1), 242 pages, Wolf Press (August 8, 2015), ISBN0993324703.
Josie McLellan. Love in the Time of Communism: Intimacy and Sexuality in the GDR. 250 pages, Cambridge University Press (October 17, 2011), ISBN0521727618
^Sonja Süß: Repressive Strukturen in der SBZ/DDR – Analyse von Strategien der Zersetzung durch Staatsorgane der DDR gegenüber Bürgern der DDR. In: Materialien der Enquete-Kommission "Überwindung der Folgen der SED-Diktatur im Prozeß der Deutschen Einheit". (13. Wahlperiode des Deutschen Bundestages). Volume 2: Strukturelle Leistungsfähigkeit des Rechtsstaats Bundesrepublik Deutschland bei der Überwindung der Folgen der SED-Diktatur im Prozeß der deutschen Einheit. Opfer der SED-Diktatur, Elitenwechsel im öffentlichen Dienst, justitielle Aufarbeitung. Part 1. Nomos-Verlags-Gesellschaft u. a. Baden-Baden 1999, ISBN3-7890-6354-1, pp. 193–250.
^Ministry for Security of State, Dictionary of political and operational work, entry Zersetzung: Ministerium für Staatssicherheit (Hrsg.): Wörterbuch zur politisch-operativen Arbeit, 2. Auflage (1985), Stichwort: "Zersetzung", GVS JHS 001-400/81, p. 464.
^Art. 1 Abs. 3 UN-Charta. Dokumentiert in: 12. Deutscher Bundestag: Materialien der Enquete-Kommission zur Aufarbeitung von Geschichte und Folgen der SED-Diktatur in Deutschland. Band 4, Frankfurt a. M. 1995, S. 547.
^Konferenz über Sicherheit und Zusammenarbeit in Europa, Schlussakte, Helsinki 1975, S. 11.
^Art. 2 des Vertrages über die Grundlagen der Beziehungen zwischen der Bundesrepublik Deutschland und der Deutschen Demokratischen Republik vom 21. Dezember 1972. In: Matthias Judt (Hrsg.): DDR-Geschichte in Dokumenten – Beschlüsse, Berichte, interne Materialien und Alltagszeugnisse. Bundeszentrale für politische Bildung Bd. 350, Bonn 1998, S. 517.
^Johannes Raschka: "Staatsverbrechen werden nicht genannt" – Zur Zahl politischer Häftlinge während der Amtszeit Honeckers. In: Deutschlandarchiv. Band 30, Nummer 1, 1997, S. 196
^Jens Raschka: Einschüchterung, Ausgrenzung, Verfolgung – Zur politischen Repression in der Amtszeit Honeckers. Berichte und Studien, Band 14, Dresden 1998, S. 15.
^Arbeit der Juristischen Hochschule der Staatssicherheit in Potsdam aus dem Jahr 1978, MDA, MfS, JHS GVS 001-11/78. In: Pingel-Schliemann: Formen. S. 237.