Sejarawan muslim abad ke-14 Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa suku Zanata dibagi menjadi tiga suku besar: Jarawa, Maghrawa, dan Bani Ifran. Sebelumnya mereka menempati sebagian besar Maghreb (Tamazgha) kemudian berpindah ke selatan dan barat dalam konflik dengan kelompok Kutama dan Houra. Zanata memeluk agama Islam lebih awal yaitu pada abad ke-7, sementara suku Amazig lainnya terus menghadapi perlawanan terhadap penaklukan Kekhalifahan Umayyah hingga mereka memasuki agama islam pada abad ke-8. Mereka juga membentuk pasukan besar dalam penaklukan Muslim berikutnya atas Iberia.[5]
Bahasa
Suku Zanata berbicara dengan bahasa Berber (Amazigh). Ibnu Khaldun menuliskan bahwa dialek mereka berbeda dengan dialek Suku Berber lainnya. Ahli bahasa Prancis Edmond Destaing pada tahun 1915 menyimpulkan bahwa bahasa Zenati masih termasuk dalam subkelompok bahasa Berber Utara, termasuk juga bahasa Tarifit Berber di timur laut Maroko dan bahasa Shawiya Berber di timur laut Aljazair.
Sejarah politik
Sebelum penaklukan Arab, Zanata menempati wilayah antara Tunisia dan Tripolitania - yang saat ini disebut dengan Libya, sebelum mereka bermigrasi ke barat dan menetap di Aljazair barat dekat Tiaret dan Tlemcen. Sementara itu beberapa dari kelompok mereka terus bergerak lebih jauh ke barat menuju Maroko.[5] Mereka mendominasi politik di Maghreb barat (Maroko dan Aljazair barat) dalam dua periode yang berbeda: pada abad ke-10, yaitu selama kemunduran Dinasti Idrisiyah, sebagai utusan untuk Kekhalifahan Fathimiyah atau Dinasti Umayyah di Cordoba, dan pada abad ke-13 hingga ke-16 dengan munculnya Dinasti Zayyaniyah di Aljazair, Kesultanan Mariniyyah, dan Kesultanan Wattasid di Maroko.[5]