Ibáñez dilahirkan di Valencia, dan kini ia dikenal terutama karena novelnya tentang Perang Dunia ILos Cuatro Jinetes del Apocalipsis. Novel ini difilmkan pada 1921 dengan judul Empat Penunggang Kuda dari Kitab Wahyu. Film ini dibuat kembali pada 1962, dan latar belakang kisahnya diubah menjadi Perang Dunia II. Namun, pada masanya, ia merupakan pengarang yang sangat laris di dalam maupun di luar Spanyol. Ia juga terkenal karena aktivitas-aktivitas politiknya yang kontroversial. Sementara "Sangre y arena" dan "Los cuatro Jinetes del Apocalipsis" merupakan novel-novelnya yang paling dihargai di antara masyarakat umum, khususnya di luar Spanyol, novel-novel Valencia-nya seperti misalnya "La barraca" dan "Canas y barro" adalah novel-novel yang paling dihargai di kalangan para sarjana.
Ibáñez menyelesaikan studinya dalam bidang hukum, namun ia hampir tidak pernah mempraktikkannya. Ia membagi hidupnya dalam politik, sastra dan cintanya terhadap kaum perempuan yang sangat dikaguminya, baik karena kecantikannya maupun dari segi kejiwaannya. Ia menulis dengan kecepatan dan energi yang luar biasa. Ia adalah seorang pengagum Miguel de Cervantes Saavedra.
Kehidupannya boleh dikatakan lebih menarik daripada novelnya. Ia adalah seorang partisan militan republikan pada masa mudanya dan mendirikan sebuah surat kabar, El Pueblo (Rakyat) di kota kelahirannya. Surat kabar itu menimbulkan begitu banyak kontroversi dan pertikaian dan disensor. Ia ditembak dan hampir terbunuh dalam suatu pertikaian karena surat kabarnya. Peluru itu terperangkap di antara kepala ikat pinggangnya. Ia banyak terlibat dalam affair percintaan. Ia pun menjadi pembaca pemeriksa untuk novel Noli Me Tangere, yang ditulis oleh José Rizal, patriot Filipina, yang isinya mengungkapkan kebenciannya terhadap kolonisasi Spanyol atas Filipina.
Ibáñez mengunjungi Argentina pada 1909 dan di sana dua kota baru, Nueva Valencia dan Cervantes, dibangun. Kedua kota itu jelas berkaitan dengan kehidupan pribadi Ibáñez. Ia banyak memberikan ceramah tentang peristiwa-peristiwa sejarah dan sastra Spanyol. Setelah lelah karena menghadapi berbagai kegagalan yang berada di luar kendalinya, Vicente Blasco Ibañez pergi ke Paris, bertepatan dengan permulaan Perang Dunia I.
Temanya banyak membahas tanah kelahirannya, Valencia.
Novelnya, "Cañas y barro" difilmkan pada 1989 oleh Javier Elorrieta dengan judul "Sangre y Arena" yang dibintangi oleh Sharon Stone. Sepuluh tahun sebelumnya, pada 1978, kisah ini pun telah dijadikan film seri TV di Spanyol oleh Rafael Romero.
Novel-novelnya
A los pies de Venus (Di kaki Venus)
Argentina y sus grandezas (Argentina dan keagungannya)
Cañas y barro (Kail dan Lumpur) [2], tentang kehidupan di antara para nelayan dan penggarap di rawa-rawa Albufera di Valencia. Juga merupakan sebuah seri TV Spanyol.
Cuentos valencianos (Cerita-cerita dari Valencia)
El caballero de la virgen (Seorang lelaki dari Sang Perawan)
El intruso (Penyelinap), tentang imigrasi ke Negeri Basque